Fourth

5.7K 607 1
                                    

"Hai, kita bertemu lagi!"

Christ menatap datar Noel yang tanpa dosa melayang ke sana kemari di depannya. Dengan senyum lebar di wajah, Christ yakin Noel sudah menunggu kesempatan ini.

Terakhir yang Christ ingat adalah adegan pemenggalan, setelahnya wajah Janvier sebelum semuanya menjadi gelap. Lalu di sinilah ia berada. Tempat serba putih dimana Christ dan Noel bertemu untuk pertama kalinya.

"'Hai, kita bertemu lagi!' Your ass! Kenapa harus di saat yang tidak tepat?!" Ujar Christ kesal. Sedangkan Noel, sudah melayang menjauh dari Christ untuk menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan. 

"Bukan saya yang memutuskan, Christ. Maafkan saya." Cicit Noel. Takut dengan Christ yang menatapnya tajam seolah menusuk jiwanya sekaligus.

Christ menghela napas. Menenangkan diri sebelum kembali menatap Noel. Jika ia berada di tempat ini, pasti ada sesuatu yang mungkin akan Noel bertahukan kepadanya.

Benar saja. Noel mendekat dengan sebuah liontin di tangannya. Mengulurkan tangan kanan meminta Christ untuk menggenggam liontin itu. Batu seperti berlian bersih dikelilingi kawat emas yang memiliki tulisan kuno di sekitarnya.

Christ mengangkat liontin, menggantung menggunakan telunjuk serta ibu jari tangan kanan membiarkan cahaya putih sekitar membias di liontin itu. "Jadi, apa maksudnya ini?"

"Itu batu sihir milik saya selama hidup."

Tak lama berlian bersinar, merubah warna yang tadinya putih bersinar menjadi warna biru. Seperti warna batu Lazuardi.

"Sebenarnya saya akan memberi itu kepada kamu saat pertama kali kita berbicara. Sayangnya saya lupa dan meninggalkan itu di ruangan dewa."

"Tunggu, dewa punya ruangan?"

Noel mengangguk singkat. Menyentuh batu liontin dan membuatnya berubah warna menjadi merah darah, seperti mata Noel.

"Seluruh keluarga saya memiliki kapasitas mana yang besar. Alasan mengapa kamu pingsan ketika bertemu dengan Janvier adalah keberadaannya."

Batu liontin kembali berubah warna, kali ini berwarna abu-abu. Tidak ada pantulan sehingga bentuknya mirip seperti batu di pinggir jalan.

"Yang membedakan, mana milik saya tidak dapat keluar sesuai dengan keinginan. Tetapi mana saya dapat menerima mana dari siapapun itu. Waktu Janvier mendekat, mana miliknya terserap oleh saya dan membuat tubuh saya langsung melemah karena tidak kuat atas penambahan mana yang tiba-tiba. Jadi saya akan berikan liontin ini untuk membantu menyerap mana di sekitar mu dan tidak sepenuhnya membebani tubuh." Jelas Noel panjang. Christ memegang kepalanya yang tiba-tiba pusing. Penjelasan dari Noel membuatnya semakin banyak berpikir. Dan itu membuat otak malasnya berpikir.

"Lalu, kenapa saat aku bersama ayahmu sebelumnya, aku tidak merasakan apapun?"

Benar juga. Ketika bertemu Federic, ia tidak merasakan apapun. Sebenarnya sih ada, tetapi Christ menganggap itu memang respon trauma yang ada di tubuh kecil Noel.

Noel hanya menggeleng pelan. "Kalau itu saya tidak terlalu tahu. Saya berpikir kalau ayah menahan mana nya saat bertemu dengan saya, tetapi itu tidak mungkin mengingat setiap perlakuannya kepada saya."

Aduh, Christ jadi merasa bersalah.

Wajah murung Noel sangat menggoda. Bibir sedikit melengkung kebawah dengan kepala sedikit menunduk. Kan jiwa-jiwa fudanshi Christ keluar jadinya.

"Maafkan aku,"

"Tidak, tidak apa. Saya mengerti mengapa kamu bertanya."

Noel melayang mengambil liontin, mengkaitkannya di leher Christ dan warnanya kembali menjadi transparan.

Menepuk pundak Christ dua kali, Noel berbisik pelan pada Christ. "Sekarang kembali lah."

"Tunggu! Aku masih ada pertanyaan!"

Christ berbalik. Tidak lagi menemukan Noel di sekitarnya. "Noel?"

Ruangan putih tidak lagi berwarna putih. Menjadi sedikit gelap dan buram. Christ merasa panas di dada. Ia ingin berteriak, tetapi seperti ada yang menahan tenggorokannya. Ia hanya menggerakkan mulut. Memanggil nama Noel berkali-kali berharap hantu itu kembali mendatanginya.

"NOEL!"

"Pangeran!"

Christ membelalak, napasnya memburu tidak menentu. Badannya terasa panas dan lengket. Rasa sakit di kepala dan badan membuat Christ meringis.

"Pangeran anda tidak apa?"

Suara Adaire memasuki pendengarannya. Christ melihat ke arah kiri dimana Adaire berdiri di samping kasur dengan wajah khawatir. Tangannya menggenggam tangan kiri milik Noel dengan erat.

Tidak hanya Adaire, di belakang Noel dapat melihat Draco dan Drew berdiri tidak jauh darinya. Beserta dengan pemuda yang membuatnya jatuh tidak sadarkan diri beberapa waktu yang lalu berdiri di samping kusen pintu dengan bersandar pada dinding.

"Ile.. badan Noel sakit.." Lirihnya dan membalas genggaman Adaire. Perempuan itu dengan cepat mengusap kening Noel menggunakan tangan yang bebas. Bergumam beberapa kali sebelum akhirnya Christ merasakan dingin di area kepalanya.

"Anda sedang demam pangeran. Ini hari ketiga anda dan sepertinya sedang dalam puncaknya." Jawab Adaire, meningkatkan sedikit sihirnya untuk membantu meringankan rasa sakit Christ. Benar saja, rasa sakit sedikit berkurang dan tubuhnya terasa ringan.

Tiga hari?!!

Christ mengatupkan bibir. Tiga hari adalah waktu yang lama. Ia rasa ia tidak menghabiskan waktu selama itu saat berbicara dengan Noel.

Apa di ruangan putih tadi waktunya lebih lambat di bandingkan di sini?

Entahlah, Christ malas untuk memikirkannya. Cukup Janvier dan penjelasan panjang dari Noel membuatnya pusing. Jangan sampai berpikir lebih banyak lagi untuk kali ini.

Tak lama Christ mengantuk. Rasa dingin serta usapan Adaire di kepalanya membuat Christ nyaman. Matanya memberat.

Sebelum benar-benar menutupi penglihatan, tatapan ia bawa ke arah Janvier yang tidak mengatakan apapun setelah ia terbangun.

Senyuman Christ berikan kepada kakak sulung Noel itu lalu tertidur.

.

.

.

To be continued

-Liontin yang di maksud-Source: etsy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Liontin yang di maksud
-Source: etsy.com

[BL] NoelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang