16. Kisah Galang

221 28 2
                                    

Nara mengusap lembut nisan yang ada di depan. Tidak menyangka, dibalik banyak tingkahnya, Galang menyimpan luka yang begitu menyakitkan. Nara sedikit paham perasaan Galang. Manusia mana yang mau ditinggalkan oleh orang tersayangnya. Apalagi ibu yang melahirkan dan membesarkannya. Nara yakin, Galang bagaikan kehilangan separuh jiwanya.

Nara menarik nafas dalam, sebelum ia melontarkan kata-kata untuk berusaha melipur kesedihan Galang. Tidak lupa, ia juga mengusap lembut bahu Galang. Mengisyaratkan supaya Galang harus tetap tegar menghadapi semuanya. Jalannya masih panjang. Mamih Galang pun pasti ingin melihat anaknya bahagia dari atas sana.

"Hai, Tante! Kenalin aku Nara. Aku temennya Galang. Tante tenang aja yah? Galang itu anak yang baik dan juga kuat. Galang bahkan jadi seorang ketua Gold Tiger, yang berarti, enggak cuma bisa melindungi dirinya sendiri, Galang juga sangat bisa melindungi orang lain, Tante. Oh iya! Aku juga bakal masakin Galang yang enak dan menyehatkan, biar Galang sehat terus. Pokoknya tante jangan khawatir yaa! Aku bakal nemenin Galang terus!" Monolog Nara.

Kalimat-kalimat yang terdengar tulus itu mampu melegakan dada Galang yang awalnya sangat menyesakkan. Galang rasa, membawa Nara kesini merupakan suatu keputusan yang benar. Dadanya yang terasa berlubang dan rasa bersalahnya yang terasa menyeruak tiap kali Galang kesini, hilang begitu saja. Galang merasa aman.

Setelah memanjatkan doa, Galang dan Nara berpamitan serta mengusap kepala nisan Mamih Galang secara bergantian. Kemudian mereka turun dan kembali ke tempat dimana mobil Galang terparkir. Galang tidak langsung memasuki mobilnya. Ia justru duduk di cap mobil dan meraih rokok dari saku celananya. Galang menyulut rokoknya dan menghisapnya dalam.

Pandangannya menunduk, melihat tanah yang dinilainya sudah menyatu dengan Mamihnya. Meski, kalimat Nara cukup melegakannya, tapi tidak dapat dipungkiri, setiap kesini, pikiran Galang kalut. Melihat itu, Nara mendekati Galang. Menatap kondisi Galang yang begitu memilukan bagi Nara.

Tanpa aba-aba, Nara kembali mengusap pundak Galang lembut. "Gal, jangan gini... Jangan sedih-sedih... Gue jadi ikut sedih liatnya..."Ucap Nara dengan raut ibanya.

Galang mendongakkan kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Galang mendongakkan kepalanya. Ia kemudian menatap netra indah milik Nara penuh makna. Detik berikutnya ia tersenyum manis, dan mematikkan rokoknya. Galang kemudian menarik lengan Nara untuk masuk ke mobil. "Nar, ayo! Di deket sini ada pantai yang bagus banget! Gue ajak lo kesana!" Ucap Galang dengan semangat.

Mereka yang tadi pergi saat tengah hari, mendapatkan keberuntungan untuk melihat matahari sore yang indah saat ini. Nara menghirup dalam harum laut yang sudah lama tidak ia rasakan. Terakhir kali ia ke pantai mungkin saat ia kecil dan bersama keluarganya. Setelah itu, ia belum pernah ke pantai lagi.

"Nar, lo mau kan denger cerita gue? Ayo dengerin cerita gue sambil keliling pantai!" Pinta Galang disetujui oleh Nara.

Tanpa kalimat pembuka sebelumnya, Galang langsung menceritakan tentang Mamihnya, Mentari. Bahkan Galang menceritakan latar belakang Mentari secara lengkap. Mentari merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Mungkin itulah yang membuat Mentari menjadi role model yang begitu mengagumkan bagi Galang. 

WHATEVER, I'M STILL WITH UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang