44. Pengakuan

204 32 3
                                    

Tak butuh waktu lama, Bintang sudah sampai di apartemen Nara. Ia memencet bel beberapa kali. Namun, sayangnya Nara sudah melihatnya lewat CCTV di depan pintu unitnya. Maka dari itu Nara memilih untuk tidak membukakan pintu. Nara sebenarnya khawatir sekali. Mengingat Bintang baru saja keluar dari rumah sakit dan sepertinya Bintang kesana mengendarai motor.

"Nar! Aku bisa jelasin, Nar! Itu bukan siapa-siapa, Nar!" teriak Bintang dari luar, sepertinya ia mengetahui kalau Nara ada di balik pintu mendengarkan suaranya. Panggilan gue-lo, berubah seketika menjadi aku-kamu. Nada bicara Bintang pun terdengar memelas.

"Nar, kamu salah paham. Biarin aku masuk dan jelasin semuanya, ya?" teriak Bintang lagi. Namun, Nara sama sekali belum berniat untuk membuka pintu. Bayangan Bintang yang sedang bermesraan dengan perempuan lain, begitu jelas di kepalanya. Apalagi ini pertama kalinya Nara berpacaran. Maka adegan tadi pasti akan sangat membekas di ingatannya.

"Ssshhhhhh," ringis Bintang memegangi perutnya tiba-tiba. Nara yang melihat itu dari CCTV, langsung membuka pintu tanpa pikir panjang. Dengan wajah yang sehabis menangis, Nara memeriksa perut Bintang. "Kenapa?! Ada yang sakit?!" panik Nara.

Saat Nara sedikit lengah, Bintang langsung memeluk Nara dan membawa tubuhnya Nara perlahan masuk ke apartemen. Bintang kemudian menutup pintu apartemen Nara dengan kakinya. "Yang sakit sini, Nar. Karena kamu gak mau dengerin penjelasan aku," ucap Bintang seraya meletakkan tangan Nara pada dadanya.

Bintang menangkup wajah Nara dengan kedua tangannya. "Air mata kamu terlalu berharga, Nar. Maaf karena aku, air mata ini harus jatuh."

"Kamu mungkin gak bakal percaya sama penjelasan aku sekarang. Jadi, aku minta kamu mau ya ikut sama aku? Kamu harus liat buktinya langsung, biar kamu percaya kalau aku gak bohong sama kamu, Nar." ucapan lembut dan tatapan intens Bintang berhasil menyihir Nara untuk tetap mendengarkannya. Nara mengangguk sebagai jawaban.

Bintang lalu mengambil jaket Nara yang ada di sofa. Memakaikannya di tubuh Nara. Ia menarik tangan Nara untuk keluar. Tak lupa ia membawa helm Nara yang ada pada nakas di samping pintu sebelum keluar. Bintang ingin membawa Nara ke markas.

Sebelum pergi, Bintang menarik tangan Nara ke depan. "Tolong, tahan perut aku. Masih sedikit nyeri, jadi aku minta tolong kamu," ucap Bintang dengan nada yang sedikit kesakitan. Padahal itu hanya alasannya saja, supaya Nara memeluk nya dari belakang.

Hanya dalam hitungan menit, Bintang dan Nara sampai di depan markas Black Lion. Ada banyak sekali motor yang terparkir dengan rapih di depan markas. Namun, tidak ada seorang pun yang ada di teras. Semuanya di dalam. Sepertinya bersiap untuk menyambut kedatangan Bintang. Saat ingin melangkah masuk, Bintang meraih tangan Nara dan menggenggamnya erat.

"Tang? Mau apa?" tanya Nara gugup. Tapi Bintang tidak merespon dan tetap fokus berjalan masuk.

Tepat di depan pintu, yang tadinya berisik dan ricuh, semuanya menjadi diam. Semua pasang mata tertuju ke arah Bintang dan Nara. "Ngapain pegangan, Tang? Perut Lo masih sakit?" tanya Gavin dengan pikiran positifnya itu. Karena ucapan Gavin, semuanya sontak fokus ke perut Bintang karena khawatir.

"Denger gue baik-baik! Mulai sekarang gak boleh ada yang bonceng Nara selain gue, kecuali kalau darurat. Gak ada yang boleh ngobrol sama Nara lebih dari 15 menit sambil ngeliatin Nara intens kecuali ada izin dari gue," tegas Bintang.

Ucapannya itu menimbulkan banyak dugaan bagi anggota Black Lion. Namun, berbeda dengan Nara. Ia menahan senyumannya salah tingkah. Seakan kejadian di rumah sakit tadi hilang begitu saja.

"Maksudnya apaan sih? Gue gak paham, Tang!" tukas Gavin.

"Iya deh. Masa gak boleh ngobrol sama Nara? Kita semua kan temennya Nara. Suka-suka gue lah mau ngobrol sama Nara atau enggak," ketus Adam.

Kepalanya tiba-tiba ditoyor oleh Fiola yang juga ada disana. "Katanya buaya, tapi beginian aja gak ngerti!" sindir Fiola.

Adam meringis karena toyoran Fiola. "Emangnya Kak La ngerti?"

"Itu berarti Nara itu ratunya Bintang. Dan lo semua gak boleh ada yang terlalu deket sama Nara lebih dari sahabat atau lo bakal digeprek sama Bintang," jelas Fiola. Adam, Gavin dan beberapa anggota masih melongo. Belum paham dengan ucapan Bintang, kini ditambah lagi dengan ucapan Fiola. Namun, beberapa juga ada yang sudah mengerti, dan menahan senyum.

Bintang mengangguk setuju dengan penjelasan Fiola. "Yap, bener! Nara ratu gue! Gue sama Nara pacaran!" ucap Bintang dengan percaya diri. Membuat Nara kaget dan menatap ke arahnya.

"Bilang daritadi dong! Apa susahnya tinggal bilang pacaran!" protes Adam

Byurrrrrr

Adam yang sedang meneguk minumannya, menyemburkan semuanya karena kaget. "HAH?! MAKSUDNYA GIMANA DEH? PACARAN? GUE GAK SALAH DENGER KAN?" tanya Adam pada Bintang.

Bintang menatap Adam tanpa ekspresi. "Emangnya muka gue keliatan bercanda?" tanya Bintang serius. Melihat itu, Adam langsung terdiam. Sepertinya Bintang memang sedang tidak bercanda. Lantas, sejak kapan mereka menjalin hubungan? Atau Bintang baru saja meminta Nara untuk jadi pacarnya? Itulah yang menjadi pertanyaan semua orang yang ada di ruangan itu.

"J-jadi, waktu itu lo berdua beneran kissing?" tanya Nathan ragu. Semua pasang mata sontak beralih menatapnya. Tak hanya menatap, Bintang dan Nara melotot tidak percaya. Para anggota kemudian beralih menatap Bintang. Ketua mereka, yang mereka kira lugu ternyata tidak sepenuhnya lugu.

Menyadari adanya suasana canggung karena ucapan Nathan, Fiola berusaha mencairkan suasana. "Kalau kissing emangnya kenapa? Makanya pacaran! Nanti juga kalau kalian nemuin cewek yang kalian sayang, kalian juga pasti bakal kayak Bintang sama Nara!" jelas Fiola selaku orang yang paling tua diruangan tersebut.

"Jadi beneran?! Lo udah hem-heman? Gila gue merasa terkhianati, Tang! Sejak kapan kalian pacaran? Gue yang selama ini banting tulang nyomblangin kalian, gak taunya kalian udah backstreet!" protes Adam.

"Ya gitulah!" Bintang tidak mau menjawab pertanyaan Adam secara mendetail. Ia menarik tangan Nara dan menghampiri Fiola.

"Nar, kenalin ini Kak Fiola. Anak Black Lion sering manggilnya Kak La. Kak La itu kakaknya Fabio, cuma sekarang kuliah di luar negeri, gak tinggal sama Fabio dan Tante Vera disini," jelas Bintang pada Nara.

"Kak La, ini ratu gue. Dan sepertinya Nara salah paham sama kita. Lo tadi ngomong ambigu ya ke gue? Sambil unyel-unyel pipi gue tadi pas di rumah sakit," ucap Bintang menuduh Fiola.

Fiola terdiam sejenak. Mengingat kata-kata apa yang ia lontarkan pada Bintang dan membuat Nara salah paham. Saat sudah mengingatnya, Fiola tertawa. "Kayaknya lo denger omongan guenya gak selesai deh. Tadi gue bilang sayang sama Bintang sebagai adik gue. Bintang, udah gue anggep sebagai adik sama kayak Fabio, dan juga anak Black Lion lainnya," jelas Fiola perlahan pada Nara.

"Sorry yah, gue unyel-unyel pipinya Bintang. Soalnya gue kesel dia gak bisa jaga dirinya sendiri!" sambung Fiola. Perempuan tomboy yang sangat dihormati oleh Black Lion.

Nara tersenyum seraya bernafas lega. "Aku juga minta maaf kak. Maaf karena udah nunduh kakak yang enggak-enggak," jelas Nara tidak enak hati.

"It's okay, Nar. Gue ngerti. Pasti siapapun yang liat bakal salah paham. Sorry gue udah kebiasaan kayak gitu. Masih gak nyangka, Bintang yang dulu anak bawang, sekarang udah gede dan punya cewek yang dia lindungin sendiri," gumam Fiola menghela nafas.

"Mulai sekarang, gue bakal perlahan ilangin kebiasaan gue."

drrrrrttt

Perubahan ekspresi Fiola saat mengangkat telpon cukup membuat seluruh orang penasaran. Adam yang tidak tahan, bertanya pada Fiola tanpa mengeluarkan suara. Hanya melewati mimik mulutnya saja. Fiola tidak langsung menjawab. Begitu ia menyelesaikan teleponnya, barulah Fiola memberitahukan semuanya.

"Fabio udah sadar!"

***

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENTNYA ❤️

BIAR AKU SEMANGATT ❤️

TERIMAKASIH SUDAH BACA ❤️

SEMOGA SEHAT DAN BAHAGIA SELALU ❤️

WHATEVER, I'M STILL WITH UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang