Melihat bagaimana Nara terikat tadi, membuat batin Galang begitu tersiksa. Sial, ia sangat membenci Bintang saat ini karena tidak bisa menjaga salah satu orang yang berarti baginya. "JANJI LO BUAT NGELINDUNGIN NARA KEMANA, BANGSAT?! CEPET PUTUSIN NARA, ANJING! LO GAK BISA JAGAIN NARA! LO CUMA BISA BAHAYAIN NARA! GAK USAH SOK JADI PAHLAWAN DAN NGERASA BISA LINDUNGIN NARA KALAU LO BELUM SELESAI SAMA SEMUA MASALAH LO INI! JANGAN SERET NARA KE MASALAH LO INI!" bentak Galang. Ia mendorong kuat Bintang hingga tersungkur.
Nara melempar tatapan tajam pada Galang. Sambil meringis menahan sakit di tangan dan kaki karena ikatan tadi, Nara membantu Bintang untuk kembali berdiri. "Gal! Apa-apaan sih?!" protes Nara.
"Nar! Kamu sadar gak sih?! Hari ini mungkin aja cuma permulaan. Gimana hari-hari selanjutnya? Bisa aja kamu dalam bahaya lebih dari hari ini, Nar! Dan aku gak mau hal itu terjadi, Nar! Jadi stop sama si anjing ini! Dia cuma bisa ngebahayain kamu!" desak Galang.
"Setelah Fabio, Alvero, tadi Rea, dan kamu, nanti siapa lagi orang yang bakal celaka gara-gara tindakan gegabahnya?!" sambung Galang.
"GAL! STOP! AKU GAK SUKA YA, KAMU NYALAHIN BINTANG KAYAK GITU!" marah Nara.
Ucapan-ucapan Galang berputar-putar dikepala Bintang. Ia tidak bisa mengelak. Nyatanya semua masalah memang berasal darinya. Entah siapa yang mencelakai Fabio dan Alvero, tapi Bintang bertindak gegabah menjebloskan Regan ke penjara. Berujung amarah Rea yang tidak terbendung, dan membahayakan Nara.
Bintang merutuki dirinya sendiri. Dia tak lebih dari biang masalah yang membuat orang-orang disekitarnya dalam bahaya. Perkataan Galang benar. Mungkin hari ini hanya permulaan, karena pelaku yang asli belum ditemukan secara pasti. Pelaku yang sudah pasti memiliki dendam padanya. Bisa jadi, hari-hari selanjutnya, ia malah mencelakai Nara dan juga sahabat-sahabatnya.
"Ucapan Galang ada benernya, Nar," lirih Bintang. Membuat semua orang menoleh ke arahnya.
Adam, Gavin, Ceisya dan yang lainnya, apalagi Nara, terdiam dengan ucapan Bintang barusan. "M-maksud kamu apa?" tanya Nara ragu.
"Lebih baik, kamu jangan deket-deket sama aku lagi, Nar. Aku, cuma orang yang bisa bikin kamu dalam bahaya. Sebelum sama aku, hidup kamu gak kayak gini kan, Nar? Kamu bisa hidup dengan nyaman, tanpa bahaya. Jadi lebih baik, kita selesain hubungan kita sampai disini aja, Nar," jelas Bintang membuat semua orang tertegun. Galang sekalipun.
"Tang!" protes Adam.
"Tang, lo apa-apaan?" protes Gavin.
Pelupuk mata Nara kini sudah dipenuhi oleh air mata yang siap jatuh kapan saja. Matanya sudah berkaca-kaca. Ia harap, ia salah mendengar dan Bintang tidak mengucapkannya. "Bintang? Aku salah denger kan?" tanya Nara dengan suara yang bergetar.
"Kamu gak sayang sama aku?" sambungnya.
Melihat mata Nara yang berkaca-kaca di hadapannya, membuat jantung Bintang mencelos. Ia tidak tega melihat Nara seperti ini. Bintang menggeleng pelan seraya menahan tangisnya. "Gak, Nar. Kamu gak salah dengar. Mulai hari ini, kita gak ada hubungan apa-apa lagi ya, Nar? Aku sayang kamu, tapi aku juga gak mau bikin hidup kamu dalam bahaya," ucap Bintang.
"Dam, gue minta tolong sama lo dan anak Black Lion lainnya buat anter Nara pulang ya?" bisik Bintang menepuk lengan atas Adam.
"Lo mau kemana, anjing?!" protes Adam.
Bintang tersenyum kecil. "Lo gak perlu tau. Gue butuh waktu buat sendiri," jawab Bintang sebelum akhirnya melenggang pergi meninggalkan kerumunan.
Diujung sebuah pintu, Nara mengejar Bintang dan memeluknya dari belakang. "Bintang, ini bukan solusi dari masalah yang kita hadepin. Tolong jangan kayak gini. Ayo kita bicarain lagi baik-baik. Aku mohon ya?" bujuk Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHATEVER, I'M STILL WITH U
Fanfiction[Visual : Jihoon Treasure & Haewon Nmixx] Bintang Anendra, adalah murid tampan, tidak pernah tersenyum yang dikenal sebagai raja es karena sifat cueknya. Sebagai Ketua Black Lion, salah satu dari dua geng penguasa sekolah, hampir semua orang takut d...