65. Arti Sebuah Pesan

97 17 5
                                    

"Papah pulang!" sahut Dimas bersemangat, seraya menenteng jas dan tas kerjanya. Dimas di sambut oleh Lina, perempuan yang ia nikahi dua bulan lalu, yang sedang menonton televisi dan Bintang yang sedang memainkan robot di ruang tengah.

"Papah!" Mendengar suara Dimas, Bintang langsung berhambur ke pelukan Dimas. Entah kenapa Lina yang melihat hal itu malah menarik lengan Bintang untuk menjauh dari Dimas. "Jangan nempel-nempel papah dong, Bintang! Papah kan baru pulang kerja. Cape!" sentak Lina.

"Sayang, gak apa-apa kok. Lagian Bintang belum tidur, pasti nungguin aku pulang. Ini udah jadi kebiasaannya Bintang dari dulu," jelas Dimas dengan lembut. Ia merangkul Lina, lalu mengecup kepala Lina sekilas.

Dimas lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah. Tak terlihat jagoan kecilnya yang satu lagi. Namun, ia tak heran. Langit pasti sudah tertidur di kamarnya. "Langit pasti udah tidur yaa?" tanya Dimas pada Bintang. Bintang mengangguk antusias dan tersenyum lebar.

"Oh iya! Papah punya sesuatu buat Bintang sama Langit!" Dimas kemudian kembali ke mobilnya. Kini ia masuk dengan membawa sebuah paper bag. Ia memberikan paperbag itu kepada Bintang. Bintang langsung membukanya.

"WOAHHHH MONSTER TRUCK!" teriak Bintang bergembira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"WOAHHHH MONSTER TRUCK!" teriak Bintang bergembira. Dimas juga ikut tersenyum senang melihat jagoannya tertawa bahagia.

Dimas berlutut, menyamakan tingginya dengan Bintang. Ia mengacak rambut Bintang pelan. "Yang merah buat Bintang. Soalnya jagoan papah kan suka warna merah. Nah kalau yang biru buat Langit ya? Papah titip ke abang buat kasihin ke adek. Sekarang abang tidur ya temenin adek di kamar!" ucap Dimas lemah lembut. Ia menggendong tubuh Bintang dan mengantarkan ke kamar Bintang dan Langit.

Dengan penuh kasih sayang, Dimas menidurkan tubuh Bintang di ranjang. Tak lupa ia juga menyelimuti Bintang dengan lembut. Dimas meletakkan mainan baru Bintang tepat di samping Bintang. Ia juga mengecup kening Bintang. "Selamat tidur jagoan papah..."

Dimas kini beralih pada ranjang satunya. Dimana, Langit sudah tertidur pulas disana seraya memeluk boneka jerapah yang dulu pernah Raya belikan. Sama seperti Bintang, Dimas meletakkan mainan baru Langit tepat disamping Langit. Bertujuan supaya saat Langit bangun, ia terkejut melihat mainan baru. "Selamat tidur jagoan papah juga..," ucap Dimas, mengecup kening Langit juga.

Sepeninggalan Dimas, Bintang belum juga mengantuk. Ia masih melihat dengan seksama mainan baru yang papahnya belikan itu. Berlatarkan langit kamar yang dihiasi lampu berbintang-bintang, Bintang tersenyum senang. Ia membayangkan akan memainkan mainan itu bersama dengan Langit besok. 

Ditengah khayalannya yang menyenangkan itu, tiba-tiba ada yang membuka pintu kamar. Bintang mengira itu Dimas, tapi ternyata yang masuk adalah Lina. Lina berjalan cepat ke arahnya dan secepat kilat merebut mainan baru Bintang dari tangan Bintang. "Mamah? Kenapa di ambil?" tanya Bintang dengan mata berkaca-kaca.

WHATEVER, I'M STILL WITH UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang