"Polisi pasti bakal temuin masker hitam itu, Tang!" ucap Galang dengan percaya diri. Bintang menatap ke arah Nara. Nara langsung menangkap ekspresi Bintang itu. Nara berpikir pasti Bintang sedang keheranan karena masker hitam itu. Bukti paling akurat yang Fabio lihat, malah tidak ditemukan di tempat Regan itu.
Galang dan Dean juga menjelaskan kalau sidang putusan hukuman untuk Regan itu akan dilaksanakan bulan depan. Sampai sidang putusan itu, mereka masih bisa mencari bukti-bukti kuat. Termasuk mencari bukti dimana keberadaan tentang masker hitam itu disembunyikan.
"Gue bisa liat Regan?" tanya Bintang saat itu juga.
"Tapi gak bisa semuanya masuk. Cuma bisa dua orang aja, Tang." Dean menjelaskan prosedur untuk pertemuan dengan tahanan.
Adam langsung berdiri tegap di depan Bintang, seakan menghalangi jalan Bintang untuk melangkah masuk. "Gak! Gue gak ijinin. Regan pasti bakal macem-macemin lo. Lo mau bilang apa ke dia? Biar gue yang sampein, ditemenin Galang dan Dean. Lo disini aja sama Nara dan Ray," cetus Adam.
Bintang menghela nafas seraya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. "Dam, lo gak nyadar kita ada dimana? Ini kita dikantor polisi loh? Pasti ada petugas yg jagain di dalem kan? Dan Regan gak mungkin ngapa-ngapain gue. Gue cuma mau tanya secara langsung, alasan dia ngelakuin itu sama Fabio, Dam. Gue mau denger jawaban dari mulutnya sendiri, Dam. "Jelas Bintang. Berusaha meyakinkan Adam bahwa kekhawatiran berlebih Adam adalah hal yang salah.
Adam mendengus kasar. Ia bahkan tidak sengaja mendorong tubuh Bintang pelan. "Anjir lo denial soal kepribadian Regan apa gimana sih?! Lo kayak gatau aja, apa yg bakal Regan lakuin, kalau tau kita yg jeblosin dia ke penjara," kesal Adam.
Terlihat jelas amarah pada mata Adam. Adam yang biasanya menjadi orang paling ceria, kini tengah kesal karena pikiran positif Bintang. Adam khawatir kalau Regan akan melakukan hal yang tidak diinginkan pada Bintang di dalam nanti, terlepas ada atau tidak adanya petugas. Adam tidak ingin, lagi-lagi Bintang yang dirugikan karena Bintang selalu ingin menjaga keluarganya.
"Stop! Stop! Kalau kamu tetep maksa mau ketemu sama Regan, aku yang temenin kamu!" tegas Nara tiba-tiba. Mengundang tatapan kaget bagi Bintang, Adam, Ray, Galang dan juga Dean.
Melihat keseriusan dimata Nara, Bintang lantas melangkah mendekati Nara. Ia memeluk gadis pujaannya itu seraya mengusap kepala Nara. Membiarkan wajah Nara tenggelam dalam dadanya. "Tolong dengerin aku ya sayang? Aku gak bakal kenapa-napa. Aku cuma mau tanya itu aja sama Regan. Kan ada Om nya Dean dan juga petugas lainnya di dalam. Kamu lebih baik tunggu disini sama Adam, Galang dan Dean ya? Aku janji aku gak bakalan lama kok," jelas Bintang dengan suara yang sangat lembut.
Di dalam pelukan Bintang, kepala Nara menggeleng pelan. "Aku tetep mau ikut, Tang!" ucapnya percaya diri.
Meskipun khawatir, tapi pada akhirnya Bintang mengizinkan Nara untuk ikut bersamanya ke dalam menemui Regan. Bintang meyakinkan Nara dengan seribu alasan pun, Nara akan tetap memaksa ikut bersama. Bintang mewajarkan hal itu. Ia tahu, Nara melakukan itu, karena rasa sayang Nara yang begitu besar padanya.
Di sebuah ruangan khusus pertemuan dengan tahanan, Bintang dan Nara menunggu kedatangan Regan dengan beberapa petugas yang berjaga disana. Ada beberapa tahanan yang bertemu dengan keluarga atau temannya juga di ruangan tersebut. Tidak butuh waktu lama, Regan akhirnya datang dengan dua orang petugas yang mengawalnya.
Tampilan Regan sangat berubah jauh bagi Bintang. Matanya sangat merah dan terlihat seperti orang linglung. Rambutnya lusuh berantakan. Kulitnya yang dahulu putih dan bersih, kini terlihat kusam dan mulai menghitam. Nara awalnya sangat khawatir karena Regan datang tanpa tangan yang diborgol. Namun, Nara terus menghibur diri dengan adanya banyak orang dan juga banyak petugas disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHATEVER, I'M STILL WITH U
Fanfiction[Visual : Jihoon Treasure & Haewon Nmixx] Bintang Anendra, adalah murid tampan, tidak pernah tersenyum yang dikenal sebagai raja es karena sifat cueknya. Sebagai Ketua Black Lion, salah satu dari dua geng penguasa sekolah, hampir semua orang takut d...