Thirty Seventh

1.2K 143 0
                                    

Dalam diam Christ memperhatikan sekitar dengan cermat. Tidak sedikitpun Christ menurunkan kewaspadaan mengingat dimana Ia berada sekarang.

Seharusnya Christ berpikir dua kali sebelum menerima ajakan Federic untuk mengikuti pria tua itu.

Karena sekarang Christ merasa sangat tertekan hanya diam duduk di atas pangkuan Federic sembari pria yang lebih tua mencoret beberapa dokumen menggunakan quill*.

Ya. Sekarang Christ berada di kantor milik Federic. 

Setelah makan bersama tadi, Federic tiba-tiba mengajak Christ untuk mengikutinya. Ya, siapa Christ berhak untuk menolak. Jadi Ia berada di dalam kondisi ini, hanya diam sembari melihat sekitar.

Rasa bosan tentu ada. Tetapi kewaspadaan harus tetap Christ pasang untuk meminimalisir kejadian tidak diinginkan terjadi.

Kembali melihat sekitar, Christ cukup terkagum. Ruang kerja milik Federic sangatlah rapi. Seluruh dokumen yang banyaknya hingga bertumpuk tinggi dan tidak hanya satu tertata dengan baik di atas meja cadangan disisi kiri ruangan. Terdapat sofa ditengah ruangan yang menjadi tempat dimana jika ada tamu duduk. Bantal serta segala pernak-pernik ikut di tata rapi.

Meja Federic juga rapi. Begitu tertata dengan baik meski sudah selama dua jam berkutat di atas meja yang sama.

Yang menjadi perhatian dari ruang kerja Federic tidak hanya itu. Ada banyak bingkai foto terpasang setiap meja, laci, dan salah satu dinding di dalam ruangan.

Setiap satu bingkai berisi foto-foto yang berbeda. Seperti ada yang berisi foto Federic ketika masih muda yang ternyata sudah gagah sejak dahulu, foto Iris dengan berbagai macam pose dan usia, foto Janvier dan Pascal ketika masih bayi hingga kanak-kanak, serta foto keluarga kecil dan besar mereka.

Tidak lupa berbagai foto Noel yang terpajang di dinding dekat pintu masuk berada.

Bukankah itu aneh?

Tempat dimana Federic duduk untuk bekerja tepat berhadapan dengan bingkai-bingkai foto itu.

Christ ingat kalau sebelumnya, Federic bahkan muak hanya mengetahui keberadaan Noel disekitarnya.

Kalau sekarang, Christ tidak akan duduk di pangkuan pria yang lebih tua. Pasti sudah ditendang entah kemana.

"Ada apa?"

Suara Federic menggentarkan hati Christ. Sontak menoleh kebelakang untuk melihat Federic sudah berhenti dari aktivitas menulisnya. Kini mengarahkan pandangan ke lurus ke arah foto-foto Noel yang terpajang di sana.

"..."

Kaget gila!

"Um.. Itu. Banyak foto Noel di sana?"

"Penasaran?"

"Noel penasaran!"

Nggak sih.

Christ memejamkan mata ketika merasakan Federic bergerak untuk mengangkat tubuhnya. Sekarang Ia berada di gendongan dengan Federic yang sudah berdiri berjalan menuju foto-foto Noel yang terpajang.

Jika dilihat dari dekat, foto terlihat lebih jelas. Kini Christ mendapatkan beberapa guratan di dalam bingkai foto itu. Tidak seperti permukaan kertas foto yang biasanya halus.

Mungkin karena ini jaman dahulu?

"Iris lah yang melukisnya."

"Ha?"

Seolah mengetahui isi pikiran, Federic menjawab. "Semua yang terpajang, Iris lah yang melukisnya."

"Semuanya?" Tanya Christ memastikan. Federic mengangguk singkat.

[BL] NoelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang