Ninth (Act 2)

392 43 6
                                    

Pada pagi hari musim gugur yang sejuk dan menenangkan. Daun-daun mulai berguguran memenuhi halaman istana, terlihat berwarna di bawah terik matahari yang bersinar.

Dari dalam istana terdengar beberapa langkah kaki bergema. Semakin keras menuju salah satu ruangan yang pintunya dibuka begitu lebar karena pengumuman yang begitu mendadak.

Surai perak dengan langkah kaki kecil berusaha mengikuti sosok yang lebih besar. Surai hitam dan mata merah yang menjadi ciri khas, ditambah bekas luka panjang dari mata kanan sampai ke bibir. Begitu pintu di buka paksa, surai perak berhasil mengejar ketertinggalan. Ia berdiri di samping sosok surai hitam yang sama memandang apa yang ada di dalam ruangan itu.

"Pascal, Noel."

Suara serak hampir terdengar seperti bisikan. Tetapi keduanya masih dapat mendengar jelas panggilan untuk mereka, berjalan perlahan mendekati sosok yang duduk bersandar pada kepala tempat tidur. Tubuh terlihat kurus dan wajah pucat, berbanding terbalik dengan sosoknya yang tegap beberapa tahun lalu. Tidak hanya sosok itu, ada sosok lainnya yang duduk sedia di samping tempat tidur. Kantung mata terlihat begitu gelap, sangat kontras dengan manik kuning yang bersinar. Surainya yang berwarna ungu sangat berantakan, seperti tidak di urus untuk waktu yang sangat lama.

Keterdiaman kedua orang itu membingungkan sosok yang berada di tempat tidur. Berpikir mungkin dirinya sudah membuat kesalahan besar, perlahan ia mencoba bangkit dari tempat tidur.

Suatu hal yang tidak disangka terjadi. Dua sosok itu akhirnya bergerak, langsung menyerbu tempat tidur luas dan memberikan pelukan hangat.

"Kakak–" Bersurai perak bergumam. Air mata sudah mengenang dan menetes begitu saja ketika merasakan dirinya di balas peluk dengan satu tangan. Sama juga dengan yang memiliki bekas luka. Menenggelamkan wajah pada pundak dan menghirup aroma khas yang sudah di hirupnya selama setahun penuh di ruangan ini.

"Kenapa kalian jadi cengeng seperti ini?"

Tidak ada jawaban yang berarti. Hanya terdengar isakkan pelan dari keduanya yang semakin mengerahkan pelukan.

Surai ungu menyadari situasi. Izin mengundurkan diri dan meninggalkan ketiganya di dalam kamar. Menumpahkan kerinduan masing-masing setelah setahun kejadian napas yang telah terjadi.

---

Christ tidak terlalu yakin Ia bisa melewati semuanya dengan baik.

Setelah mengetahui kebenaran yang sangat tidak disangkanya, Christ pikir ia akan menjadi gila sebentar lagi kalau tidak dibantu penjelasan dari 'dewa' yang ternyata merupakan jiwa Louise.

Penyatuan jiwa tidak terjadi, jiwa Noel sudah sepenuhnya pergi, dan petinggi yang ikut campur dalam berjalannya semesta.

Sekarang hanya Christ yang bisa mengendalikan semuanya. Sampai harus mengetahui siapa yang berpindah jiwa selain dirinya.

Terhitung sudah enam bulan sejak ia mendapati semua ingatan Noel. Kalau di total sudah setahun sejak kejadian yang mengakibatkan hilangnya nyawa Adaire dan Draco. Selama ini ia mengawasi seluruh apa yang sudah terjadi.

Ia sudah melihat apa yang dilakukan Noel saat menggantikan dirinya. Noel bersikap wajar, begitu terpuruk atas kematian kedua orang terdekat sampai kekurangan gizi. Lalu Pascal dan Federic yang selalu pergi ke perbatasan. Christ tidak tahu apa yang dilakukan, karena Noel sendiri juga tidak mengetahui hak itu selama memasuki tubuhnya sendiri.

Javier belum memiliki kesadaran. Tidak terlalu berpengaruh pada keadaan karena Alain yang siap sedia berada di sisi pasangan.

Benar-benar melenceng jauh dari alur sebenarnya.

[BL] NoelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang