Eighteenth

3.9K 476 4
                                    

Panasnya matahari  menyambut Christ. Burung-burung berkicau merdu membangunkan dari tidurnya.

Christ mengerjap, menetralkan pemandangan yang buram sebelum membangkitkan badannya.

Ruangan terlihat sepi. Tidak ada tanda-tanda sang pemilik kamar di dalam. Christ sendiri berada di atas kasur milik Pascal. Sendirian, tanpa ada jejak bahwa Pascal ikut tidur di sana.

Matahari terlihat sangat terik melalui jendela. Terbuka sedikit mengantarkan angin sejuk membuat ruangan terasa sedikit dingin. Christ rasa ini sudah bukan pagi hari lagi.

Kemana kakaknya itu?

Saat akan menuruni kasur, pintu di ketuk lalu di buka dan menampilkan sosok Adaire dengan nampan berisi makanan. Perempuan itu awalnya tanpa ekspresi. Lalu  ia tersenyum ketika melihat Christ sudah terbangun. Meletakkan nampan pada meja nakas, perempuan itu menghampiri Christ.

"Pangeran, anda sudah bangun! Bagaimana tidur anda semalam?" Seperti biasa, Adaire membuka pembicaraan.

Christ mengangguk pelan. Tersenyum sebelum menjawab perempuan itu. "Nyenyak Ile. Kalau Ile sendili?"

"Saya bahkan mimpi indah pangeran!" Jawab Adaire antusias.

Keduanya mulai mengobrol seperti biasa. Adaire menceritakan hal-hal yang dilakukannya kemarin saat sedang tidak bersama Christ.

Christ menjawab dengan kekehan. Terkadang ia juga akan menceritakan kejadian yang ia alami ketika berada di festival. Saat membeli banyak makanan, cumi terjatuh, sampai ia berdansa dengan Drew. Untuk hal terakhir, wajah Adaire sedikit murung. Mengatakan kalau iri dengan Drew yang bisa berdansa dengannya. Lalu Adaire membantunya untuk berbenah sebelum memakan sarapannya yang terlewat karena telat bangun.

"Oh ya, Ile. Kak Paca ada dimana? Noel tidak melihatnya sedali tadi." Tanya Chirst di selang sarapannya. Mengingat tujuan sebelumnya untuk mencari keberadaan Pascal

"Pangeran Pascal sedang makan siang bersama keluarga kekaisaran. Ayah dan kakak sulung anda juga ikut." Jawab Adaire. Sibuk merapihkan tempat tidur Pascal dan segala ornamennya.

Christ menjatuhkan sendok dari genggaman. Menatap horor Adaire lalu mendekati pelayannya itu. "Kenapa balu bilang?!"

"Eh? Anda baru menanyakan itu kepada saya."

"Ile! Noel ingin ikut makan siang!"

"Tetapi— pangeran! Jangan berlari!"

Christ tidak mendengarkan. Berlari menuju ruang makan dengan bantuan ingatan. Seharusnya kamar Pascal tidak terlalu jauh dengan ruang makan di bandingkan kamarnya. Namun, akibat tubuh kecil Noel, jaraknya membuat Christ harus mengambil napas banyak.

Sampai di simpangan lorong, sosok tubuh muncul tiba-tiba membuatnya tertabrak dengan sosok itu. Kening dan pantatnya terbentur. Christ meringis merasakan perih di kedua area.

Rasanya seperti saat Christ menabrak Alain beberapa hari lalu.

"Maaf. Apa itu sakit?"

Sosok itu berdiri di hadapannya. Mata hijau kekuningan terlihat begitu kosong seperti tidak ada kehidupan didalamnya. Menatap Noel dalam seolah mengulik isi hatinya saat ini. Rambut magenta turun menutupi kening, tetapi masih dapat memperlihatkan luka melintang panjang di bagian pelipis kiri. Wajah penuh penderitaan menjadi ingatan tetap di dalam benak Noel.

Louise. Dengan tubuh sedikit merendah menatap Christ lembut. Tangannya di bawa ke depan untuk membantunya bangkit.

Deskripsi Louise di e-book The Only One begitu berbeda dengan apa yang bisa Christ lihat. Ketika berada di ruang pesta kemarin, Christ tidak terlalu memperhatikannya. Hanya memuja ketampanan pemuda itu ketika memasuki ruangan.

[BL] NoelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang