Tubuh kecil bergerak perlahan di pelukan. Napasnya berhembus tenang menandakan bahwa sedang tertidur.
Sudah lama sejak terkahir kali Pascal mendapatkan sang adik tertidur di pelukan. Pascal berusaha agar tidak bergerak terlalu berlebihan yang dapat membangunkan Noel.
Perasaan membuncah muncul membuat jantungnya berdetak cepat.
Pascal bisa di katakan terlahir dengan kasih sayang yang cukup. Federic dan Iris selalu meluangkan waktu untuk memberikan afeksi kepada anak-anaknya. Kakaknya dengan adil menyayangi Pascal maupun Noel.
Tetapi masih ada rasa kosong di hatinya yang belum pernah dapat bisa Pascal isi sebagaimana ia mencoba.
Senyuman yang selalu ia tunjukkan hanya pengalihan agar tidak membuat orang-orang sadar dengan apa yang ia rasakan. Khususnya untuk Noel, adik kecilnya.
Pascal sangat menyayangi Noel. Ketika lahir, sosok Noel sudah membuatnya begitu tertarik. Tangan kecil menggenggam jari dan tersenyum lucu ke arahnya. Pascal tidak akan melupakan hal itu.
Noel tumbuh menjadi anak ceria. Banyak berbicara dan sering menunjukkan ekspresinya lebih dari Pascal. Saat kembali dari akademi, Pascal akan langsung berlari ke ruangan ibunya untuk bertemu dengan Noel. Anak itu menyambutnya dengan senyuman murni anak-anak.
Noel lebih sensitif dibandingkan kakak dan kedua orangtuanya. Mulai dari perasaan sampai mana yang di miliki orang-orang di sekitarnya. Karena itu Iris sering memberitahu seluruh keluarganya untuk menahan mana di sekitar Noel.
Sampai kejadian dimana menyebabkan kematian ibunya.
Pascal menghela napas. Tidak terlalu ingat apa penyebab utama membuat hubungan mereka merenggang. Federic lebih menggunakan emosi dari pada pikiran, Janvier memilih acuh tak acuh, Ia yang memilih untuk mengikuti keduanya. Tanpa tahu apa yang di rasakan Noel setelah itu.
Bersyukur saat itu ia bertemu dengan Noel ketika sedang menyamar. Bertanya keberadaan kedua ksatria pertama kepadanya yang sedang bermain-main di arena pelatihan.
Lalu keduakalinya saat adiknya tiba-tiba muncul di taman istana. Ia tidak menyangka akan kembali berbicara kepada si kecil. Dan tidak ada penolakan yang Pascal terima.
Seperti dahulu.
Dengan perlahan Pascal berdiri, bertujuan untuk membawa tubuh sang adik ke tempat tidurnya. Meletakkan adiknya di sana bersamaan dengan merebahkan tubuhnya yang kaku setelah duduk berjam-jam.
"Kakak hebat. Telima kasih atas kelja kelasnya."
Pascal memberikan kecupan di pelipis sang adik. Memeluk tubuh yang lebih kecil dan berbisik padanya.
"Selamat tidur, my little one."
〰️〰️〰️
"Tidak! Jangan! Kumohon lepaskan mereka!"
Teriakan Noel bergema memenuhi penjara bawah tanah. Dengan usaha besar mencoba melepaskan jeratan dua pengawal tanpa wajah di belakang.
Pascal melihat dirinya dengan tangan terikat kebelakang. Pakaian tidak layak pakai melekat pada tubuhnya. Banyak luka-luka baru yang tertoreh di kulitnya. Tidak hanya dirinya, ayah dan kakak sulungnya berada di kondisi yang sama.
Tidak dengan Noel masih mengenakan pakaian yang pantas. Hanya wajah yang sudah pucat semakin pucat terlihat cemas dan tubuh ringkih seperti tidak pernah terisi sedikitpun nutrisi. Terus menerus memanggil nama ketiganya dan mengatakan untuk melepaskan mereka.
Waktu berlalu. Pascal melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana kepala Federic dan Janvier terlepas dari tubuh. Teriakan Noel semakin histeris karena itu.
Bagaimana bisa adik yang selalu mereka abaikan rela menangis sampai histeris seperti ini untuk mereka?
Pascal menutup mata ketika pengawal menarik tali pengikat tangan. Menuju podium yang sudah bersimbah darah dua orang sebelumnya dan mendorong leher Pascal kebawah.
"Apa kata-kata terakhir anda?"
Sama seperti yang ditanyakan kepada Federic dan Janvier. Keduanya memilih tidak berkata apapun. Dalam diam menerima kematian saat algojo mengangkat pedang berat dan menebasnya ke leher mereka.
"Kumohon.. Jangan lagi.."
Suara Noel semakin lirih. Sudah tidak lagi dapat menahan berat tubuhnya sehingga di topang oleh pengawal yang menahan.
Terlihat menyedihkan.
Pascal dalam hati menertawakan diri sendiri. Ia bahkan jauh lebih menyedihkan dari Noel saat ini.
"Tidak ingin mengatakan apapun?" Algojo sekali lagi bersuara. Menyadarkan Pascal dalam keterdiamannya.
Pascal akhirnya mengerti mengapa Federic dan Janvier tidak mengatakan apapun.
Pascal tertawa. Menimbulkan banyak tanda tanya bagi orang-orang di sana. Termasuk Noel hanya melebarkan kedua mata dengan air mata mengalir tanpa henti.
"Tidak... Tidak!" Noel menggeleng brutal ketika pedang di angkat oleh algojo. Melupakan keterkejutannya ketika mendengar Pascal tertawa.
"Noel."
Noel mendengarkan dengan seksama. Bersamaan dengan pedang di turunkan, suara lirih Pascal kembali terdengar.
"Jangan menangis."
"KAKAK!"
CRAT!
〰️〰️〰️
Pascal terbangun dalam keadaan terengah. Dada sesak dengan air mata mengalir melewati pipi.
Gerakan perlahan dari makhluk kecil di sebelah menyadarkan Pascal. Noel, tertidur nyenyak memeluk lengannya tanpa ada tanda-tanda ingin di lepaskan.
Menoleh kearah jendela, matahari sudah mulai terbit.
Mimpi..?
Rasanya seperti nyata. Sakit akibat pedang begitu terasa di lehernya. Tidak seperti mimpi.
"Tatin..." Noel bergumam dalam tidurnya. Menggerakkan mulut seolah sedang memakan sesuatu di mulutnya.
Pascal tersenyum. Memeluk kembali tubuh Noel dengan upaya menenangkan diri sendiri.
Berharap yang ia mimpikan memang hanya sekedar bunga tidur.
Tidak lebih.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Noel
FantasyHidup sebagai Fudanshi veteran sudah menjadi kenikmatan bagi Christ. Di tambah seluruh asupan yang ia miliki berasal dari sahabatnya, Milo. Bagaimana jika salah satu asupan Milo menjadi boomerang baginya? Akankah Christ bisa menghadapinya atau bahka...