4. Pemegang Janji

305 34 0
                                    

"Mikirin apa sih?! Sampe gak liat didepannya ada tembok." Ucap laki-laki itu.

"G-galang?! L-lo Galang kan bener?!" Kaget Nara. 

"Iya gue Galang." Jawab Galang singkat. Sedangkan Nara sibuk melirik ke arah atas dahinya, karena telapak tangan Galang masih menempel pada dahi Nara. Sadar akan hal itu, Galang cepat-cepat melepaskan tangannya.

Galang meraih sapu tangan dari saku celana seragamnya, kemudian menyodorkannya pada Nara. Tingkah Galang mengundang kebingungan untuk Nara. Nara tidak langsung menerima sapu tangan Galang. "Tuh, buat bersihin baju lo yang kotor." 

Nara langsung melihat seragamnya. Ternyata seragamnya juga kotor terkena es krimnya tadi. Saking fokusnya mau membantu Bintang tadi, Nara sampai tidak sadar kalau ternyata seragamnya juga kotor. Apalagi kotornya tepat dibagian dada. Nara refleks menutup tubuhnya dengan posisi tangan menyilang.

"G-gue gak bermaksud apa-apa." Ucap Galang gugup, takutnya Nara salah paham.

Galang kemudian membuka sweater yang ia kenakan, dan memberikannya pada Nara. "Kalau abis dibersihin pake air, pasti seragam lo basah. Mending pakai sweater gue dulu. Guru-guru juga pasti ngerti kok." Jelas Galang. Namun, Nara masih ragu untuk menerima sweater itu. Melihat keraguan di wajah Nara, Galang langsung mengalungkan sweater-nya di leher Nara, lalu melengos pergi.

"E-eh gak usah!" Teriak Nara, tapi Galang sudah terlanjur jauh dari tempatnya berdiri.

"But, thanks!" Teriak Nara lagi.

***

Nara berjalan ke arah kelas dengan santai, memakai sweater Galang. Saat membersihkan seragamnya tadi, Sheila sudah berkabar kalau kelas mereka jam kosong. Guru hanya datang memberikan tugas, lalu keluar lagi karena ada urusan lain. Tugasnya pun dikumpulkan minggu depan, jadi anak kelas tidak ada yang mengerjakan kecuali anak-anak yang rajin.

Nara memasuki kelas dengan santai. Tidak ada yang menyadari kalau ia tidak memakai seragam, melainkan memakai sweater karena orang-orang fokus pada kegiatannya masing-masing. Nara berjalan ke arah mejanya yang duduk bersama Sheila. Disana Sheila, sedang asik bergosip dengan Jessie dan Dinda yang duduk tepat di belakangnya.

"Narr?! Lo kemana aja busett! Untung aja Bu Hendar gak ngabsen tadi." Omel Sheila. Ia menarik lengan Nara untuk duduk dan menceritakan semuanya. Tapi Nara memberi kode pada Sheila, karena ia pikir kejadian hari ini yang akan ia ceritakan tidak perlu diketahui oleh Jessie atau Dinda. Sheila yang mengerti, langsung membalikkan kursinya. "Jes, Din, gue balik sini dulu ya? Biasa, urusan rumah tangga." Ucap Sheila nyengir.

"Jadi gimana-gimana nih?!" Tanya Sheila lagi, karena rasa penasarannya yang tinggi.

Nara pun menceritakan semuanya dari awal. Nara yang tadi berusaha mengejar Sheila ke kelas, malah menabrak Bintang. Kondisinya saat itu Nara sedang membawa es krim coklat di tangannya. Alhasil seragam Nara dan Bintang sama-sama kotor. Lalu Nara membantu Bintang, untuk membersihkan seragamnya terlebih dulu.

"Eh sumpah Bintangnya mau?! Berarti lo spesial Nar! Soalnya Bintang tuh cuek banget, gak pernah nanggepin cewek, Nar!" Kaget Sheila.

Nara menghela nafas pelan. Kenyataannya memang Bintang sesuai dengan apa yang dikatakan Sheila. Bintang menolak untuk menerima bantuan Nara, tapi Nara bersikukuh untuk membantu Bintang. Bintang pun hanya berbicara seadanya pada Nara. "Gak seperti yang lo pikir, La. Gue yang maksa buat bantu Bintang. Kan itu salah gue juga. Bintang juga cuma nanggepin seadanya, La." Ucap Nara.

"Terus ini sweater siapa yang lo pake? Bukan sweater lo kan? Ini kayak sweater cowok. Apa ini sweater-nya Bintang?! Gila Bintang sedikit bicara, banyak bertindak ya! Bisa sweet juga tuh kulkas seribu pintu." Cerocos Sheila.

WHATEVER, I'M STILL WITH UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang