63. Rencana Bintang

72 8 1
                                    

Tok tok tok tok

"Kai, jangan terlalu diporsir. Ini udah malem, waktunya istirahat." 

Seorang laki-laki paruh baya memasuki ruang kerja Kai. Kai yang sedang fokus dengan laptop karena tengah mengerjakan pekerjaannya pun menoleh ke sumber suara. "Papah? Papah sendiri belum istirahat. Iya ini sedikit lagi kok, Kai lagi cek bahan persentasi produk buat besok, Pah," jelas Kai.

"Nih papah bawain teh buat kamu. Tadi sebelum mau tidur, papah sempet cek kamar kamu. Ternyata gak ada siapa-siapa disana. Udah papah duga pasti kamu disini," jelas Rama. Ia tak menyalahkan Kai sepenuhnya. Rama mewajarkan, karena Kai persis sekali dengan dirinya. Jika belum mengecek semua pekerjaan esok hari aman, Rama tidak akan mau tidur.

Tak langsung keluar dari ruang kerja Kai setelah memberikan teh, Rama duduk di salah satu di depan meja kerja Kai. Mengetuk meja kerja Kai beberapa kali dengan jari jemarinya. Terlihat tengah memikirkan sesuatu yang sudah hampir seminggu mengganggu kepalanya. "Kai, papah sedikit khawatir sama princess cantik papah," ungkap Rama akhirnya.

"Dia ada kabar-kabarin kamu enggak? Papah tau, anak cantik papah itu mandiri banget. Tapi wajar kan papah khawatir?" tanya Rama.

Kai menghentikan aktivitasnya. Pertanyaan Rama juga membuatnya berpikir. Ia sempat mengecek ponselnya dan juga surelnya di laptop. Biasanya adik perempuannya itu sering membuat cerpen dan dikirim ke surelnya atau sekedar bertanya kabarnya dan Rama lewat ponsel. Namun, sudah sebulan terakhir ini Nara belum menghubungi Kai. Begitupun dengan Kai, karena pekerjaan ia belum sempat menanyakan kabar adiknya itu.

"Eh iya pah, Nara belum kabarin Kai sama sekali," jujur Kai. Terlihat raut wajah Rama berubah cemas.

"Pah, setelah launching produk baru besok, kerjaan Kai kan gak terlalu sibuk. Gimana kalau Kai kasih kejutan Nara, pulang ke Indonesia?" usul Kai.

 Gimana kalau Kai kasih kejutan Nara, pulang ke Indonesia?" usul Kai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini mata Rama berbinar dan mengangguk cepat, tanda setuju. "Ah iya-iya, ide bagus! Tolong jenguk adik kamu itu ya? Sampein maaf papah karena belum bisa pulang. Papah janji, papah bakal cepet-cepet selesain timeline triwulan pertama perusahaan, dan pulang sebelum ulang tahun Nara. Nanti kita sama-sama rayain disana ya, Kai?" jelas Rama.

"Iya, Pah. Papah tenang aja ya? Nara pasti ngerti kok kondisi Papah," ucap Kai menenangkan.

Rama mengangguk perlahan. Ia sangat mempercayai anak gadisnya itu. Namun, ternyata pikirannya sudah melampau jauh berkelana. "Kai, apa jangan-jangan princess cantik papah udah punya pacar ya? Makanya belum kabarin kita lagi?" ceplos Rama.

"Aduh Kai, papah gak sanggup. Nanti laki-laki spesial dihidup anak cantik papah bukan dua orang lagi, tapi jadi tiga orang, Kai!" cemas Rama. Ekspresi kecemasannya yang diluar prediksi itu, malah mengundang tawa bagi Kai. Kai tertawa kecil melihat Rama.

"Pah, udah gak usah mikir macem-macem ya? Menurut Kai gak mungkin deh. Nara itu anaknya polos banget, dia juga kan fokus sama sekolahnya. Jadi gak mungkin kalau dia udah punya pacar. Kai juga pernah bilang ke Nara buat pacaran pas nanti kuliah aja," jelas Kai. Teringat ucapannya pada adiknya dulu sebelum ia berangkat ke Jepang. Saat bertelepon atau videocall juga Kai sering mengingatkan hal itu pada Nara.

WHATEVER, I'M STILL WITH UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang