Twelfth (Act 2)

437 46 7
                                    

"Aku kagum denganmu yang bisa mengetahui kebusukan kekaisaran selama ini."

Noel harap tidak ada siapapun yang berdiri di belakang pintu balkon saat ini. Karena dengan santainya, pria bersurai hijau yang sedang bersandar di railing balkon mengatakan hal itu tanpa rasa takut sedikitpun.

Pria itu benar-benar membawa dirinya, menuju balkon lantai dua istana yang bagaimana caranya bisa diketahui. Pasalnya, ini adalah balkon dari ruangan milik Iris. Dan pria itu tanpa rasa takut menerobos begitu saja sembari menarik tangannya.

Tempat ini lebih sepi dari lokasi utama pesta. Hanya sedikit terdengar suara musik bergaung, ditambah suara angin bertiup pelan melewati keduanya. Ini membuat Noel bisa menitik beratkan perhatian pada Jean sepenuhnya yang terlihat tidak ada beban sedikitpun meski tahu sebelumnya banyak sekali bangsawan yang memberikan jenis tatapan berbeda pria itu.

"Ya. Tujuh tahun waktu yang cukup lama untuk kami mencari bukti-bukti." Jawab Noel membenarkan. "Kami juga menyusun rencana agar semuanya bisa terungkap hari ini."

"Walaupun ada kemungkinan terjadi peperangan setelahnya?"

"Kami bersiap untuk itu."

Jean mengatakan hal yang benar-benar masuk akal. Sejak awal pastinya jika ingin melawan kekaisaran, itu berarti siap untuk mengibarkan bendera peperangan. Karena hal itu juga mengapa mereka membutuhkan sekutu dari pihak kekaisaran itu sendiri. Sekutu akan membantu mereka dalam peperangan, itulah yang di yakini oleh kedua kakaknya dan dirinya sendiri.

Dengusan terdengar dari Jean, menutup mulut menggunakan punggung tangan kanan kanan lalu melirik pada Noel. Mata hijau bersinar di bawah sinar bulan, bertabrakan langsung dengan manik Noel yang tegas. "Kamu masih sama." Bisiknya, masih bisa di dengar oleh Noel dari kesunyian di sekitar.

"Apa?"

Jean menegakkan tubuh. Tidak lagi bersandar, ia berjalan mendekati Noel yang perlahan mundur. Sampai pada pembatas, Noel bisa merasakan Jean mencoba menghimpit tubuhnya. Tangannya beralih pada dagu Noel, mengangkatnya, lalu sekali lagi menatap langsung maniknya. Memberikan getaran pada dada yang terasa aneh.

Ia juga bisa merasakan napas menerpa wajah. Figur Jean benar-benar tegas jika dibandingkan dirinya beberapa tahun lalu. Selain itu juga, berbeda dari apa yang pernah Noel ketahui. 

Jean seharusnya orang yang memiliki fisik seperti Noel dalam bukunya. Bukan tubuh tinggi dengan ukuran tubuh yang bagus. Rahang tegas dan mata tajam, begitu pula rambutnya yang di potong tidak membuatnya seperti Jean yang ia ketahui.

"Aku katakan kamu masihlah sama." Ucap Jean lebih jelas. 

Noel masih mencoba mencerna apa yang diucapkan oleh Jean saat pria itu dengan berani mendekatkan wajahnya pada wajah Noel. Kemudian menyatukan bibir keduanya yang menyadarkan Noel dari keterdiaman.

"Umh?!"

Bisa dirasakan bibir Jean bergerak. Mencoba membuka bibir Noel yang di sengaja di tutup rapat disela keterkejutannya. Tetapi Jean punya rencana lain. Tangan lainnya merengkuh pinggang sempit Noel, lalu menekannya menggunakan ibu jari menimbulkan desahan tertahan yang membuat bibirnya terbuka. Kesempatan itu digunakan oleh Jean untuk menyelipkan lidahnya yang hangat dan menyelusuri rongga mulut, mengabsen setiap gigi yang dimiliki Noel.

Noel tidak bisa bergerak. Tubuhnya terasa lemas dan sepertinya seluruh darah naik ke atas kepala. Gerakan lidah Jean benar-benar lihai, bisa mengajak lidahnya yang kaku berdansa di dalam rongga hangat keduanya. 

Kesunyian sekita membuat suara decakan begitu terdengar. Noel tidak tahu siapa yang membuat itu, yang dipikirkannya hanya rasa geli. Ia menginginkan lebih.

[BL] NoelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang