Fifth (Act 2)

431 50 3
                                    

Sudah sepuluh tahun terlewat sejak kematian Iris.

Istana kerajaan yang awalnya telah berubah menjadi kerajaan asri dan damai kembali menjadi istana yang begitu mencekam. Tidak ada kebahagiaan yang muncul dari sana, setelah pusat kebahagiaan semuanya telah menghilang sekarang.

Pascal tidak memiliki minat untuk kembali ke istana. Ia memilih untuk terus berada di perbatasan kerajaan dibandingkan harus kembali ke tempat tinggal yang sangat menyesakkan ini. Ditambah akhir-akhir ini kekaisaran dengan keras menunjukkan ingin mengambil wilayah kerajaan, membuat semuanya semakin suram dan menyedihkan. Sayangnya Federic memanggilnya kembali entah apa tujuannya itu.

Ia menaiki kuda bersama para ksatria kedua lainnya yang memang menjadi rekan serta bawahannya. Begitu sampai di istana setelah melakukan perjalanan selama tiga hari penuh, Pascal menemukan beberapa ksatria kekaisaran berdiri di pintu masuk istana kerajaan. Mereka bersamaan menghentikannya, membuat Pascal dipenuhi dengan tanda tanya.

"Kenapa ksatria kekaisaran bisa berada di istana kami?"

Salah satu ksatria maju. Walaupun mereka sama-sama ksatria, bukan berarti ksatria kerajaan dan kekaisaran memiliki hubungan yang baik. Karena perbedaan pendapat dari pemimpin utama merekalah yang membuat hal tersebut bisa terjadi.

"Hari ini sedang di adakan pertemuan besar antara Yang Mulia Kaisar Durant dan para petinggi. Jadi kami bertugas untuk menjaga kelancaran pertemuan tersebut."

Pascal memiliki perasaan yang tidak enak karena hal ini. Ia tanpa mengatakan apapun lagi memacu kuda yang dinaiki untuk memasuki istana. Pascal juga tidak lupa untuk langsung berlari begitu turun dari kudanya, meninggalkan teriakan ksatria kedua lainnya yang terus memanggilnya.

Memasuki ruang pertemuan utama, Pascal mendapati Noel yang duduk bersimpuh didepan kaisar dan ayahnya sendiri. Senyum semingrah terpatri di bibir, membuat Pascal berpikir itu adalah senyuman pertama yang ia lihat setelah beberapa tahun terakhir. 

---

"Apa-apaan yah? Ayah gila mengizinkan Noel melakukan hal itu!"

Pascal benar-benar tidak ambil pikir dengan apa yang dilakukan Federic. Setelah Pascal mencari lebih tahu, ternyata adiknya itu menyerahkan diri pada kaisar agar dapat menjadikan dirinya 'barang perjanjian' agar kerajaan bisa berdiri bangkit dari keruntuhan. 

Dan apa yang dilakukan Federic?

Pria itu menyetujui kaisar yang menyatakan hal tersebut di depan para petinggi lainnya.

Federic masih duduk diam di kursi kerja, dengan banyaknya dokumen di atas meja menjadikan Federic mungkin raja manusia tersibuk di kerajaan ini. Wajahnya tidak menunjukkan emosi apapun, membuat Pascal semakin geram atas tingkah ayahnya.

"Ayah-"

"Lalu katakan pada saya apa yang harus saya lakukan."

Pascal terdiam. Federic kini menatap, menggunakan mata merah seperti miliknya tetapi lebih tajam dan menusuk. Tatapan itu seperti menunjukkan banyak emosi yang ditahan, menunjukkan pula banyak hal yang sudah dilihatnya selama hidup sebagai raja kerajaan Lains sendiri.

Ucapan Federic juga sudah cukup memberikan Pascal kesan kesedihan serta kebingungan atas apa yang harus dilakukan pria itu selanjutnya. Kehilangan arah dan putus asa, Pascal tidak pernah melihat hal tersebut secara langsung dari sang ayah.

"Itu adalah keinginannya." Federic bangkit dari duduknya. Sekilas ia menatap beberapa lukisan milik Iris yang terpajang apik di sekitar pintu masuknya. "Saya tidak ada kewajiban untuk melarangnya."

Dengan begitu Federic berlalu, meninggalkan Pascal yang bertarung dengan pikirannya sendiri.

---

Warning! Smut area!

Rasanya ini seperti karma untuk dirinya.

Kerajaan hancur, dengan kekaisaran yang menjani penyebab utama dari semuanya.

Seharusnya sejak awal Federic mau mendengarkan Jean, anak dari Galant yang merupakan duke kekaisaran dan teman masa kecil Federic. 

Beberapa hari setelah kematian Iris, anak itu rela datang berkunjung kekerajaan. Langsung berhadapan dengannya dan mengatakan hal yang sangat mustahil bahkan untuk orang awam sekalipun dengar.

Kekaisaran lah yang sudah merencanakan pembunuhan Iris.

Tentu saja Federic tidak langsung percaya dengan anak itu. Ia tidak memiliki cukup bukti, bahkan dengan Jean menceritakan kematian Elayne ibu Jean yang mati karena dilecehkan oleh pihak kekaisaran.

Anak itu secara terang-terangan mengajak Federic untuk membalas dendam. 

Dan Federic menolaknya.

Sekarang ia mendengar semua secara langsung dari Durant, yang berada di atas tubuhnya sembari bergerak naik turun. Terus bercerita sembari menikmati kepemilikan Federic di dalam tubuh pria itu.

Federic tidak dapat melakukan apapun. Pria itu menggunakan sihir tingkat tinggi yang membuatnya tidak dapat bergerak melawan. Bahkan saat pria itu menggunakan tubuhnya sesuka hati.

"Karena Briggite begitu membenci adiknya sendiri, bukankah membunuh Iris adalah hal yang tepat?" Durant tertawa, tangannya menelusuri dada Federic yang masih kencang di usia tuanya. Tidak lupa ia memajukan tubuh untuk mengecup, memberi tanda sehingga membuat Federic bisa menjadi miliknya. "Dengan begitu aku bisa mengambil mu kembali." Lanjutnya mendesah pelan saat menggerakkan diri.

"Kamu begitu sombong. Uluran tanganku kamu abaikan setelah mencintai wanita itu. Aku mudah cemburu, kau tahu itu kan?" 

Durant dengan kasar meraih rahang Federic, menggunakan kesempatan itu untuk meraup bibir yang selalu ia sukai sejak lama. Beberapa menit, akhirnya Durant melepaskan begitu mencapai puncaknya. Mendesah nikmat tepat didepan wajah Federic yang sejujurnya membuatnya merasa mual.

"Dulu aku sempat meminta secara baik-baik pada Iris untuk menyerahkan mu. Tapi wanita itu sangat gigih, sama seperti Elayne."

"Awalnya aku ingin menggunakan metode yang sama dengan Elayne untuk membunuh Iris. Hanya saja aku tidak ingin kamu menjadi membenciku karena hal itu. Seperti Galant yang membenciku setelahnya."

"Kamu gila."

"Ya! Kamu benar, aku gila. Aku gila karena telah mencintai kakaku dan sahabatnya sendiri. Aku tidak suka saat ada wanita yang mendekati kalian, bahkan menikah dengan kalian." Durant tertawa keras. Federic yakin sosok ini benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya.

"Ini hadiah terakhir dariku untukmu. Besok kamu akan di eksekusi, sayang sekali." Durant turun dari tubuh Federic, lalu mengenakan kembali pakaiannya tanpa repot-repot membereskan. Ia tidak lupa memanggil pelayan untuk mengurus Federic, yang kemudian tidak sadarkan diri akibat sihir yang terlalu banyak diberikan oleh Durant.

.

.

.

To be continued

Penjelasan:
Pada chapter ini ditunjukkan cerita yang tidak ditunjukkan dalam buku ' The Only One'.

Tentang bagaimana perasaan sebenarnya Federic terhadap Noel, kematian Iris, alasan Jean membalas dendam, sampai kehancuran kerajaan sendiri.

Dalang dari semua kejadian pastinya Durant dan Briggite, yang sama-sama memiliki ego yang besar sampai dapat menghilangkan nyawa orang lain. 

Durant mengingini Galant dan Federic untuk dirinya sendiri. Sehingga saat mendengar pernikahan keduanya, Durant tidak dapat menerimanya. Didukung oleh Briggite yang memang tidak menyukai Iris i dan Elayne sang pendatang yang mengambil ketenaran dan pandangan orang lain sebagai penyihir terbaik dari Briggite.

Jean dan Noel lah yang menjadi korban terbesar dalam kejadian ini. Jean memiliki dendam besar karena kehancuran keluarganya dan Noel yang tidak mendapat ksempatan mendapatkan kasih sayang dari ayahnya sendiri sejak lahir sampai dewasa. Karena jika Iris masih tetap hidup, akan ada kemungkinan Federic dapat menyayangi Noel dengan tulus meskipun sangatlah kecil.

Sekian untuk penjelasan

See you!!

[BL] NoelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang