Eighth (Act 2)

446 47 1
                                    

Christ melakukan posisi kaki disilang dan jari tengah dan jempol pada kedua tangan menempel diletakkan di atas paha. Ia bertama, memfokuskan untuk mengolah jiwa miliknya dan milik Noel yag perlahan-lahan dapat dirasakan mulai bergabung. Bibirnya melantunkan beberapa kata mantra, yang langsung membawa Christ pada ingatan, perasaan, dan emosi yang dimiliki oleh Noel.

Sekarang masuk akal.

Balas dendam Jean, kematian Iris, kehancuran kerajaan, dan penderitaan Noel.

Semuanya tidak akan terjadi jika tidak ada inang yang memulai semua itu. Dan yang menyebabkan semuanya terjadi adalah pasangan kaisar dan permaisuri kekaisaran Hellconia.

Durant dan Briggite.

Jika Christ sambungkan semuanya, tidak mungkin apa yang Christ pikirkan saat ini salah. Jean yang memiliki pribadi begitu ramah terhadapnya bisa memiliki dendam yang begitu mendalam pada kekaisaran. Kematian Iris, yang mana kedua penghianat merupakan manusia dari kekaisaran yang pernah Noel temui saat berkunjung kekaisaran. Kerajaan yang akan runtuh, kekaisaran langsung dengan cepat membuat perjanjian dan ingin mengambil alih.

Begitu kah..

Karena ingatan yang didapat sangatlah banyak, Christ tidak menyadari dirinya melihat ingatan tanpa menjadi Noel didalamnya.

---

Ingatan pertama di mulai dengan Ada Jean dengan Noel duduk bersama di bawah pohon. Christ memandang tidak jauh dari keduanya, melihat Noel begitu nyaman bersandar di pundak Jean dan Jena yang tidak masalah dengan itu. Surai hijaunya terpotong berantakan, yang menghabiskan bagian poni sehingga dapat terlihat jelas wajah anak itu. Angin bergerak perlahan, meniup beberapa daun yang berguguran jatuh ke bawah.

"Kak Ian benal pelgi?" Tanya Noel, yang bisa Christ katakan sekitar usia lima tahun sembari memeluk lengan ringkih Jean.

Jean mengangguk singkat. "Memangnya Noel ingin kakak di sini saja?"

"Hu-um, Noel mau sama kak Ian. Kita main tiap hali!" Seru Noel ceria. Tangannya terangkat begitu terus berbicara tentang rencanya yang akan bermain bersama Jean.

Jean melihat itu hanya memberikan senyum tipis. Tangan kanannya terangkat untuk mengusap surai perak Noel, mengalihkan perhatian yang lebih kecil yang langsung menghentikan ceritanya.

Noel memiringkan kepala, mata memancarkan binar penasaran saat Jean melakukan hal itu.

"Kakak pasti akan ke sini lagi." Ucap Jean setelah beberapa detik memilih untuk memandang wajah lucu milik Noel. "Saat hari itu tiba, apa Noel ingin bersama kakak?"

"Noel ingin sama kakak!"

"Kalau begitu ini janji ya?"

Jean mengeluarkan kelingking, mengaitkannya pada kelingking Noel dan menggerakkannya atas bawah.

"Yang melanggar janji harus makan kulit jeruk."

"Pahit!"

"Ya, sangat pahit."

Keduanya tertawa bersama. Diikuti hembusan angin yang semakin kencang yang sepertinya ikut mendukung kebahagiaan keduanya. Sampai daun-daun yang berjatuhan terangkat mengikuti hembusan angin dan mulai merubah pemandangan yang dilihat Christ.

"Kamu menolaknya, sama saja kamu melanggar janji kita berdua."

Jean berdiri dengan tangan kanan menahan lengan Noel. Sosoknya yang lebih dewasa terlihat, rambut lebih panjang dan mata hijau yang mulai kehilangan cahaya. Jean berusaha menahan Noel yang akan jalan menjauh, meninggalkan Jean tanpa mendengarkan apapun yang dikatakan pria yang lebih tua.

[BL] NoelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang