8. Berbeda

248 34 0
                                    

Sepanjang perjalanan, baik Nara maupun Gavin hanya diam. Mereka tidak ada yang berniat membuka obrolan. Wajar saja, karena ini kali pertama mereka bertemu. Biasanya hanya melihat sekilas saat di sekolah. Itu pun terhitung sangat jarang. Karena merasa tidak enak terus menerus hanya diam, akhirnya Nara memutuskan untuk inisiatif membuka obrolan.

"Vin, emangnya lo tinggal di apartemen mana?" Tanya Nara.

"Gue di Beverly Silver Apartemen." Jawab Gavin singkat. Gavin juga dikenal sebagi orang yang akan menjawab seadanya seperti Bintang, kecuali pada orang-orang terdekatnya.

"Wah, ternyata yang gedungnya di belakang gedung apartemen gue. Bahkan masih satu komplek." Lanjut Nara semangat. Sayangnya hanya dijawab anggukan oleh Gavin.

Setelah itu, keduanya sama-sama diam kembali. Tapi Nara tidak menyerah, dan berpikir keras untuk kembali membuka obrolan. Bukan untuk apa-apa, hanya ia merasa tidak enak karena Gavin sudah mau mengantarkannya. Kalau tidak mengobrol tentang apapun, apa bedanya Gavin dengan ojek?

"Btw, makasih yah udah mau nganterin gue, padahal kita baru kenal hari ini." Ucap Nara.

"Iya, santai aja." Lagi-lagi Gavin menjawab singkat dan mematikan obrolan seketika. Membuat Nara tidak tau harus berkata apalagi.

Satu menit dua menit, keadaan menjadi hening kembali. Yang terdengar hanya deru suara mesin motor, dan kendaraan lain yang melintas. Kali ini Nara sudah menyerah untuk membuka topik obrolan lagi. Mungkin memang Gavin tipe yang tidak banyak bicara, simpulnya. Nara malah takut kalau ia membuka topik obrolan lagi,membuat Gavin merasa tidak nyaman. Padahal jarak rumahnya masih jauh.

"Nar, menurut lo Bintang gimana?" Tanya Gavin tiba-tiba.

Nara sedikit kaget dan agak bingung mau menjawab apa. "Bintang? Sepenglihatan gue, Bintang itu sebenernya baik, tapi emang agak dingin aja. Sejauh ini baru itu yang gue simpulin, karena kita juga baru kenal kan?" Jelas Nara.

Gavin baru pertama kali mendengar kalau ada perempuan yang mendekripsikan Bintang dengan singkat. Biasanya perempuan lain akan mendeskripsikan Bintang secara panjang lebar yang tidak masuk akal. Seakan sudah mengenal Bintang lama. Biasanya itu cara mereka untuk menarik perhatian anggota Black Lion seperti Gavin, agar diberi ijin untuk mendekati Bintang.

Pikiran Gavin yang berkelana kemana-mana membuatnya tidak menyadari kalau sudah sampai tepat di depan lobby apartemen Nara. "Lo tinggal sama orangtua?" Mulut Gavin bertanya tanpa aba-aba. Keluar begitu saja, menanyakan kepada Nara. Padahal jauh didalam pikirannya, ia tidak terlalu penasaran.

"Eh? Gue tinggal sendiri. Nyokap udah meninggal. Bokap dan Kakak tinggal di Jepang buat kerja dan bakal pulang sebulan sekali." Jawab Nara jujur. Gavin mengangguk. Setelah itu Nara pamit masuk ke dalam dan berterimakasih pada Gavin.

Sepeninggalan Nara, Gavin tidak langsung pergi. Ia masih menatap ke arah Nara, yang makin lama makin hilang wujudnya. Kali ini pikirannya berkelana lagi. Biasanya perempuan yang mendekati Bintang adalah perempuan manja yang dituruti semua permintaannya oleh orangtuanya. Sedangkan Nara, jangankan permintaan, bahkan ia tinggal sendiri dan jauh dari orangtuanya.

Nara juga tidak terlihat seperti perempuan berandalan yang hidup semaunya karena jauh dari orangtuanya. Alasan Nara pindah sekolah pun karena kemauan keluarganya bukan karena catatan buruk disekolah lamanya atau apapun itu. Gavin jadi menyimpulkan kalau Nara perempuan mandiri dan tidak manja. Gavin kemudian meraih ponsel di saku celananya, dan mencari kontak dengan nama 'Bintang'.

FYI, Nara tinggal sendiri karena nyokapnya udah meninggal dan Bokap sama Kakaknya tinggal di luar negeri. Terverifikasi cewek mandiri.

Bintang yang melihat pesan dari Gavin berdecak kesal. Padahal Adam saja yang menjodoh-jodohkan sudah kesal, sekarang Gavin malah ikut-ikutan menjodohkannya dengan Nara.

WHATEVER, I'M STILL WITH UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang