24. The Girls Gang

234 36 1
                                    

Keadaan Hana kian lama kian berangsur-angsur membaik. Seperti dugaan Dina, ada kalanya Hana mengingat Bintang sebagai cucunya. Tapi tak ayal, Hana juga terkadang masih mengingat Bintang sebagai orang asing. Bintang lama-lama mulai terbiasa dengan hal itu. Selagi Hana tidak mengeluh kesakitan, Bintang akan menerima ingatan Hana dengan dada yang lapang.

Seperti sekarang, Hana sedang berada difase mengingat Bintang. Hana dengan antusias membuat bubur ketan kesukaan Bintang. Bintang menghampiri kediaman Hana sepulang sekolah. Interaksi diantara mereka sama seperti saat sebelum Hana menderita demensia.

Efek dari kasih sayang Hana yang tak terkira dan bubur ketan terenak didunia, Bintang pergi ke markas dengan perasaan yang sangat bahagia. Seperti baru saja mendapat lotre, Bintang yang jarang tersenyum, terus merekahkan senyumannya sepanjang perjalanan.

Saat ia memarkirkan Oliver dihalaman markas. Terdengar suara gaduh dari dalam markas. "Ada apaan sih didalem?" Tanya Bintang pada salah seorang anggota yang sedang merokok di luar.

"Itu, katanya jaket Fabio ilang."

Jawaban dari salah seorang anggota, memuncul ide jahil dibenak Bintang. Meski ia dikenal sebagai seorang ketua yang tegas dan berwibawa, tapi ada sedikit jiwa remaja jahil dari dalam dirinya.

Bintang masuk dengan langkah yang tegas. Saat ia sampai diruangan utama yang menjadi sumber kegaduhan, Bintang sengaja menggebrak pintu supaya seluruh pandangan tertuju padanya. Seperti dugaannya, semua pasang mata menatap ke arah. Terutama Fabio yang sudah mengucur deras keringatnya.

Bintang langsung melangkah mendekati Fabio. Mental Fabio seketika terjun bebas saat berhadapan dengan Bintang. Ia sudah menduga hal ini akan terjadi. Bintang pasti akan memarahinya karena ia menghilangkan jaket kebanggaan Black Lion miliknya.

"K-kak Bintang..." Lirih Fabio gugup.

"Ada apa, Io?" Tanya Bintang dengan tegas. Ia berusaha menahan tawa karena wajah Fabio yang ketakutan setengah mati.

Fabio lalu menunduk. Tatapan intimidasi Bintang, sudah tidak mampu lagi ia terima. "J-jaket g-gue i-ilang, Kak."

Fabio hanya bisa merapalkan doa, semoga nyawanya masih selamat hari ini. Bintang tiba-tiba menyeringai. Atmosfer ruangan menjadi mencekam dibuatnya. Siapapun yang mengenal Bintang, akan bergidik ngeri saat ia sudah menyeringai.

"Gampang aja. Lo harus tanggung konsekuensinya. Karena udah ngilangin jaket kebanggaan Black Lion, lo harus keluar dari Black Lion." Jelas Bintang.

Fabio sontak mendongakkan kepala. Adam, Nathan dan Gavin yang ada disana juga menatap Bintang tidak percaya. "Lo kok gitu sih, Tang? Lo lupa yang rekrut Fabio kesini itu Lo sendiri!" Ucap Nathan kurang terima dengan keputusan Bintang. Nada bicaranya pun meninggi.

Bintang melihat ke arah Nathan sekilas, lalu kembali menatap Fabio. Bintang tiba-tiba memeluk Fabio. "A elah serius amat, Than. Gue cuma bercanda kok, Bio. Paling lo salah nyimpen dirumah kan? Ntar dicari lagi ya!"

Seisi ruangan langsung menghela nafas lega sembari menyoraki kelakuan minus Bintang. Berbeda dari yang lain, Adam masih terdiam tidak merespon. Ia langsung memukul Bintang dengan keras karena geram.

"Candaan lo gak lucu tau, Tang! Jokes lo, kayak jokes bapak-bapak! Lagian jaket Fabio bukan ilang dirumah. Jaket Fabio ilang di pom bensin! Ini ada yang janggal" Jelas Adam.

Bintang kemudian mempertanyakan kedetailan ceritanya. Adam, Fabio dan yang lainnnya bergantian berbicara untuk menceritakan yang sebenarnya. Semua berawal dari Fabio yang berboncengan dengan Gavin untuk membeli makanan. Mereka mampir ke pom bensin terlebih dahulu. Karena cuaca yang panas, Fabio melepas jaketnya saat di pom bensin. Fabio juga pergi ke toilet dan menitipkan jaketnya pada Gavin.

WHATEVER, I'M STILL WITH UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang