Twenty Third

3.4K 392 7
                                    

Christ menatap sekitarnya dengan pandangan menyelidik. Tidak sedikitpun ia alihkan perhatian dari gerak-gerik seluruh orang di hadapannya.

Hampir tiga puluh menit Christ diam. Sarapan yang sudah tersedia di hadapannya menjadi dingin karena tidak sedikitpun ia sentuh.

Beberapa orang sedang sibuk dengan dunianya. Membawa barang yang tidak ia tahu kesana kemari di hadapannya. Sedangkan Christ hanya terduduk, diminta untuk diam dan sarapan terlebih dahulu

"Jika mata bisa membunuh, sepertinya pengawal-pengawal itu sudah kehilangan nyawa sekarang." Komentar Akebi menyadarkan Christ. Terlihat pemuda berkacamata sudah duduk di samping kanan. Dengan tangan meletakkan beberapa tumpuk buku lalu tersenyum ke arahnya.

"Kenapa meleka sibuk sekali?"

Christ menunjuk lainnya. Tidak berhenti sedikitpun meski tahu ada tuan kecil di sekitar mereka.

"Semalam Yang Mulia Janvier meminta para pengawal untuk mengubah desain kereta kuda milik anda. Bukankah alasan kami bersinggah karena itu, pangeran?"

Christ menatap Akebi bingung. Lalu membulatkan bibirnya setelah mengerti maksud dari Akebi. Kalau tidak salah itu karena dirinya mengeluh tidak nyaman. Berganti posisi pun, Christ tetap tidak dapat menikmati perjalanan. Christ tidak menyangka Janvier sampai melakukan itu untuknya. Pantas saja ketika ia terbangun, untuk pertama kali ia dapat melihat ekspresi damai Janvier yang masih terlelap dalam dunia mimpinya.

"Apa kakak yang melancangnya?" Tanya Christ penasaran.

Akebi mengangguk. "Benar. Semua material yang digunakan juga Yang Mulia Janvier yang memilih."

Christ kembali membulatkan bibir. Mengangguk semangat lalu perlahan menuruni kursi. Menimbulkan tanda tanya bagi Akebi ketika Christ menarik pelan tangannya. "Noel ingin beltelima kasih pada kakak!"

Akebi hanya pasrah. Membiarkan Christ memarik tangan dan membawanya kembali ke kamar hotel. Karena ruang makan tidak terlalu jauh dari posisi kamar yang di pesan, hanya butuh tiga menit untuk sampai. Saat sampai dengan tidak sabar Christ membuka pintu. Melupakan bahwa kemungkinan Janvier masih tertidur di atas tempat tidur.

Yang keduanya temukan hanyalah tempat tidur yang sudah dalam keadaan rapi. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Janvier seperti yang Christ lihat terakhir kali.

"Kakak?"

Christ berjalan lebih dahulu. Menghentikan langkah ketika mendengar air mengalir dari arah kanan. Tetapi itu bukan hanya suara air mengalir yang Christ dengar, melainkan ada suara aneh lainnya. Tidak dapat Christ pastikan. Karena penasaran Christ mendekat.

Saat akan menghampiri, pintu terbuka dan menampilkan Alain hanya mengenakan handuk putih menutupi area kemaluan. Rambutnya basah dengan masih ada beberapa bulir air menetes sana.

Tak lama sosok Janvier terlihat. Berdiri di belakang Alain, berada dalam kondisi yang sama dengan pria di hadapannya.

Tubuh itu penuh bercak merah dan bekas gigitan. Terutama pada area dada dan paha. Bibir terlihat bengkak dengan sedikit luka di pinggirnya.

Jika diperhatikan secara seksama, terdapat bekas yang sama di area pundak menuju dada milik Alain.

"Pangeran? Sudah selesai sarapan?" Alain bertanya. Melihat Christ terdiam beberapa detik menatap kosong lurus ke Alain. 

Di belakang, Janvier sedikit menggeser tubuh Alain. Tujuannya melihat sang adik begitu mendengar Alain menyebut nama Noel. 

Tidak hanya Christ yang diam membeku. Akebi ikut terdiam setelah mendapatkan pemandangan itu. Hanya saja Akebi sadar lebih cepat. Langsung menutup kedua mata Christ menggunakan salah satu telapak tangan dan membawa Christ ke pelukan. Tidak membiarkan pemandangan senonoh menodai lebih banyak kepolosan milik yang termuda.

[BL] NoelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang