Thirty Third

1.7K 212 3
                                    

Christ mengedipkan mata beberapa kali menerima cahaya masuk ke dalam retina. Sekitar sudah menjadi remang, hanya ada cahaya bulan mengintip masuk melewati jendela menerangi sedikitnya ruangan.

Tidak ada siapapun. Kamar Christ juga sudah bersih dari segala dekorasi yang dipasang.

Sepertinya Christ tertidur ketika acara ulang tahun-nya berlangsung. Ia ingat Adaire memberinya obat herbal di tengah-tengah acara karena demamnya. Dan rasa kantuk datang tidak lama setelah Christ meminum obat itu.

Setelah meminum obat, Christ berusaha untuk tidak tertidur. Mengingat janjinya dengan seseorang yang meminta Christ menemuinya di taman saat malam nanti. Kalaupun tidur, Christ takut ia justru akan kebablasan sampai hari esoknya.

Tunggu?

Christ sekali lagi melihat ke arah jendela, dimana Christ bisa melihat bulan sudah semakin tinggi bersinar.

"Astaga! Ketiduran!"

Christ dengan cepat menuruni kasur. Lumayan sedikit tidak seimbang ketika jalan karena merasakan sedikit pusing di kepalanya.

Ketika sudah, Christ mengambil jaket tipis yang tergantung pada coat rack hanger dan memakainya asal. Perlahan Christ membuka pintu meminimalkan suara yang keluar.

Mengingat tingginya posisi bulan, Christ memastikan kalau sudah hampir tengah malam. Jadi Christ berusaha untuk tidak mengeluarkan sedikitpun suara yang dapat mengalihkan perhatian siapapun itu. Terutama kedua ksatrianya yang Christ ketahui selalu berjaga di depan istana.

Christ bahkan harus berjinjit ketika berjalan karena lorong istana begitu sunyi ketika malam hari. Suara langkah kaki akan mudah bergema di dalam lorong.

Dengan berhati-hati Christ melihat kanan kiri, apakah ada seseorang di sekitarnya atau tidak. Ketika merasa aman, Christ berjalan cepat untuk menuju pintu utama dan menariknya pelan.

Kriet..

Christ agak terkejut dengan suara pintu sendiri. Dengan cepat Christ menyelipkan diri dan keluar dari istana.

Tidak menunggu lama Christ sudah sampai di tempat sebelumnya, dimana Christ dan laki-laki aneh bertemu saat siang hari. Christ menuju belakang pohon dan menemukan dua boneka salju yang masih berdiri kokoh. Ukiran pada pohon juga tidak memudar.

"Kau seharusnya tidak perlu datang."

Langkah kaki basah di belakang menyadarkan Christ. Terlihat laki-laki bersurai hijau berjalan menujunya. Menghentikan langkah ketika hanya berjarak dua kaki di depannya.

Christ memiringkan kepalanya, "Tapi kan kamu yang meminta Noel untuk bertemu?"

Laki-laki itu terdiam sejenak sebelum akhirnya menghela napas. Mengusap rambutnya sendiri lalu menarik tangan kecil Christ, entah mau dibawa kemana dirinya saat ini.

"Tunggu-"

"Diam saja."

Christ menurut. Membiarkan tangannya ditarik oleh laki-laki asing yang memang belum Christ ketahui namanya hingga saat ini. Sampai di sebuah rumah kayu, laki-laki itu membuka pintu dan membiarkan Christ masuk terlebih dahulu. Dengan sihirnya, pintu tertutup otomatis dan perapian dinyalakan.

Rumah kayu ini terlihat biasa saja. Tidak ada hal-hal seperti pot atau pun barang-barang mistis di dalamnya seperti rumah-rumah penyihir di fil-film yang pernah ia lihat sebelumnya.

"Duduklah terlebih dahulu."

Laki-laki itu menunjuk tempat tidur dengan rangka kayu pada pinggir ruangan. Walaupun terbuat dari kayu, Christ dapat melihat kalau tempat tidur itu terlihat nyaman. Ditambah ketika Christ duduk. Empuk dan hangat dapat Christ rasakan.

[BL] NoelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang