Menurut Adaire, demamnya turun setelah dua hari ia terbangun. Selama dua hari pula, Adaire terus mengurus Christ. Memberi sihirnya secara berkala dan mengompres kening menggunakan kain basah.
Tidak seperti milik Janvier, mana Adaire termasuk kecil mengakibatkan tipe sihir Adaire hanya dapat meringankan rasa sakit, tidak sampai menyembuhkannya. Maka dari itu perlu waktu lima hari (termasuk saat ia pingsan) untuk Christ benar-benar sembuh.
Drew dan Draco berkunjung saat memiliki waktu. Mereka akan membawakan buah ataupun obat herbal untuk Christ konsumsi. Tidak hanya itu, Janvier ikut mengunjunginya.
Tidak masalah jika pria yang merupakan kakak Noel itu mengajaknya berbicara seperti lainnya. Tetapi pemuda berusia 17 tahun itu hanya berdiri diam di samping kusen pintu, bersandar pada dinding dan menatapnya menilai. Bahkan pemuda itu tidak ada sedikitpun niatan untuk memanggil seorang tabib ahli di istana untuk menyembuhkannya.
Christ mungkin akan melempar vas bunga yang di ganti tiap hari airnya oleh Adaire kalau bukan tubuhnya yang sedang demam ini.
"Pangeran, silahkan obat anda."
Sama seperti hari ini, Janvier berdiri di tempat biasa. Tidak melepaskan pandangan darinya ketika Christ membersihkan diri, makan, dan minum.
Beberapa obat herbal sudah ia konsumsi. Tubuh juga semakin merasa baik. Wajar, total lima hari ia beristirahat. Hanya saja bagaimana Janvier menatap membuatnya tidak nyaman. Ia akan merasa bebas saat sore hari menjelang malam. Karena pemuda itu akan berjalan tanpa kata dan meinggalkan ruangan.
Kalung yang diberikan oleh Noel juga sudah terpasang apik di lehernya. Ketika ia bertanya pada Adaire, perempuan itu akan menjawab kalau selama ini ia sudah sering menggunakan liontin itu.
Terdengar aneh, tetapi Chirst membiarkannya.
"Telima kasih, Ile."
"Kewajiban saya, pangeran."
Christ menatap Adaire yang masih dalam kondisi primanya. Tidak merasa terganggu maupun gugup dengan keberadaan Janvier.
Apa selama ini sosok Janvier hanya ilusinya?
Itu tidak mungkin karena terkadang Drew atau Draco akan bertukar pembicaraan dengan Janvier.
Di ruangan hanya ada dirinya, Adaire, dan Janvier. Drew dan Draco tidak sempat berkunjung karena adanya tugas yang diberikan dari Federic. Matahari mulai tenggelam tetapi pemuda itu tidak bergerak sama sekali. Christ curiga Janvier akan menunggu sampai matahari benar-benar tenggelam.
Gelas berisi obat herbal sudah berada di genggaman. Christ meneguk obat itu dengan perlahan. Rasa pahit dan asam yang ia temui selama dua hari ini memasuki indera perasa. Meski begitu tidak terasa aneh di mulutnya. Mungkin karena resep yang di buat Adaire.
Gelas kosong diberikan dan diterima dengan baik oleh perempuan itu. Adaire menunduk memberi hormat sebelum berjalan meninggalkan mereka berdua.
Keheningan melanda. Tidak ada suara sedikitpun melatarbelakangi mereka. Christ merasa canggung. Ia biasanya bisa dengan mudah mengajak nenek-nenek bertukar percakapan di jalan.
"Um, kakak..?" Panggil Christ setelah memberikan seluruh keberaniannya memanggil Janvier dengan sebutan kakak. Janvier, di samping kusen pintu tidak menjawab. Hanya menyipitkan matanya membalas panggilannya.
"Kenapa kakak tidak mendekat..?"
Keheningan kembali melanda. Christ terdiam memproses apa yang baru saja ia ucapkan.
Itu pertanyaan bodoh Christ!
Tentu saja Janvier tidak ingin mendekatinya! Justru jangan mendekatinya!
Ini pure kebodohan Christ.
Suara langkah kaki memecahkan keheningan. Sosok Janvier mendekatinya, Christ berdoa dalam hati agar tidak kembali pingsan.
Tidak Christ sangka. Ia tidak merasakan apapun. Janvier sudah berdiri di samping kasurnya. Christ baru menyadari kalau pakaian yang digunakan Javier berbeda dari yang biasa di pakai.
Biasanya Janvier akan memakai pakaian kerajaan seperti biasa, coat putih beserta aksesorisnya. Tetapi kali ini ia hanya mengenakan kemeja cokelat dengan tali di bagian dada. Celana bahan berwarna hitam dengan pedang tersampir di pinggang.
"Besok pagi, datanglah ke arena pelatihan."
Setelah itu, Janvier berbalik dan berjalan keluar dari kamar. Di pintu, sempat berpapasan dengan Adaire yang sontak menunduk hormat sampai Janvier benar-benar berlalu.
Hanya itu?
Christ menatap Adaire yang ikut menatapnya setelah menutup pintu. "Ada apa pangeran? Anda masih merasa tidak enak badan?"
Christ menggeleng. Merebahkan tubuh dan menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuh.
Dasar orang aneh!
✨✨✨
Arena pelatihan merupakan tanah semen seukuran lapangan basket yang di kelilingi dengan pohon-pohon dengan berbagai jenis.
Jarak arena pelatihan dan kamarnya begitu jauh karena berada di samping kanan istana. Ia sampai merepotkan Adaire untuk menggendongnya.
Banyak sekali ksatria pertama dan kedua berkumpul. Christ membedakan mereka dari pakaian yang dikenakan. Jika pakaian ksatria pertama mayoritas berwarna putih, maka ksatria kedua berwarna hitam.
Mungkin karena pagi hari, seluruh ksatria berkumpul di tempat ini untuk latihan.
Di sana Ia juga dapat melihat Drew dan Draco yang sedang beradu pedang-yang terdengar sedikit aneh jika dalam konteks yang berbeda. Meminta Adaire untuk menurunkannya, Christ langsung berlari menuju kedua ksatria itu.
"Daco! Dew!"
Keduanya menoleh begitu mendengar suara Christ. Drew paling pertama menurunkan pedang dan memberikannya pada Draco. Lalu berjalan mendekat Christ untuk menangkap tubuh kecil tuannya.
Drew mengangkat dan meletakkannya di pelukan, membuat Christ menghadap Drew yang tersenyum puas entah untuk apa.
"Kenapa pangeran ada di sini?" Itu bukan Drew. Draco lah yang bertanya setelah meletakkan kedua pedang di papan penyangga.
"Kakak meminta Noel untuk datang!"
Draco dan Drew saling memandang sebelum kembali bertanya. "Kakak?"
"Ya! Kak Javi!"
Suara berisik di sekitar mereka berhenti. Seluruh ksatria terdiam seolah baru saja mendengar sesuatu yang ajaib.
Christ melihat sekitar. Apa Ia baru saja melakukan kesalahan?
Draco dan Drew memandangnya aneh. Christ merasa yakin kalau ia baru saja melakukan kesalahan.
"Dew..? Daco?"
"Kenapa kalian berhenti? Lanjutkan latihan kalian!"
Panjang umur. Janvier memasuki arena pelatihan. Seluruh ksatria menunduk mengiring Janvier berjalan menuju mereka. Drew ikut menunduk dengan menahan punggung Christ agar tidak terjatuh.
"Selamat pagi, Yang Mulia."
"Pagi kakak!"
Setelah semalam Christ berpikir, ia memutuskan untuk memberikan kesan bagus terhadap Janvier.
Janvier tidak memberikan pandangan sama seperti ingatannya semalam. Itu mungkin menjadi kesempatan bagi Christ untuk mengambil hati Janvier.
Janvier sendiri mengangguk, mengambil alih tubuh Noel membuat pemiliknya terbengong tidak percaya.
"Draco, bawakan pedang yang ku pesan kemarin di ruang penyimpanan. Dan Drew, jadilah lawan untuk Noel."
"Eh?"
.
.
.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Noel
FantasyHidup sebagai Fudanshi veteran sudah menjadi kenikmatan bagi Christ. Di tambah seluruh asupan yang ia miliki berasal dari sahabatnya, Milo. Bagaimana jika salah satu asupan Milo menjadi boomerang baginya? Akankah Christ bisa menghadapinya atau bahka...