Sixth (Act 2)

442 50 6
                                    

Sudah setengah tahun lebih.

Itulah yang Pascal hitung sejak kepulangannya dari perbatasan. 

Banyak sekali kejadian yang terjadi, jika diingat kembali membuat Pascal merasa campur aduk. Ditambah Ia telah kehilangan setengah penglihatan, sedikit menghambat pekerjaannya sebagai pemimpin ksatria kedua dan pemimpin sementara ksatria pertama saat ini.

Sang kakak masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Luka yang diterima Janvier sangat fatal mengakibatkan dirinya sulit disembuhkan oleh tabib kerajaan sekaligus. Alain sendiri yang biasanya terlihat jahil menjadi begitu serius. Meski Alain berusaha untuk biasa saja, ekspresi yang dimiliki ahli pedang kekaisaran itu tidak dapat berbohong.

Ketidakhadiran Janvier membuat Pascal mau tidak mau menggantikan sang kakak. Walaupun dirinya juga sedang dalam masa penyembuhan, Pascal tidak terhalang untuk melakukan pekerjaannya. 

Jika diingat pun, sudah setengah tahun lebih Pascal tidak bertemu dengan adik kecilnya.

Noel, yang pada hari itu menangis histeris dipelukan. Terus menerus memanggil Adaire dan Draco yang berbaring tidak bernyawa diatas tandu. Sampai anak itu melemas dan akhirnya jatuh pingsan ditangannya.

Tabib yang mengurus Noel mengatakan butuh waktu tiga hari untuk anak itu sadar. Dan tepat setelah anak itu sadar, dikatakan Noel kembali histeris sampai melempar barang apapun disekitarnya agar tidak ada siapapun yang mendekat.

Pascal pikir, Noel benar-benar terpuruk atas kematian Adaire dan Draco.

Anak itu menolak makan. Bahkan saat pelayan berkunjung, penolakan Noel sangatlah kuat sampai berani melempar barang di sekitarnya.

Pascal tidak sempat mengunjungi adiknya. Ia harus kembali ke perbatasan hanya sehari setelah ia kembali, bersama dengan Federic yang masih saja bersikap acuh tak acuh. Karena itu Pascal berani memaki sang ayah. Persetan dengan segala hormat, Pascal benar-benar muak dengan sang ayah.

Sampai akhirnya setelah bertahan setengah tahun, Pascal memutuskan untuk kembali ke istana kerajaan. Tanpa izin, ia pergi begitu saja. Ia merasa seluruh pekerjaan sudah selesai. Membantai seluruh penyusup maupun ksatria dari kekaisaran yang berani-berani menunjukkan batang hidung setelah memberikan penyerangan mendadak pada base mereka.

"Selamat datang kembali, Yang Mulia Pangeran Pascal."

Dua pelayan menyambut, membantu Pascal melepaskan coat dan beserta pakaian luaran. Pascal hanya mengangguk, berjalan kembali membiarkan salah satu pengawal mengikuti dari belakang,

"Bagaimana kabar kakak?"

"Belum ada perkembangan dari Yang Mulia Janvier. Lord Alain selalu berada di samping beliau memeriksa langsung keadaannya."

"Kalau Noel?"

Ada sedikit jeda dari pengawal. Pascal mengentikan langkah, berbalik melihat pengawal yang telihat ragu untuk memberitahu. 

"Ada apa?"

"Um.. Itu, yang mulia. Saya harap anda dapat melihatnya sendiri."

Pascal mengangkat alis. Ia bingung apa maksud dari pengawal itu.

Akhirnya terjawab ketika Pascal melihat secara langsung sang adik yang terduduk diam di depan dua makam. Terdapat bunga-bunga indah bertaburan dihadapan, tetapi tatapan yang diberikan hanyalah kekosongan.

"Sejak pangeran Noel sadar, beliau cenderung berdiam diri seperti ini setelah mengusir para pelayan. Pangeran Noel akan menghabiskan waktu dimakam nona Adaire dan sir Draco dengan menaburkan bunga yang dicabut dari taman milik mendiang permaisuri."

[BL] NoelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang