Third

5.9K 654 4
                                    

Setelah membersihkan tubuh, Christ langsung keluar dari kamar begitu Adaire mengenakan pakaian padanya.

Kemeja krem dengan pola bintang di sebelah kanan dan celana bahan hitam. Mengenakan topi apolo berwarna hitam membuat sebagian rambut putihnya tertutup.

Christ berjalan menyusuri lorong. Banyak barang-barang antik yang ia temui. Kalau bisa Christ ambil dan ia jual, pasti ia akan menjadi kaya secara mendadak.

Duh, jiwa klepto ku bergetar.

Christ menggeleng beberapa kali. Menepuk kedua pipinya menimbulkan suara kencang. Adaire di belakang menatap bingung tuannya.

Tidak hanya barang antik, lukisan juga terpajang di sepanjang lorong. Mulai dari lukisan realistik sampai lukisan abstrak, semuanya terlihat bagus di pandang mata.

Sampailah Christ di depan pintu besar. Terlihat seorang penjaga berdiri di sisi kanan pintu. Menangkap sosok Noel berdiri di dekatnya, penjaga itu menghalangi pintu dengan tombaknya.

Penjaga itu tidak mengatakan apapun. Menatap dengan tajam membuat Christ merasa tidak nyaman.

"Perlakuan yang anda lakukan menghina Pangeran, sir Mou."

Suara Adaire terdengar. Menarik Christ agar berdiri di belakang perempuan itu seolah sedang melindunginya. Christ hanya dapat mengintip karena tangan Adaire menahannya untuk maju.

"Oh? Benarkah? Saya rasa pangeran di kerajaan ini hanya ada dua. Pangeran Janvier dan pangeran Pascal. Dan saya tidak melihat keduanya hari ini. Bagaimana bisa saya menghina pangeran?"

Oh, berani juga dia.

Christ memuji keberanian penjaga itu. Yang dimaksud oleh Mou, namanya mirip suara sapi, adalah kedua kakak laki-lakinya. Janvier pangeran pertama sekaligus putra mahkota, dan Pascal pangeran kedua.

Kalau tidak salah keduanya sedang pergi ke perbatasan kerajaan untuk mengurus sesuatu.

Mengingat perlakuan keluarganya, tidak terkejut kalau banyak orang di kerajaan ini terang-terangan tidak menganggap Noel sebagai pangeran mereka.

Sepertinya tidak masalah kalau Christ melakukan sesuatu.

Di lihatnya Adaire terdiam. Ia menunduk sehingga Christ tidak dapat melihat dengan jelas wajah perempuan itu. Tangannya terkepal menimbulkan urat-urat. Christ menyentuhnya. Ketika Christ maju untuk melihat lebih jelas Adaire, seketika ia mundur saat menemukan ekspresi kesal perempuan itu. Seperti jika mengajak bicara Adaire sekarang, ia akan meledak saat itu juga.

Jika melihat status, Adaire tidak dapat membantah sir Mou. Karena Adaire bisa di kategorikan sebagai budak sedangkan sir Mou adalah seorang bangsawan. Status mengharuskan yang lebih rendah tidak dapat membantah ucapan yang lebih tinggi. Itu adalah peraturan tidak tertulis yang diketahui semua orang yang tinggal di kerajaan Lains.

Tetapi kalau untuk Noel, sepertinya Sir Mou tidak mempedulikannya.

"Ha! Anda tidak bisa berkata-kata bukan?"

Christ hanya menatap Adaire yang akan meledak. Ia menggenggam tangan Adaire guna menarik perhatian perempuan itu. Ekspresinya sontak berubah, digantikan senyum manis yang menyerempet seram.

"Noel tidak apa, Ile." Ujar Christ. Memajukan tubuhnya agar dapat berhadapan langsung dengan sir Mou.

"Pangeran-"

"Anak kecil tidak tahu malu, berani membela budak itu?" Sir Mou memotong ucapan Adaire. Seperti di ingatannya, cara Sir Mou memandangnya seperti kedua kakaknya memandanganya. Christ merasa kesal.

[BL] NoelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang