Thirteenth

4.1K 542 6
                                    

Ibu kota terlihat begitu ramai. Banyak stand-stand  yang menjual makanan dan minuman berdiri di sekitar pinggiran jalan utama ibu kota.

Christ juga melihat banyak orang membeli dan melakukan pertunjukkan dari kereta yang sedang ia naiki saat ini bersama dengan Federic, Janvier, dan Pascal.

Kenapa bisa?

Christ juga tidak tahu.

Setelah tertidur tadi, Christ  tidak mengetahui apapun. Christ hanya menemui dirinya terbangun di dalam kereta kuda ketika merasakan goncangan di sekitar.

Tidak hanya itu. Christ terbangun di pangkuan Federic dengan wajah bertemu dengan otot dada Federic yang begitu bidang. Seperti gaya koala gitu.

Christ sontak menjauhkan wajah. Melihat sekitarnya dan menemukan Janvier serta Pascal duduk di seberang kursi yang berhadapan dengannya.

"Sudah puas tidurnya?" Federic bertanya dengan lembut. Tidak ada ketegasan atau intimidasi dari nada itu. Benar-benar murni seorang ayah bertanya kepada anaknya.

Christ mengangguk kaku. Memikirkan apa yang ia lakukan mungkin suatu kesalahan. Karena melihat Federic berujar seperti itu justru membuatnya merinding

Apa yang terjadi dengan pak tua ini?

Christ tidak tahu dan tidak mengerti.

Masih di dalam pangkuan, Christ memilih untuk melihat ke arah luar jendela. Karena Federic duduk di bagian kanan kursi, dengan mudah Christ dapat melihat apa yang ada di luar sana.

Melihat banyak berbagai jenis makanan di luar sana membuat Christ merasa lapar. Perutnya bergemuruh. Tanpa sadar menggenggam pakaian depan Federic dan menarik-narik nya.

"Ingin itu?"

Christ mengangguk. Masih membayangkan kalau ia bisa memakan semua makanan yang terjual.

Kaca kereta di ketuk. Christ kembali pada kesadarannya lalu menatap Federic. Kereta ikut berhenti setelah berjalan menuju area pinggir jalan yang sepi penduduk.

Pria dengan pakaian sederhana memunculkan diri. Seorang kusir yang mengendarai kereta mereka membuka pintu dan memberi sapaan sederhana kepada Federic.

"Apa ada masalah, Yang Mulia?"

"Kami akan turun di sini."

"Baik."

Dengan itu pijakan kayu di letakkan di bawah depan pintu kereta. Digunakan untuk membantu mereka turun dari kereta.

"Kenapa kita tulun?" Christ bertanya dengan bingung. Ia sudah di himpit oleh kedua kakaknya kanan kiri dengan kedua tangan di genggam.

"Kamu ingin makan bukan?" Federic berjalan dahulu setelah berbicara dengan pak kusir. Memimpin mereka kembali menuju jalanan utama.

Lalu lalang banyak orang menyambut mereka. Dari penjual, pembeli, penampilan jalanan. Rasanya seperti berada di pasar malam. Aroma berbagai jenis makanan tercium.

Satu stand mengambil perhatian Christ. Cumi bakar dengan berbagai jenis saus. Christ melepaskan genggaman dan berlari menuju stand itu.

"Hello, boy. Ingin mencoba cumi bakar ini?"

Pria tua berbadan tambun menyapanya. Mengambil satu tusuk cumi bakar dan memberikannya pada Christ. Tentu di terima baik oleh Christ.

"Telima kasih paman.."

Christ mengambil gigitan pertama. Rasa asin dan manis bercampur dengan baik menyapa lidahnya. Kenyal dari tekstur cumi tidak terlalu keras sehingga tidak membuat Chirst berusaha keras untuk mengunyahnya.

[BL] NoelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang