1. Unexpected Scene

529 48 0
                                    

"Jadi kali ini, apa lagi akar permasalahannya?! Kenapa kalian bisa berkelahi sampai seperti ini?!" tanya Shinta dengan suara yang tidak kalah menggelegar dari peluitnya. 

Baik Bintang maupun Galang hanya diam membisu. Mereka sama sekali tidak berniat menjawab pertanyaan dari Shinta. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing dan menganggap omelan Shinta sebagai angin lalu.

Ini sudah hampir ke sekian kalinya Shinta mengurusi perkelahian antara Bintang dan Galang. Berbagai cara sudah dilakukan untuk mendamaikan mereka, tapi hasilnya nihil. Pasti akan selalu ada masalah baru, baik itu masalah sepele atau masalah besar. 

Terkadang Shinta tidak bisa membayangkan, baru kelas 11 saja sudah sebanyak ini perkelahian mereka. Apalagi harus mengurusi mereka 1 tahun lagi. Rasanya Shinta ingin resign saja jadi Guru BK di SMA Angkasa ini.

"Untung saja ada Kaynara yang melaporkan semuanya pada Ibu. Kalau tidak mungkin saja kantin sudah hancur karena ulah kalian." Shinta menepuk pundak Bintang dan Galang secara bergantian dengan penggaris kayunya. Keduanya yang asalnya melihat kemana saja seakan malas mendengarkan omelan Shinta, sontak langsung menatap tajam Nara. Murid lain yang menguping dari luar ruang BK, membicarakan Nara. 

Gilaa! Berani banget tuh cewek ngelaporin duo maut SMA Angkasa! 

Cewek itu bener-bener cari masalah sama Bintang

Pasti habis ini hidup cewek itu enggak akan tenang. 

Serius tuh cewekbikin masalah sama penguasa Angkasa? 

Kurang lebih seperti itulah pembicaraan murid lain di luar ruang BK. Omongan orang lain tentang Nara, sama sekali tidak menciutkan nyalinya untuk melaporkan kejadian tadi pagi. Nara dengan tegas melaporkan apa yang telah Bintang lakukan di belakang sekolah tadi pagi.

"Ada yang mau saya laporkan juga Bu!" seru Nara tiba-tiba. Bintang hanya menatap datar Nara. Ia pikir Nara, tidak akan berani melaporkan. Ternyata Nara diluar pemikiran Bintang. Nyali perempuan ini lumayan besar juga pikir Bintang. "Mau melaporkan apa, Nara?" tanya Shinta sembari menulis nama Bintang dan Galang pada buku siswa yang melanggar aturan.

"Tadi pagi saya liat Bintang, coret-coret tembok sekolah, Bu." Bintang hanya melebarkan matanya. Namun, ia tidak gugup sama sekali. Seakan-akan tidak melakukan suatu kesalahan sama sekali. Walaupun awalnya agak kaget, tapi Bintang bisa menetralkan rasa kagetnya itu dan bersikap santai.

"Kamu ada buktinya? Coba tunjukan pada saya temboknya!" Nara berjalan keluar ruang BK dengan semangat. Merasa jadi pahlawan pembela kebenaran karena telah melaporkan suatu kejahatan. Baru saja Shinta mau mengikuti langkah Nara, Shinta malah dihadang oleh Bintang. 

"Saya punya bukti yang lebih akurat, Bu. Mending kita ke kelasnya dia aja, Bu. Buktinya ada di tas dia!" Bintang menunjuk-nunjuk wajah Nara.

"Buat apa? Jangan ngaco kamu. Itu akal-akalan kamu aja biar lolos kan?!" Shinta sudah terbiasa dengan alasan-alasan Bintang seperti ini, makanya beliau tidak langsung percaya dengan perkataan Bintang. 

"Saya gak alasan kok, Bu. Apa salahnya liat ke kelasnya Nara dulu, Bu?" Kali ini mungkin perkataan Bintang ada benarnya, pikir Shinta. Apa salahnya jika melihat bukti yang dimaksud Bintang.

Dengan berat hati Nara mengikuti perintah Shinta untuk menunjukan kelasnya. Raut wajahnya masih tenang karena Nara yakin, ia tidak bersalah. Bukti yang dimaksud Bintang, mungkin hanya untuk menggertak dirinya saja.

"Ibu bisa lihat sendiri. Ada spray cans di tas dia. Itu udah jadi bukti akurat, Bu." Bintang menunjukkan spray cans yang terdapat di bagian samping tas Nara.

WHATEVER, I'M STILL WITH UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang