Thirteen (Act 2)

394 29 3
                                    

"Kurang ajar. Laki-laki sialan!"

Tidak disangkanya Jean mengumpat tidak henti didalam pikiran. Milo mencoba menahan tawa, tidak rela dirinya dianggap gila oleh para bangsawan lain.

Jean sudah mengumpatinya sejak ia membantu menenangkan Noel. Tentu saja Milo sengaja. Terus mengulang ingatannya saat bersama Noel agar semakin marah pula jiwanya yang lain itu.

"Tapi kau juga menyukainya kan? Wajah Noel terlihat sangat seksi." Godanya. Ditambah ia kembali mengingat bagaimana Noel gemetar dihadapannya, tangan meraih agar Milo bisa lebih cepat menggerakkan tangannya. Tidak lupa dengan desahan merdu yang keluar dari bibir tipisnya. Hal itu semakin membuat Jean naik pitam sampai gelas wine yang di pegangnya gemetar.

"Bangsat- kamu mau aku sepak dari tubuh ini?!"

"Coba saja. Tidak takut tuh."

"Milo!" Pekiknya kesal. 

"Keluarga inti Kerajaan Lains memasuki ruangan!"

Pengumuman kencang dari pengawal yang berjaga menghentikan perdebatan keduanya. Milo mengalihkan pandangan, ke arah tangan yang terletak di tengah ruangan dengan dua orang berbeda usia berjalan turun disana. Penjaga menyebutkan nama ketiganya, mengumumkan kedatangan ketiga orang yang penting bagi kerajaan ini.

Seluruh bangsawan yang hadir bertepuk tangan meriah, menyambut kedatangan keduanya yang perlahan bergabung di lantai utama. Keduanya langsung menghampiri dirinya, tidak, lebih tepatnya Noel sedari tadi diam di samping Milo sembari mengawasi jalannya pesta. 

"Apa kamu menyukai pestanya, Noel?" Sapa sosok yang menggunakan eye patch pada mata kanan dengan luka melintang disana. Memberikan senyuman dan pelukan setelah Noel memberi salam hormat.

"Aku menyukainya kak. Ini pesta termewah yang pernah aku miliki." Balasnya jujur. Membalas senyum sang kakak begitu pelukan terlepas.

Pandangannya sekarang beralih pada Milo yang memilih diam. Diikuti Janvier yang berdiri di sebelah Pascal bergantian menyambut sang adik.

"Sapa mereka, Milo." Ingat Jean.

Milo menurut. Mengganti pegangan wine di tangan kiri lalu meletakkan tangan kanan yang terkepal pada dada kiri. Sedikit menunduk diikuti sapaannya pada Janvier dan Pascal.

"Salam bagi matahari kerajaan Lains."

"Kau masih sopan seperti biasanya, Jean." 

Pascal menepuk pundak Milo yang perlahan menegakkan tubuh. Balasan dari Pascal adalah hal normal, tidak seperti Janvier yang hanya diam menatapnya.

"Terima kasih atas pujiannya, pangeran kedua."

"Ahahaha, panggilah kak Pascal seperti dulu."

Akhirnya Milo dan Pascal terlibat sedikit percakapan. Isi percakapan tidak jauh menanyakan kabar masing-masing. Mengingat satu windu mereka tidak berjumpa, terakhir saat makan malam di kekaisaran.

Kemudian Pascal meminta izin, menghampiri Janvier dan Noel yang sepertinya sedang membicarakan rencana mereka selanjutnya. Terkadang ia mendapati Noel melirik padanya, yang dengan cepat dialihkan begitu Milo membalas tatapannya.

"Kau benar-benar berpikir rencananya akan berjalan baik?" Tanya Jean tanpa sebab, sedikit mengejutkan Milo karena suara yang tiba-tiba.

"Kenapa tidak? Mereka sudah menyusunnya sebaik itu. Sedikit kemungkinannya gagal kalau seperti itu." Balas Milo. Menyesap sedikit red wine dan menikmati rasa pahit asam bercampur pada indra perasa. 

Sedikitnya Milo dan Jean sama-sama sudah mendengar rencana yang akan dilakukan. Menurut Milo itu adalah rencana yang bagus dan sudah pikirkan matang-matang. Hanya saja Jean masih merasa cemas. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[BL] NoelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang