Twenty Fifth

2.7K 374 10
                                    

Tenggelamnya matahari menghentikan perjalanan mereka. Anak itu membawa Christ menuju gua yang ditemukannya. Dengan beberapa ranting pohon kering yang mereka temukan selama perjalanan, mereka berhasil menyalakan api menggunakan bantuan sihir anak itu. Christ hanya dapat berdecak kagum. 

Sebelumnya mereka sudah mencari beberapa buah yang tumbuh di sekitar. Untuk makan malam kalau kata anak itu. Tetapi yang selalu Christ temukan adalah buah beracun. Hampir saja ia mati jika anak itu tidak dengan cepat menepis tangannya, menjatuhkan buah dengan penampilan menarik hancur di atas tanah.

Saat ini Christ berada di gua sendirian. Beberapa buah yang mereka (anak itu) dapatkan tergeletak di atas daun jati. Api unggun terletak tidak jauh darinya. Christ bersandar pada dinding gua, menunggu dengan sabar kepulangan anak itu dari entah Christ tidak tahu apa yang dilakukannya.

"Hah.."

"Kau akan cepat tua jika menghela seperti itu."

Anak itu kembali. Dengan tangan memegang nampan kayu di atasnya berisi berbagai jenis daging. Di letakkan diatas tanah, Christ dapat melihat daging-daging telah di potong dengan rapi. 

Tanpa berbicara anak itu mulai menusukkan beberapa daging ke ranting pohon sisa. Memisahkan antara daging putih dengan daging merah di ranting yang berbeda. Barulah ia letakkan di atas api unggun untuk di masaknya.

"Telima kasih.." Gumam Christ. Mendekatkan lutut ke dada dan memeluknya. Menatap malu-malu anak itu yang sayangnya tidak terlihat seperti anak-anak. Kalau di perhatikan, wajahnya yang cantik terlihat tampan oleh Christ. Rahangnya tegas dan mata tajam. Christ yakin jika dewasa nanti, anak ini benar-benar akan tampan.

"Tidak masalah."

Suara jangkrik memecahkan keheningan malam. Anak itu mendudukkan dirinya di samping kiri Christ, membolak balikkan daging agar matang merata. Saat warna sudah kecokelatan, barulah anak itu mengambil dan meletakkannya di atas daun jati yang tersisa. 

"Makanlah." Christ menerimanya. Yang diberikan berisi daging putih, dan ketika memakannya Christ dapat merasakan tekstur daging ayam. Rasanya hambar, tetapi cukup untuk mengenyangkan perutnya yang kosong semenjak siang.

Bagian daging merah yang sudah matang anak itu ambil, di letakkan juga di atas daun jati. Barulah ia memakan daging itu. 

Hanya dalam beberapa menit, makanan telah tandas. Buah juga sudah habis mereka makan setelah memakan daging. Christ meneguk air minum dengan rakus. Ternyata anak itu memiliki persiapan cukup. Membawa dua botol air yang bagaimana caranya ia simpan di dalam sakunya. Meletakkan botol dengan air tinggal setengah, Christ kembali menyandarkan diri pada dinding. 

Sekarang ia mengantuk. Christ menguap beberapa kali dan matanya memberat. Anak itu masih sibuk membersihkan bekas mereka makan. Meletakkannya di seberang dan kembali duduk di tempatnya.

"Kalau mengantuk, tidur."

"Kakak tidak tidul?"

"Aku akan berjaga."

Christ menatap mata hijau redup itu. "Kakak beljaga di sini saja."

Anak itu tidak menjawab. Hanya memberikan tangan kanan untuk Christ genggam dan mendekatkan tubuhnya. Memberikan kehangatan tambahan untuk Christ.

Tangan kirinya di angkat untuk menutup pandangan dan sebagian wajah Christ. Dan karena itu, Christ mengatupkan mata. Bersandar pada pundak lalu tertidur pulas.

Bersurai hijau menarik tangan, menatap wajah manis anak di sebelahnya. Perlahan mendekatkan wajahnya, menyadari sesuatu ia langsung menariknya lagi. Tidak dapat menahan rona yang tiba-tiba menghiasi kedua pipinya.

[BL] NoelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang