Second (Act 2)

544 63 1
                                    

Pascal menyadari adanya keanehan di kediaman mereka setelah sang bunda dinyatakan mengandung. Hubungan ayah dan bundanya tidaklah se harmonis sebelumnya. Biasanya jika berada di kediaman, Federic akan selalu berada di sisi sang bunda. Tetapi kini Federic memilih mendekam di ruang kerja, membiarkan pelayan dan pengawal pribadi yang berada di sisi. Iris pun sama. Biasanya sang bunda memiliki banyak energi untuk bermain dengannya. Tetapi kini wanita itu lebih sering terduduk dan tertidur, bahkan kulit putih Iris semakin memucat dan tubuhnya semakin mengurus. 

Pascal khawatir. Ketika bertanya pada kakak sulungnya, Janvier tidak menjawab apapun. Memilih untuk meninggalkannya sendiri, tanpa membiarkan Pascal mengetahui apa yang terjadi.

"Kenapa diam disana? Masuklah."

Pascal kecil tersentak. Perlahan keluar dari pesembunyian setelah diam-diam datang untuk memperhatikan Iris dari jauh. Bundanya itu duduk di atas sofa, tangan memegang benang dan alat rajut. Gaun yang digunakan sederhana, dengan rambut yang terikat kebelakang sehingga memperlihatkan cekukan pada area pipi dan tulang selangka. Sangat berbeda jika dibandingkan besarnya perut sang bunda sekarang.

Kaki kecil Pascal mendekati Iris. Menaiki sisi kosong sofa lalu memperhatikan Iris yang kembali melanjutkan aktivitas merajutnya.

"Bunda."

"Ya, prince Pascal?"

"Bunda sama ayah bertengkar ya?"

"Kami tidak bertengkar."

"Lalu kenapa ayah menghindari bunda? Bukankah ayah sangat mencintai bunda?"

Iris menurunkan alat rajutnya. Ia menoleh, mengangkat tangan kanannya untuk mengusap kepala Pascal yang dibalas dengusan anak itu. Iris tertawa pelan.

"Terima kasih sudah mengkhawatirkan kami. Tapi saya dan yang mulia tidak bertengkar." Iris menarik tangannya. "Kami hanya berselisih paham."

Pascal memiringkan kepalanya tidak mengerti. Untuk ukuran anak enam tahun, Pascal mendapatkan pendidikan normal seperti anak lainnya dibandingkan anak dari kerajaan lainnya. Jadi bukanlah hal aneh jika sedikitnya Pascal tidak mengerti maksud dari Iris. 

"Intinya saya tidak bertengar dengan ayah anda."

"Memangnya beda ya, bunda?"

"Secara teori sama."

"Pascal tidak mengerti."

Iris kembali tertawa. Kini sudah diletakkan alat rajut, beralih pada secangkir teh hangat yang memang sudah tersedia diatas meja. Saat akan meraih, Iris sedikit meringis, merasakan tendangan kecil dari janinnya. Itu bukan masalah besar. Tetapi Pascal menatapnya khawatir sekarang.

"Bunda sakit? Apa- ini karena Pascal tidak mengerti maksud bunda?" Ucap anak itu. Memegang tangan kiri Iris berusaha untuk membuat sang bunda lebih baik walaupun itu tidak terlalu berpengaruh. 

Terkadang Iris ingin tertawa keras melihat Pascal bertingkah laku seperti ini. Tetapi Ia tidak ingin Pascal merasa rendah diri nantinya. Ini juga terjadi karena Pascal masih berasa bersalah untuknya. Karena saat Iris pingsan, saat itu sedang bermain bersama Pascal yang memang pada dasarnya susah diberitahu. Akhirnya Pascal merasa kalau Iris seperti ini karena kesalahan anak itu. Meski Iris sudah meyakinkan Pascal beberapa kali, tetap saja Pascal memiliki kekhawatiran berlebih untuknya.

"Bukan karena itu, prince.

Iris tidak jadi mengambil gelas teh. Ia justru menggenggam tangan Pascal untuk dibawanya ke permukaan perutnya. Menggerakkan ke posisi yang tepat lalu mendiaminya. 

Tak lama kemudian kembali terasa tendangan. Dan hal itu membuat keduanya sama-sama tersentak. 

"Ini karena adik kecil menendang dari dalam." Jelas Iris. Melihat ke arah Pascal yang memberi respon tidak menyangka.

[BL] NoelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang