5th

515 40 0
                                    

Sebanyak apapun usaha yang sudah dilakukannya, tidak ada yang bisa membuat Jean menghalangi dirinya sendiri untuk terus menerus melihat kematian. Terutama kematian sosok yang ia cintai entah kesekian kalinya.

Ia sudah tidak lagi dapat mengingat semuanya dengan baik. Kematian apa saja yang sudah ia lewati demi kembali bertemu dengan jiwa yang sama dalam tubuh berbeda. Dan sudah berapa kali dirinya terbangun di dalam semesta berbeda, suatu pelanggaran yang bahkan para petinggi tidak dapat melakukannya.

Kesadaran pertamanya adalah di dalam semesta yang mana masih terbelakang. Tanah tandus menjadi pemandangan utama serta para manusia lapar menunggu ajal menjemput. Hidup mereka masih ditentukan dengan berburu ataupun bertani, tidak ada tempat tinggal baik untuk berteduh.

Ia adalah seorang anak sepasang suami istri, yang mana keduanya selalu berburu untuk mendapatkan makanan. Akhirnya keduanya meninggalkan dirinya yang masih berusia enam tahun saat itu ketika sedang melakukan pekerjaan.

Sebagai Boga, namanya pada saat itu, ia harus belajar mencari makanannya sendiri. Bertahan hidup itu menyulitkan. Beberapa kali menempatkan Boga pada pinggir jurang kematian demi bertahan hidup.

Sampai suatu saat ketika sedang mencari bahan makanan, ia bertemu laki-laki cantik berdiri di pinggir sungai yang mengalir deras. Sosoknya yang cantik tidak menutupi kesedihan yang tercetak pada wajah dengan beberapa luka memar di sana.

Tidak dapat Boga abaikan, ketika laki-laki itu dengan berani berjalan menuju sungai dan berencana menenggalamkan diri sendiri. Boga langsung meraih laki-laki itu, menariknya sampai rela dirinya ikut terseret air sungai.

Penyelamatan berhasil dilakukan. Boga memiliki beberapa luka di tubuh karena terbentur batu besar yang ada selagi melindungi laki-laki cantik. Sedangkan laki-laki itu memandang marah Boga, tidak menyukai aksi heroiknya untuk mengambil nyawanya sendiri.

"Kenapa kamu menyelamatkan ku?!"

Bentakan Boga dengar. Pada dasarnya Boga tidak memiliki sanak keluarga yang mengajarinya berbicara, ia hanya bisa menjawab terbata. Bibirnya kelu saat laki-laki cantik terus memberikan banyak kata-kata kasar padanya.

"Ka-kamu luka.. mati.."

"Itu rencana ku sejak awal!"

Kemudian tangisan yang didengarnya.

Boga merasa bingung dan tidak mengerti. Kenapa disaat dirinya berusaha untuk terus hidup ada seseorang yang ingin mengambil nyawanya sendiri?

Apakah kehidupan memang seperti ini adanya?

"Jangan... kamu, cantik.."

Boga tidak tahan mendengar tangisan pilu. Mendekat dan memberikan pelukan, seperti yang pernah dilakukan ibunya dulu ketika Boga menangis.

Setelahnya Boga tidak menyangka ia akan di bawa oleh laki-laki cantik itu menuju sebuah dewa. Memperkenalkan diri sebagai Yun, laki-laki cantik itu rela mendapatkan pukulan dari pria tua yang mengaku dirinya kepala desa. 

Boga mengerti perdebatan keduanya tidak jauh dari kenyataan dirinya yang bodoh. Tidak mengerti apapun selain berburu dan sulit berbicara. Tetapi Yun tetap membantu dan mempertahankannya. Menimbulkan perasaan hangat yang menyebar pada dada.

Kehidupan desa bukanlah hal yang buruk. Boga masih tetap dapat berburu yang hasilnya di bagi pada penduduk desa. Setelah itu ia juga bisa mendapatkan tempat untuk tinggal, tidak seperti sebelumnya yang hanya bisa bertahan hidup di dalam gua. Harus merasakan dinginnya angin malam ketika tidur tanpa mengenakan busana.

Yun juga selalu membantunya. Memberikan kenyamanan pada laki-laki cantik itu.

Nyatanya, di balik senyuman indah milik Yun yang tidak pernah luntur, ada kesedihan mendalam seperti yang pernah ia lihat pada Yun saat bertemu pertama kali. 

[BL] NoelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang