Twenty Fourth

2.9K 399 9
                                    

Makan malam berjalan lancar. Christ bersyukur Janvier tidak melakukan apapun padanya. Diam seperti biasa sudah cukup bagi Christ. Meskipun harus melewati waktu makan malam yang terasa begitu lama karena tidak ada pembicaraan dari lainnya.

Pascal dan kedua temannya ikut bergabung dalam makan malam. Mereka makan dengan tenang, tidak seperti yang Christ harapkan mereka mungkin akan berisik nantinya.

Christ pun menjadi tidak memiliki kesempatan untuk berbicara lebih lanjut dengan Viliant.

"Bosan." Christ bergumam. Duduk di lantai dengan menyelonjorkan kaki sembari membolak-balik kan buku malas.

Drew berada di kamar bersama Christ. Setelah makan malam, Drew langsung mengantarkan Christ ke kamar. Ikut bermain bersama dengannya selama menunggu waktu tidur tiba.

Tidak hanya mereka berdua. Boneka beruang milik Noel, kali ini terlihat lebih bersih, Drew memposisikan boneka terduduk di depan salah satu buku sejarah yang ditemukan di dalam ruangan.

Ketiganya terduduk diam membaca buku sampai gumaman Christ terdengar.

"Apa ada yang bisa saya bantu untuk menghilangkan kebosanan anda?"

Christ menghela napas. Bangkit dari duduknya menuju Drew. Ia mendudukkan di pangkuan Drew yang duduk melipat kaki. Tidak lupa meraih boneka yang baru-baru ini Christ beri nama Jeje dan memeluknya, membiarkan buku yang tadinya berdiri di depan boneka terjatuh.

Drew membantu Christ menyamankan diri. Membiarkan Christ menyandarkan diri di dada dan memeluk erat boneka beruang itu.

"Atau anda ingin berjalan-jalan?"

"Apa boleh?"

"Saya bisa menanyakannya pada Yang Mulia Janvier."

Christ menurunkan senyuman. Mengingat respon Janvier kepadanya masih tidak terlalu baik, pasti pemuda itu akan langsung melarangnya.

Christ menggeleng. Memainkan tangan Jeje seperti sedang bertepuk tangan. "Tidak Pellu. Noel—"

Klik!

"Huh?"

Tiba-tiba pencahayaan di ruangan menghilang. Di ikuti guncangan disekitar membuat Christ sontak mengeratkan pelukan pada Jeje.

"Kkh—"

"Dew!"

Guncangan semakin kencang dan terdengar suara erangan Drew. Christ merasa khawatir karena tidak dapat melihat apapun, erangan semakin keras dan pegangan pada sekitar perut Christ mulai melonggar.

Christ takut sekarang. Ia tidak lagi mendengar ataupun merasakan keberadaan Drew. Digantikan oleh gemuruh getaran dan reruntuhan di sekitar.

Christ tidak ingin mati sekarang. Sudah cukup ia merasa sakit ketika terjepit di antara tembok dan mobil, jangan sampai ia merasakannya untuk kedua kalinya.

Dengan perlahan Christ berdiri. Meraba sekitar dengan gemetar, mencari jalan aman untuknya berjalan. Sayang, beberapa kali Christ harus terjatuh karena tidak dapat melihat. Di tambah dengan guncangan yang tidak berhenti.

"Pangeran! Apa anda berada di dalam?!"

Harapan muncul. Alain berteriak dari luar. Knop pintu di paksa dibuka karena terkunci dari dalam.

"Kak—"

"Noel?! Noel!"

"Aku akan mendobrak pintunya!"

Sial. Ada seseorang yang membekap mulutnya.

Sebuah tangan, dengan sapu tangan berada tepat di mulut Christ. Menghalanginya untuk memanggil Alain.

[BL] NoelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang