1

1.6K 135 6
                                    

Hal yang Christ ketahui adalah, Ia sudah tinggal di panti asuhan semenjak Ia bayi. Itulah yang ibu panti ceritakan setiap kali Christ bertanya. Christ menangis sangat kencang saat itu, dalam keadaan demam dan seluruh wajah memerah. 

Ibu panti yang pada dasarnya memiliki hati yang mulia langsung membawa Christ masuk, merawat Christ seperti anak sendiri sampai dirinya tumbuh dewasa dan dapat mengurus diri sendiri.

Christ tumbuh dengan banyak pertemuan dan perpisahan. Banyak anak panti baru maupun yang lama datang lalu pergi di bawa oleh orang tua angkat mereka. Christ terus menerus melihat pemandangan itu, dengan berpikir, kapan itu adalah gilirannya.

Ada anak yang selalu menemani Christ. Selalu berdiri di sampingkan dan mendukung apapun yang dilakukannya.

Itu adalah Milo.

Seorang anak yang berbeda lebih tua dua tahun darinya, selalu berperan sebagai kakak kakak laki-lakinya. Meski pertemuan pertama mereka dapat dikatakan tidak terlalu berkesan. 

Saat itu musim penghujan ketika Christ bertemu Milo untuk pertama kalinya. Datang bersama ibu panti dalam keadaan basah, Christ menatap keduanya bingung.

"Ini nak Milo. Mulai hari ini dia akan tinggal bersama kita."

Ibu panti membawa anak laki-laki asing itu. Christ yang menyadarinya langsung berlari menuju ruang laundry untuk mendapatkan dua handuk kering. Memberikan pada ibu panti yang diterima dengan baik oleh beliau.

Christ dalam diam memandang bagaimana ibu panti berusaha membantu Milo mengeringkan badannya. Christ memiringkan kepala melihat anak itu justru menepis tangan ibu panti. Dan itu membuat Christ kesal.

"Oi, jelek!"

Ibu panti dan Milo sama-sama memandang Christ yang berdiri tidak jauh di samping mereka dengan berkecak pinggang. Ibu panti akan mengomeli Christ, di tahan oleh Milo yang berdiri lalu berjalan mendekati Christ.

"Ada apa?" Tanya anak itu dengan datar. Tidak menunjukkan ketertarikan untuk berbicara dengan Christ ataupun membalas apapun yang akan di ucapkannya. Tentu saja hal itu membuat Christ kesal.

Christ menarik handuk yang dipegang oleh ibu panti. Bergantian kini dirinyalah yang mengusak rambut hitam Milo dengan kasar. Milo tidak membalas. Membiarkan Christ mengusap rambutnya hingga kering.

"Christ, jangan-"

Bugh.

"Akh!"

Setelah cukup, Christ mengambil handuk kembali untuk di gulung. Barulah dilemparkan handuk tersebut membuat Milo kehilangan keseimbangan dan terjungkal kebelakang,

"Apa-apaan!"

"Kalau sudah di sini, jangan macam-macam! Mandiri!"

Christ berdiri menjulang di depan Milo, memberikan peringatan agar anak itu bertingkah laku baik untuk kedepannya.

Tetapi tidak ada yang berubah. Milo bersikap dingin pada yang lainnya dan pernah membuat beberapa anak panti menangis karena tingkah lakunya.

Christ tidak dapat mengingat apa yang membuat Milo berubah menjadi lembut. Tidak ada lagi sikap dingin yang biasa diberikan oleh anak itu ketika Christ berbicara langsung padanya. 

Dan tanpa Christ sadari, keduanya menjadi begitu dekat, bahkan Christ merasa tidak ingin kehilangan Milo untuk beberapa waktu kedepan.

Disaat anak panti lainnya pergi dari panti asuhan, Milo terus berada di sisinya mulai dari pagi hingga menjelang malam. Bahkan mereka pun sampai satu sekolah serta sekelas pula, mengingat saat itu Milo lah yang secara langsung meminta agar dapat satu kelas dengan Christ.

[BL] NoelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang