11. Just Miss Them

261 34 1
                                    

Nara menyadari kehadirannya malah membuat perdebatan antara Bintang dan Adam. Meski tadi, perkataan Bintang membuatnya salah tingkah, tapi ia tetap tidak nyaman jika membuat orang lain berdebat. Sebaiknya ia cepat-cepat pulang, pikir Nara.

"Yaudah kalau gitu, gue pamit dulu ya!" Celetuk Nara.

"Eits, tar dulu, Nar. Temen kita ada yang lagi beli makan, dan lo udah dipesenin." Tahan Nathan.

Adam mengangguk cepat. "Iya, Nar. Makan sini dulu! Lo kan belum makan dari tadi. Tapi maaf kalau makanannya sederhana. Cuma nasi uduk... Tapi nasi uduknya enak banget! Udah jadi langganan kita." Lanjut Adam.

Bintang mendengus sebal. Memutar bola matanya malas. "Norak banget sih! Mentang-mentang baru pertama kali ini ada cewek ke sini, langsung diratuin!" Batinnya sedikit kesal melihat perlakuan para anggota Black Lion begitu perhatian pada Nara.

"Ehh? Udah dibeliin juga, gue makasih banget. Maaf gue disini ngerepotin ya!" Ucap Nara berterimakasih.

Gavin yang juga ada disana, menatap Bintang dan Nara bergantian. Ia seperti sedang menganalisis keadaan sekitarnya. Ia juga menyadari ekspresi kesal Bintang dan menyadari ekspresi Nara yang murni tidak dibuat-buat. Semakin lama, semakin terlihat jelas kalau Nara tidak seperti perempuan-perempuan yang pernah mendekati Bintang dulu.

Nara juga sangat ramah pada anggota Black Lion yang lain. Seringkali ia seperti tidak terlalu memperdulikan keberadaan Bintang disana. Seperti benar-benar ingin berteman dengan anggota Black Lion, bukan untuk mendekati Bintang. Nada bicaranya pun murni, tidak dilembut-lembutkan. Yang cukup membuat Gavin kaget adalah Nara mau memakan nasi uduk yang diberikan anggota Black Lion. Ia sangat polos dan sederhana.

Setelah makanan datang, mereka semua makan bersama. Menurut penglihatan orang lain, bisa saja mengira kalau Nara memang anggota Black Lion. Ia sangat akrab dan begitu membaur, makan bersama dengan para anggota Black Lion. Makan bersama mereka diselingi oleh obrolan dan juga canda tawa. Menambah kesan hangat kebersamaan mereka. Saat selesai makan pun, Nara ikut membantu membereskan semuanya.

Selang hampir setengah jam setelah makan, Nara kembali membereskan barang-barangnya. Tidak terasa langit sudah berubah menjadi gelap. Nara segera bergegas untuk berpamitan. Beberapa dari mereka ingin mengantarkan Nara karena hari sudah malam. Tetapi Nara menolak dengan keras, tidak ingin merepotkan mereka lebih jauh lagi. Diajak makan bersama pun, Nara sudah sangat berterimakasih. Ia mengklaim kalau dirinya bisa pulang dengan aman sendiri.

Nara diantar sampai teras oleh Adam. Sekali lagi Adam menawarkan untuk mengantarkan pulang. Adam sangat khawatir, apalagi karena Nara adalah seorang perempuan. Tapi lagi-lagi Nara tetap menolak. Namun, disela-sela obrolan mereka, tiba-tiba Bintang menghampiri mereka di depan teras.

"Sedingin-dinginnya gue, gue masih punya rasa simpati. Gue yang bawa lo kesini, jadi gue juga yang harus kembaliin lo ke tempat asal lo. Lagian gue keliatan jahat banget, kalau sampe biarin lo pulang sendiri." Ucap Bintang dengan tangan yang dimasukkan ke saku celana dan pandangan yang beredar ke arah lain. Seakan-akan tidak mau terlihat perhatian.

Adam menutup mulutnya tidak percaya. Ia kemudian beralih ke tengah-tengah Nara dan Bintang berdiri. Adam berusaha menahan senyumannya melihat kegemasan kedua orang ini. 

"Boong, Nar. Bintang tuh gak punya rasa simpati buat orang yang bukan orang terdekatnya. Kalau kayak gini, berarti dia udah anggep lo orang terdekatnya, Nar." Bisik Adam pada Nara.

"Ck. Simpati-simpati, lo kira Nara korban bencana? Bilang aja lo mau modus, Tang... Tang..." Sekarang Adam berbisik ke telinga Bintang. Bintang hanya mendengus lalu mengambil motornya. Karena Bintang sudah berinisiatif dan menyiapkan motornya, tidak ada alasan lagi bagi Nara untuk menolaknya.

WHATEVER, I'M STILL WITH UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang