Seventh (Act 2)

439 47 0
                                    

Noel tidak berdaya.

Ia melihat Christ yang terisak menangis dipelukan 'dewa'. Bibirnya terus bergumam, meminta 'dewa' melakukan sesuatu atas kejadian yang telah terjadi. Sudah dua hari waktu bumi Christ menangis tanpa henti, tidak memiliki niatan untuk sadar setelah mengetahui kabar yang sangat buruk didengar oleh laki-laki itu.

Kejadian yang dimaksud adalah kematian Adaire dan Draco. Christ datang tepat saat anak itu tidak sadarkan diri. Langsung mencari keberadaan 'dewa' dan memohon dihadapan untuk dapat menyelamatkan Adaire dan Draco bagaimanapun caranya.

Noel tidak berdaya saat Christ ikut memohon padanya. Seperti melihat cerminan dirinya di masa lalu yang menginginkan kebahagiaan walaupun itu hanya sebutir debu. 

Noel bahkan tidak menemukan jejak jiwa dari kedua orang itu.

'Dewa' sudah mencoba untuk menenangkan emosi Christ. Tentunya tidak mudah diterima karena terus menerus memohon sampai kehilangan suara.

Noel tidak bisa melakukan apapun yang dapat membuat Christ tenang. Membuktikan Noel sendiri tidak memiliki kendali pada diri sendiri, bahkan pada jiwanya sendiri. Padahal ia bisa merasakan kesedihan yang dirasakan oleh Christ, begitu menyakitkan sampai-sampai Noel tidak dapat merasakan ujung jarinya.

Benar-benar tidak berguna.

Seperti mendengar isi hati Noel, Christ di dalam pelukan 'dewa' tersentak. Ia mengangkat kepala, menoleh dan menatap langsung Noel yang hanya tersenyum sendu. Tatapannya begitu sedih, tidak berbeda jauh dengan keadaannya saat ini.

Noel akan mengatakan kalau itu juga menyakitkan untuknya. Ia harus kehilangan keduanya, lagi untuk kesekian kalinya,

"Maaf Christ."

Setelah keterdiamannya yang cukup lama, akhirnya Noel membuka suara. Ia membalas tatapan Christ. Maniknya berlinang, pipi basah akibat air mata yang mengalir tidak berhenti. 

"Seharusnya sejak awal saya tidak menerima misi memindahkan jiwa mu ke dalam tubuh saya."

Noel berjalan mendekat. Di samping 'dewa' dan Christ, Noel berlutut. Diulurkan tangan pucat, menyentuh pipi Christ yang basah dan diusapnya menggunakan ibu jari.

Sebuah cahaya muncul, menyilaukan penghlihatan seluruh makhluk disana. Termasuk Christ yang secara tiba-tiba melemas, lalu jatuh tidak sadarkan diri didalam pelukan 'dewa' yang terkejut. 

"Noel- berhenti."

'Dewa' menggenggam lengan Noel kasar, seketika menghentikan percikan cahaya yang menyilaukan itu. Ditatapnya marah, Noel tidak pernah melihat 'dewa' sangat marah atas apa yang dilakukannya.

"Apa kamu gila, Noel?" Tanya 'dewa' tidak percaya. "Kamu bisa saja menghilang saat ini juga." Lanjutnya, masih menggenggam lengan itu dengan erat sampai Noel meringis dibuatnya.

Noel dengan paksa menarik lengannya. Ia berpaling, tidak berani menatap langsung manik kuning milik 'dewa'. "Saya hanya tidak ingin Christ semakin sedih." Gumamnya, mengigit bibir merasakan sedih teramat dalam.

Christ sudah melakukan banyak hal untuknya, tetapi Noel justru tidak bisa melakukan apapun. Itu sangat mengganggunya. Setidaknya hal ini dapat membantu Christ agar tidak semakin sedih.

"Sekarang bukanlah waktu yang tepat, Noel." 'Dewa' berbicara dengan nada berat, masih terdapat kemarahan di nada itu meski tidak seperti sebelumnya. "Walaupun kamu bisa melakukan hal itu, para petinggi bisa langsung memusnahkan mu seperti mereka memusnahkan Adaire dan Draco."

Walaupun bukan lagi manusia, Ia masih dapat merasakan perasaan merinding. Apa yang dikatakan 'dewa' tidaklah salah.

Adaire dan Draco mati karena kehendak para petinggi.

[BL] NoelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang