Nineteenth

3.6K 491 7
                                    

Pakaian sudah terkena tanah. Kedua makhluk adam hawa masih menanam seluruh bibit yang ada dari dalam kantung.

Christ pertama kali mendudukkan diri ke tanah. Bisa ia rasakan kebas menyerang kakinya akibat berjongkok terlalu lama.

Eloise terlihat masih fokus menanam bibit.

Terkadang perempuan itu akan cemberut karena posisi yang tidak pas. Christ tertawa dalam hati.

Ia pikir Eloise adalah orang tidak mudah bergaul. Memilih diam dibandingkan bergabung dalam pembicaraan.

Karena seingat Christ sendiri tidak pernah mendapatkan deskripsi lengkap tentang Eloise di dalam e-book. Hanya sebagai putri kekaisaran dan adik dari Louise.

Sekalinya muncul, Eloise begitu saja melewati Noel yang sedang membersihkan kaca. Tanpa pernah melakukan interaksi dengan di tokoh utama.

Nyatanya, Eloise sangatlah pandai berbicara. Setiap Christ menjelaskan bagaimana menanam, Eloise akan aktif bertanya. Apapun itu di tanya oleh anak itu. Jiwa-jiwa ekstrovert Christ kan menjadi tertantang.

Sampai tidak sadar dengan tujuan mereka pada awalnya.

Melihat Christ terduduk, Adaire menghampiri tuannya. Meminta izin sebelum mengusap wajah Christ hingga bersih.

"Ile! Nanti minta tolong sihil lagi. Agal tumbuh cepat!"

"Baik pangeran."

"Sihir?" Suara Eloise menimpali mereka. Christ dan Adaire sama-sama menoleh ke arah perempuan itu yang sudah meletakkan begitu saja sekop di atas tanah.

"Ah, maafkan saya. Terkadang saya memberikan sihir untuk mempercepat pertumbuhan." Jelas Adaire.

Chirst mengangguk dengan bangga. Memberikan senyuman puas saat Adaire membawanya ke dalam gendongan. "Ile sangat pandai menggunakan sihil. Elis halus lihat!"

Elis, panggilan yang Christ tetapkan beberapa detik sebelumnya. Berharap perempuan itu tidak akan marah jika ia memanggilnya seperti itu.

Sedangkan Adaire yang di puji oleh Christ merona. Sudah sering mendengar pujian dari Christ, tetapi tidak jika di hadapan seseorang.

Eloise terlihat mengangguk. Memberikan senyuman sekilas kepada Adaire membuat perempuan dengan bekas luka itu semakin merona.

"Bisa kah kita melanjutkan perjalanan?" Tanya Eloise setelahnya. Sudah berdiri menepuk-nepuk pakaiannya guna menghilangkan debu yang menempel.

"A-ah, baiklah. Mari saya antarkan."

Adaire dan Christ berjalan terlebih dahulu, meninggalkan kedua saudara di belakang saling menatap seperti sedang bertukar pikiran.

〰️〰️〰️

Matahari sudah hampir tenggelam saat mengunjungi tempat terkahir di istana. Arena pelatihan terlihat ramai seperti yang temukan sebelumnya.

Hanya saja kali ini di penuhi dengan ksatria kedua. Seragam hitam mencolok para ksatria sudah menunjukkan identitas masing-masing orang.

"Ini adalah tempat pelatihan yang disediakan kerajaan. Biasanya ksatria pertama dan kedua melakukan pelatihan di tempat ini. Seperti sparing dan lainnya." Jelas Adaire setelah menurunkan tubuh Christ.

Dengan aktif anak itu berlari menuju pria bersurai merah yang sibuk menebaskan pedang ke samsak jerami.

"Apa anak itu selalu seperti ini?" Tanya Louise melihat Christ memeluk kaki pria yang ternyata Pascal (sedang menyamar) dan bergelayut di sana. Pertanyaan menuju pada sikap Christ sebelumnya yang berlari cepat menuju tempat dessert saat pesta berlangsung.

Adaire tertawa pelan. "Hanya akhir-akhir ini. Dahulu pangeran Noel lebih pendiam."

"Pendiam? Tidak yakin." Kali ini Eloise. Menunjuk ekspresi tidak percaya dengan ucapan Adaire.

Adaire sendiri mengangguk. Sedikitnya senyumnya menjadi luntur mengingat apa yang sudah tuannya lewati selama ini.

"Saya juga tidak akan percaya jika baru melihatnya. Tetapi memang seperti itu kebenarannya."

Louise mengangguk mengerti. Tidak melepaskan pandangan dimana Christ yang sudah tertawa lepas.

Pertama kali Louise melihat Noel adalah saat mengunjungi kerajaan ketika kabar tentang Iris terdengar.

Noel terlihat menyendiri di ujung ruangan tanpa melepaskan pandangan dari peti mati Iris. Di tangan menggenggam erat boneka dengan bercak darah dan setangkai bunga Lily.

Tidak ada pancaran cahaya di mata merah itu. Begitu gelap seolah darah yang sudah lama di biarkan begitu lama.

Louise tidak tahu apa yang dirasakan anak itu karena rasanya sangat.. kosong.

Dan itu sukses membuat Louise tertarik dengan Noel.

"Brother. Are you good?" 

Eloise menggenggam tangan Louise yang tanpa di sadari pemiliknya terkepal. Kuku panjang terawat miliknya menancap telapak tangan menimbulkan luka kecil.

Louise tersadar, membalas genggaman sang adik membiarkan darah menempel di sana.

Terlihat Eloise dan Adaire menatapnya bingung. Mungkin sudah beberapa

"I have called you for so many times. It seems like you're spacing out. Do you want to talk about it?" Tanyanya kembali. Melihat tidak ada balasan dari kakaknya.

"I'm good. Don't worry." Jawab Louise. Eloise mengangguk mengerti, tidak akan terlalu menekan sang kakak.

Adaire membiarkan waktu untuk kedua saudara itu. Diam-diam memperlihatkan tanpa berfikir untuk menganggu.

"Ile, apa ada sesuatu?" Gaun pelayan di tarik dari bawah. Christ terlihat melihat kedua saudara, salah satu jari telunjuk kanan di depan bibir menunjukkan rasa penasaran anak itu.

"Tidak ada pangeran. Sudah berbicaranya dengan sir Easter?"

"Um! Tadi Noel beltanya kenapa tidak bisa melihatnya di pesta. Telnyata ayah membelikan tugas." Christ menjelaskan.

Kebenarannya adalah Pascal terus bersama tuannya selama pesta. Jadi wajar saja tidak melihat keberadaan Easter. Adaire tidak bisa mengatakan kebenarannya. Hanya menyimpan dalam hati dengan sedikit rasa bersalah.

"Kak Elis, Kak Lui. Ayo kita kembali ke istana. Akan Noel antalkan ke kamal kalian."

Dengan cepat Christ sudah berada di hadapan Louise. Meraih salah satu tangan putra mahkota dan mengayunkannya pelan.

Sejenak Louise terlihat terkejut. Lalu melembutkan tatapannya saat melepaskan genggaman Eloise untuk mengusap kepala Christ. Tidak ada luka seperti sebelumnya, tanpa bercak darah yang tersisa.

"I liked that nickname. Please keep call me like that."

Senyum yang tidak pernah Louise tunjukkan selama hidupnya, entah untuk keluarga ataupun teman terdekatnya, terbit di bibir ranum itu hanya untuk makhluk kecil di hadapannya.

.

.

.

To be continued


Let me know if there is any mistake!

See you in Monday!

Bye bye!

[BL] NoelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang