Twenty Second

3.4K 424 6
                                    

Matahari sudah kembali ke asalnya. Langit menjadi gelap menunjukkan bahwa hari sudah malam. Penerangan minim bagi mereka untuk melanjutkan perjalanan. Di tambah ada satu anak kecil di salah satu kereta yang tidak tahan menaiki kereta begitu lama.

Yaitu Christ.

Terhitung sudah sepuluh jam ia berduduk diam di atas kereta. Harus beberapa kali Christ memindahkan posisi duduk untuk mencari kenyamanan. Sayangnya Christ tidak mendapatkan itu. Jujur, tempat duduk yang ia duduki saat ini sangat empuk. Mirip dengan kasurnya malah. Dan Alain sampai berpindah di sisi Janvier agar membiarkan Christ dapat merebahkan diri di kursi itu.

Hanya saja jalanan saat itu tidak terlalu bagus, membuat Christ beberapa kali harus terantuk pada area dekat pintu kereta.

Mungkin memang dasarnya Christ kampungan atau bagaimana, mungkin tubuhnya Noel tidak memumpuni, Christ sama sekali tidak dapat menikmati perjalanan di kereta ini.

Sampai akhirnya Janvier meminta kusir yang sedang membawa untuk bersinggah di sekitar area yang sedang mereka lewati ini. Menyadari keresahan Christ mungkin.

Christ pikir mereka akan bersinggah di tanah kosong lalu mendirikan tenda. Pada cerita yang pernah Christ baca seperti itu soalnya. Jadi Christ menyiapkan dirinya untuk tidur di dalam tenda, sesuatu yang tidak pernah Christ sukai sedari lama.

Ternyata, kusir menghentikan kereta mereka di perkarangan sebuah mansion luas yang ternyata usut punya usut adalah tempat penginapan milik Akebi. 

Christ turun dari kereta, menemukan Akebi sudah berbicara dengan salah satu pelayan di sana. Janvier dan Alain menuju Akebi, berbicara sejenak lalu meminta Christ untuk masuk ke dalam.

Dapat Christ lihat dekorasi kuno terpajang di setiap sisi rumah. Tangga besar berada di tengah ruangan yang memisah ketika sudah di puncak. Mirip dengan yang berada di istana.

Hanya saja, dari tempat dimana ia berdiri Christ dapat melihat langsung lantai dua. Pemandangan seperti balkon tetapi di dalam dan pintu-pintu menunjukkan nomor di setiap pintunya. 

Di sebelah kanan ada seorang perempuan berjaga di dalam meja konter kayu sedang sibuk mencatat sesuatu. Sampai menyadari kehadiran Akebi dan lainnya ia meninggalkan pekerjaan itu dan dengan ramah menyambut semuanya.

"Tolong siapkan kamar untuk kami dengan kamar yang tersedia."

Dengan cepat perempuan itu membuka catatannya. Melihat ada kamar yang kosong atau tidak. 

"Ada tiga kamar yang tersedia. Apa itu tidak masalah?" Tanya perempuan itu. Akebi melihat sejenak lainnya sebelum mengangguk. "Tidak masalah."

Christ mendengar itu mengerutkan kening. 

Memangnya cukup?

Mereka datang dengan banyak personil. Ada kusir dan pengawal lainnya yang ikut untuk mengantarnya.

Nggak mungkin kan mereka tidur berdesakkan?

Christ menatap Akebi yang membagikan dua kunci pada Nara dan satu kunci pada Alain.

"Kita akan tidur bersama?" Tanya Christ kemudian. Menatap Janvier meminta penjelasan kakaknya itu. Akebi yang mengerti justru membalas Christ.

"Tidak. Kamar hanya untuk Yang Mulia Pangeran dan para pengawal perempuan." Jelas Akebi.

"Lalu kakak lainnya akan tidul dimana?"

"Itu-"

"Mereka akan berjaga." Janvier dengan cepat menjawab. Mengusap surai adiknya yang terasa sedikit berminyak di tangan. Christ mengangguk mengerti. 

[BL] NoelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang