Sixteenth

3.9K 505 2
                                    

Pesta yang sebenarnya baru saja terjadi sesaat Christ memasuki ruangan. Seluruh bangsawan terlihat berdansa satu dengan lain diiringi oleh musik musikal yang begitu menyenangkan.

Durant dan Brigitte berdansa di bagian tengah ruangan. Menjadi pusat bagi yang lainnya.

Tidak seperti sebelumnya dimana para kakak Noel dan pihak dari kekaisaran berdiam diri, kini mereka sudah bertukar pembicaraan. Bukan hanya mereka, ada tambahan personel dua orang yang sempat Christ lihat sebelumnya.

Christ tidak dapat dengar apa yang mereka bicarakan. Karena tepat Christ menghampiri mereka, Louise dan Eloise sudah berpamitan terlebih dahulu untuk menghampiri orang tua keduanya.

Dua sosok baru terlihat oleh Christ. Pemuda bersurai merah panjang dengan kacamata bertengger yang Christ lihat pada saat kejadian sir Mou, serta pria berbadan kekar bersurai ungu yang mencium dengan rakus bibir Janvier beberapa hari lalu.

Christ tahu jika yang bersurai ungu bernama Alain. Berasal dari bagaimana Janvier memanggil pria itu dan penjelasan dari Noel. Salah ahli pedang di kekaisaran. Mungkin ia datang karena undangan dari Janvier.

Sedangkan untuk yang surai merah, Christ tidak terlalu tahu. Di lihat dari bagaimana ia menasehati Janvier, Christ rasa ia akrab dengan kakak sulungnya itu.

Melihat kebingungan di wajah sang adik, Janvier menyuruh keduanya untuk memperkenalkan diri.

"Salam, pangeran ketiga kerajaan Lains. Perkenalkan nama saya Akebi Adelard, sekretaris pribadi Yang Mulia Janvier. Kita telah bertemu sebelumnya."

Pemuda bersurai merah terlebih dahulu memperkenalkan diri. Merendahkan tubuh menyamakan tinggi dengan Christ dan mengambil tangan kanan untuk di kecupnya.

Tak lama Alain mengambil alih tangan Christ. Mengucapkan salam dan ikut mengecup tangan Christ. "Nama saya Alain Constantine. Pendekar pedang di kekaisaran sekaligus kekasih dari Janny."

"Kekasih?"

"Ya, kau sudah melihatnya waktu itu. Saat— Janny, aku bercanda." Potong pria itu saat Janvier menatapnya tajam.

Christ membalas salam keduanya dengan anggukan. "Noel Agathias, pangeran ketiga kerajaan Lains."

Kedua orang yang Christ lihat sudah berdiri. Kembali bertukar pembicaraan tentang perbatasan. Terkadang Alain melontarkan lelucon yang sama sekali tidak lucu membuat Janvier ataupun Akebi menatap pria itu datar. Atau bahkan menggoda Janvier secara terang-terangan, Pascal yang melihat itu membuat ekspresi ingin muntah. Benar-benar seorang pria yang berbanding terbalik dengan sifat Janvier.

'Ternyata selera kakak mu aneh."

"Saya tidak menyangkalnya." Jawab Noel yang memang sedari tadi berada di sisi Christ. Meski setelah kembali dari taman Noel tidak membuka suaranya, ia terus mengikuti kemana Christ pergi. 

Christ tidak bertanya apapun karena ia tahu nantinya pasti Noel akan menceritkan dengan sendirinya.

Christ melihat bagaimana Alain mengajak Janvier untuk berdansa. Beberapa kali Janvier tidak menghiraukan pria itu sampai akhirnya menghela napas. Mengulurkan tangan agar kekasihnya itu dapat berdansa dengannya.

Pascal di sisi yang berbeda melipat tangan. Bersandar pada dinding dan menatap mengejek pasangan itu. Akebi di sana ikut bersandar. Terkadang Christ menangkap sosok Akebi mencuri pandang ke Pascal. Dan saat Pascal menatap Akebi, pemuda surai merah akan menjadi salah tingkah.

Christ pernah melihat scene ini di setiap cerita yang ia baca. Sepertinya akan menyenangkan kalau bisa menjadi cupid bagi keduanya.

"Anda ingin mencoba berdansa, pangeran?"

Drew menyadarkannya. Sudah berdiri di samping kanannya dan menatap Christ dengan senyuman biasanya.

"Boleh?! Tetapi Noel tidak tahu calanya." Christ ingat sekaku apa dirinya saat menari. Karena itu ia tidak yakin bisa berdansa dengan baik. Christ tidak mungkin mempermalukan dirinya di depan banyak orang nantinya karena terjatuh.

"Saya bisa membantu anda." Tawar Drew. Christ tertarik dengan itu mengangguk semangat. Menerima tangan Drew yang mengajaknya untuk menuju tengah ruangan. 

Christ menyadari sesuatu. Tinggi Noel dan Drew begitu jauh. Christ hanya setinggi perut Drew, sehingga sering mendongak saat melihat mata Drew secara langsung. Itu juga alasan mengapa Drew lebih suka menggendong tuannya saat berbicara.

"Anda bisa meletakkan tangan anda di atas tangan dan pinggang saya." Christ mengikuti perintah Drew. Tangan kiri ia bawa ke pinggang Drew dan tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri Drew.

Drew sendiri meletakkan tangan yang bebas di atas pundak Christ. Mulailah mereka bergerak dengan Drew sebagai pemimpin.

Drew adalah pedansa yang baik. Dengan sabar menuntun Christ meski terus menerus menginjak kakinya. Mungkin karena Drew adalah bangsawan, sudah sewajarnya untuk menguasai dansa.

Suara musik tiba-tiba berubah. Dari yang tadinya memiliki tempo lambat seperti balad menjadi tempo cepat. Tepuk tangan bangsawan ikut menjadi latar belakang.

Drew awalnya menghentikan gerakan. Tak lama ia membawa Christ untuk mengikuti tempo musik. Posisi sudah berbeda dari sebelumnya, Drew memegang kedua tangan Christ dan mengayunkannya.

Seruan para bangsawan membuat Christ mengikuti ajakan menari Drew. Dengan kaku ia menggoyangkan tubuh mengikuti tempo musik yang di mainkan.

Sampai lagu sudah berada di akhir, Drew mengangkat tubuh Christ dan memutarnya.

"Gerakan yang bagus, pangeran."

"Dew juga."

Christ memeluk leher Drew. Dengan senang hati Drew membalas pelukan Christ.

Hal itu tidak lepas dari pandangan Federic di ujung ruangan. Tangannya tidak lepas dari genggaman gelas champagne yang sudah kosong.

"Itulah kenapa sejak awal ayah salah." Pascal datang mencibir Federic. Bebicara tanpa mengalihkan perhatiannya dari sang adik yang terlihat begitu bahagia.

"Kau menyesal bukan?"

Genggaman Federic pada pegangan gelas mengerat. Tanpa berkata-kata lagi Pascal meninggalkan Federic, berjalan menuju adiknya di sambut oleh yang termuda di sana. Noel terlihat senang, beralih ke gendongan Pascal untuk menceritakan apa yang ia lakukan.

Federic menghela napas. Meletakkan gelas pada meja nakas lalu memijat pangkal hidungnya. 

"Apa anda ingin kembali ke kamar anda?" Draco muncul tanpa suara, mengisi tempat kosong dimana Pascal sebelumnya berada.

"Ya. Tolong beritahu kepada Kaisar Durant nantinya."

"Baik, Yang Mulia."

Dengan itu Federic pergi meninggalkan ruang pesta. Menyisakan pandangan penasaran dari seseorang yang melihat Federic pergi.

.

.

.

To be continued

[BL] NoelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang