Noel kecil terbangun dari tidurnya di pagi yang cerah. Matahari bersinar terang menyambut Noel untuk melewati hari seperti biasa.
Lantai mendinginkan kaki Noel ketika turun dari tempat tidur. Noel menatap kosong pintu kamarnya, seolah menunggu seseorang yang sangat spesial membuka pintu dan mengucapkan kata-kata yang sangat ingin Noel dengar selama beberapa tahun terakhir.
Ketika pintu terbuka, Noel membelalakkan matanya. Berharap kalau doanya selama ini terwujud setelah mengetahui siapa yang membuka pintu.
Sayang seribu sayang, Noel hanya melihat satu-satunya pelayan pribadi yang dimiliki. Tidak ada sang ayah beserta kedua kakaknya.
"Selamat pagi Yang Mulia Pangeran! Selamat ulang tahun!"
Pelayan itu, Adaire berujar senang. Menghampiri Noel untuk membantu anak itu dalam melakukan aktifitas paginya seperti biasa.
Tidak ada yang berubah. Noel mandi, melakukan sarapan di dalam kamar, membaca buku, dan tidur siang.
Semuanya sama persis seperti hari-hari biasanya.
Adaire menyadari kesedihan tuan-nya tersenyum. Dengan izin mengusap kepala Noel dan tersenyum.
"Yang Mulia."
Noel mengangkat kepala untuk melihat ekspresi menenangkan milik Adaire. Ia berujar pelan, sembari membawa Noel ke dalam pelukannya.
"Anda masih memiliki saya Yang Mulia."
"Saya memang buruk rupa dan rendahan. Saya tidak punya apapun yang setara untuk dapat berada di sisi anda selama anda hidup." Adaire menghentikan ucapannya sejenak. Melepaskan pelukan dan memberikan kecupan singkat pada kening tuan-nya.
"Tetapi saya tidak takut untuk itu. Saya akan terus berada di sisi anda. Pegang janji saya."
Noel dengan mata berkaca-kaca mengangguk. Ia kali ini yang memeluk Adaire, menumpahkan rasa sedih serta rasa kecewa yang Noel miliki dalam pelukan Adaire.
Untuk sehari itu, Adaire memberikan Noel pengalaman baru di ulang tahunnya yang menginjak delapan tahun. Beberapa bulan setelah kematian sang ibu.
〰️〰️〰️
"Selamat ulang tahun.."
"Selamat ulang tahun.."
"Selamat hari ulang tahun.."
"Selamat ulang tahun."
Noel meniup lilin ruangan yang diletakkannya di atas meja. Ketika sumbu mati, Noel menepuk tangannya meriah. Sampai ia memelankan tepukan tangan yang bersamaan dengan air mata yang mengalir tanpa izin melewati pipi.
Ia sendirian di kamar yang gelap. Tanpa sang ayah, kedua kakaknya, Drew, bahkan Adaire, pelayan setianya yang selalu berada di sisinya kapanpun dan di manapun.
Drew mati karena tuduhan penghianatan dan Adaire mati tanpa sebab beberapa minggu lalu, meninggalkan Noel sendiri di neraka gelap ini.
Asap lilin menjadi pengiring Isak tangis Noel. Menangisi kenyataan bahwa diusianya yang menginjak tujuh belas tahun, usia dimana menyatakan kedewasaan anak-anak, ia akan tetap sendiri. Dan selalu sendiri.
〰️〰️〰️
Di ulang tahunnya yang ke-20, Noel tidak sempat merayakan ulang tahunnya meski hanya meniup lilin ruangan seperti biasa. Noel disibukkan dengan kepergian dari istana kerajaan untuk menjadi istri dari Putra Mahkota kekaisaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Noel
FantasyHidup sebagai Fudanshi veteran sudah menjadi kenikmatan bagi Christ. Di tambah seluruh asupan yang ia miliki berasal dari sahabatnya, Milo. Bagaimana jika salah satu asupan Milo menjadi boomerang baginya? Akankah Christ bisa menghadapinya atau bahka...