35. Rahasia Besar

242 33 3
                                    

Setelah semua orang hadir, mereka berdiri melingkar mengelilingi Cio. Tepat di depan Cio sudah ada kue ulangtahun sederhana berwarna biru yang dihias sedemikian rupa oleh Hana. Ranti kemudian menancapkan lima lilin di atas kue tersebut. Sesuai dengan umur Cio. Lalu Bintang mulai menyalakan lilin tersebut dengan koreknya.

"Happy Birthday Cio! Happy Birthday Cio!" semua orang bernyanyi bersama seraya bertepuk tangan. Dengan mata berbinar, Cio ikut bertepuk tangan dan bernyanyi. Ia tersenyum bahagia, melihat orang-orang disekitarnya tengah menyanyikan lagu untuknya.

Bersamaan dengan selesainya nyanyian, Cio meniup lilinnya. Semua orang kembali bertepuk tangan. Dengan bantuan Ranti, Cio mulai memotong kue ulang tahunnya dan memindahkannya ke piring kecil. "Kue pertama mau Cio kasih ke siapa?" tanya Ranti.

"Kue peltama, mau Cio kasih ke oma! Soalnya oma sayang sama Cio. Cio juga sayang sama oma!" ucap Cio antusias dihadiahi tawa semua orang karena alasannya yang lucu.

"Kalau kue kedua?" tanya Bunga yang juga ikut membantu memotong kue.

"Kue kedua buat Mbak Lanti sama Mbak Bunga. Soalnya Mbak Lanti sama Mbak Bunga suka mandiin sama bikinin makanan yang enak buat Cio." Alasan sederhana tapi terdengar sangat tulus.

"Nah, kue ketiga mau Cio kasih buat Kak Bintang. Soalnya udah jadi jagoannya Cio!" Bintang sontak menggendong Cio. Cio kemudian mencium pipi Bintang.

Melihat hal itu, semua orang kembali bertepuk tangan. Nara ikut terharu melihat interaksi semua orang disana. Terlebih kasih sayang tulus Bintang. Meskipun, Cio bukan adik kandung Bintang, terlihat jelas kalau Bintang sangat menyayangi Cio. Mungkin kalau adik Bintang masih hidup, ia sangat beruntung memiliki kakak seperti Bintang.

Selesai memakan kue ulang tahun, kini giliran Cio membuka kado satu persatu. Awalnya keadaan baik-baik saja, sampai saat Cio membuat bingkisan kado yang disiapkan Ranti. "HUEEEEEEEEEEEE! CIOO NDAKK MAUUU MOBILLLL! CIOOO MAU PESAWATTT CIOOOOO!" tangis Cio histeris. Mendapati sebuah mobil mainan pada kadonya. Semua orang menjadi panik dan sontak berlarian menghibur Cio.

"Nara, tolong ambilin pesawat mainan Cio di kamarnya. Kamarnya ada di deket dapur tadi. Ada nama Cio di pintu kamarnya," pinta Hana sambil terus menghibur Cio.

Nara yang diperintah, langsung berlari ke dalam. Mencari keberadaan kamar Cio. Ternyata, ada banyak kamar yang berada di dekat dapur. Dan semua kamar tersebut ada namanya masing-masing. Membuat Nara harus membaca nama tersebut satu per satu. Begitu mendapati nama Cio, Nara langsung masuk.

Meskipun rapih, Nara tidak bisa langsung menemukan pesawat mainan Cio. Ia mencari ke semua sudut kamar Cio. Namun, tidak kunjung menemukannya. Ia juga membongkar kotak mainan Cio, tapi tidak ada pesawat mainan disana. Nara hampir frustasi mencari pesawat mainan tersebut. Ditambah suara tangis Cio yang masih terdengar.

Nara memutar otak, berpikir keras. Ia memikirkan tempat-tempat yang menjadi kemungkinan pesawat Cio berada. Kalau pesawat mainan itu bisa terbang, bisa jadi ada di tempat-tempat yang tinggi. Nara sontak mengedarkan pandangannya ke atas. Dan benar saja. Ia menemukan pesawat mainan Cio di atas lemari baju.

Lemari baju yang cukup tinggi membuat Nara kesulitan untuk menjangkaunya. Kakinya berjinjit untuk mengambil pesawat tersebut. Namun, usahanya tidak memuahkan hasil. Kala ia masih berusaha mengambil pesawat mainan tersebut, tiba-tiba ada seseorang di belakang yang mengambilkan pesawat itu.

Nara reflek membalikkan badannya. Ia mendapati tubuh Bintang di sana. Setelah berhasil mengambil pesawat mainan Cio, pandangan Bintang kini berdalih pada wajah Nara. Entah ia mengikat tali beanie Nara terlalu kencang atau apa, yang pasti pipi merah muda Nara kini tertekan dan membuatnya terlihat semakin gempal.

WHATEVER, I'M STILL WITH UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang