67. Sebuah Takdir

126 18 8
                                    

"Tang, lo mau ngopi apa?" tanya Adam. Memperlihatkan gambar pada ponselnya yang berisi menu warkop andalan Black Lion.

"Yang biasa aja," jawab Bintang singkat.

Sore ini, sambil menikmati senja yang hangat, anggota Black Lion memutuskan untuk membeli kopi atas usulan Adam. Menurut mereka tidak ada yang lebih nyaman dari menikmati senja sembari menyeruput kopi dan menyesap sebatang rokok. Nampaknya karena sudah selesai ujian tengah semester, mereka cukup waktu untuk bersantai dimarkas kecuali Gavin. Tidak ada satu hari tanpa belajar menurut kamus dalam hidup Gavin. Karena ia sangat menyukai belajar.

drrttttt drrrrttt

Sambil menunggu Adam dan Fabio membeli kopi, mereka mengobrol bersama di ruang tengah markas. Namun, tiba-tiba saja Bintang merasakan getaran pada ponselnya. Bintang melihat sekilas notifikasi pada ponselnya. Terlihat nomor tanpa nama disana. Tentu saja itu membuat Bintang penasaran dan langsung membuka pesan yang dikirimkan oleh nomor tanpa nama itu.

Apa lo emang gak sebertanggungjawab ini? Lo gak pernah balik lagi ke rumah! Lo emang bajingan!

Pupil mata Bintang melebar. Kaget tentang isi pesan yang dikirim oleh anonim itu. Namun, ia sebisa mungkin mengatur ekspresinya di depan teman-temannya. Ia pun berusaha berpikiran positif. Siapa tahu orang ini salah mengirim pesan pada Bintang. Dengan bahasa yang sopan, Bintang memberitahukan kalau orang tersebut salah nomor dalam mengirim pesan.

Lo gak merasa bersalah? Ninggalin adik kecil lo sendiri di neraka?!

Adik kecil? Sial, jantung Bintang terasa berhenti sejenak. Ia langsung menoleh ke sekitarnya dengan gelisah. Takut, teman-temannya melihat pesan yang dikirim orang itu. Bintang tidak ingin teman-temannya mengetahui latar belakang keluarganya yang berantakan. Bukannya tidak ingin memberitahukan, lebih tepatnya Bintang masih membutuhkan waktu untuk menceritakannya.

Bintang meraih jaketnya yang digantung tak jauh dari tempatnya duduk. Ia keluar dan menaikki motornya, Oliver. Salah satu anggota sempat menahannya. Bintang menjawab, ia hanya pergi sebentar. Ia lantas menancap gas ke tempat persembunyiannya. Apartemen yang konon diberikan oleh Dimas ayahnya, menurut Hana. Menjadi tempat persembunyian Bintang kala ia membutuhkan waktu untuk sendiri.

Sampai di apartemen, ia langsung masuk ke kamarnya. Melempar ponselnya ke ranjang. Sedang ia mondar-mandir dengan gelisah. Sebenarnya siapa yang menghubunginya itu? Kenapa orang itu mengetahui rahasianya? Kenapa orang itu mengetahui tentang saudara kembarnya, Langit. Terbesit dipikiran Bintang untuk menelpon orang tersebut. Namun, usahanya nihil. Karena orang itu terus menolak panggilannya.

Penasaran? Tanya ke hati jahat lo itu! 

Bintang lagi-lagi menerima pesan hujatan dari orang tersebut. Ia pun terduduk dilantai bersandar ranjangnya. Meremat kepalanya frustasi. "Gak! Dia bukan Langit kan? Langit pasti udah bahagia sama papah," elak Bintang.

Pasalnya, sudah lama sekali Bintang maupun Hana tidak mendengar kabar Dimas. Apalagi kabar Langit, saudara kembarnya. Hal itu yang membuat Bintang yakin kalau yang menerornya bukan Langit. Terlebih Langit sangat menyayanginya. Tidak mungkin Langit mengirim pesan makian seperti itu untuknya. Bintang yakin, itu hanya pesan iseng dari seseorang yang tidak menyukainya.

Namun, nyatanya sejak saat itu, orang tersbut selalu meneror Bintang hingga mengikis mental Bintang perlahan-lahan. Setiap Bintang menerima pesan tersebut, mentalnya akan menjadi turun. Ia menjadi merasa bersalah dan merutuki dirinya sendiri. Disisi lain, ia masih percaya kalau yang mengirim pesan bukan saudara kembarnya, Langit. Beribu kali, Bintang memblokir nomor tersebut, tapi orang itu kembali meneror Bintang dengan nomor yang berbeda. Bintang tidak pernah bercerita kepada siapapun termasuk Hana. Ia hanya memendamnya sendiri selama bertahun-tahun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WHATEVER, I'M STILL WITH UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang