21. Runtuh

247 37 1
                                    

Hampir 20 menit lamanya, Nara masih tertegun di depan kelas Bintang. Ia menunduk, menatap kosong lantai lorong yang lusuh karena dilalui oleh semua orang setiap harinya. Pikirannya bingung. Sebenarnya lebih merasa syok atas perlakuan Bintang tadi. Otaknya sibuk mencari jawaban yang tepat, alasan Bintang kembali bersikap dingin padanya.

"Nar?" Tepuk Nathan sekilas. Mematung tepat di depan kelasnya, membuat Nathan memutuskan untuk menghampiri Nara.

"Kok paperbag-nya masih sama lo? Katanya tadi buat Bintang? Bintangnya kemana?" Tanya Nathan. Ia sedari tadi terlalu sibuk mengobrol dengan teman-temannya, sehingga tidak terlalu memperhatikan interaksi antara Nara dan Bintang. Saat sudah selesai mengobrol, yang tersisa hanya Nara disana.

Nara menolehkan kepalanya. Ia berusaha tersenyum meski sulit dan terpaksa. "Katanya Bintang udah makan. Sedangkan paperbag ini isinya makanan." Jelas Nara. Nathan masih terdiam tidak membalas. Ia masih menunggu kelanjutan penjelasan Nara.

"Gue berubah pikiran. Ini makanannya buat lo aja." Ucap Nara dengan senyum terpaksanya seraya memberikan paperbag itu pada Nathan.

Nathan mengerutkan dahinya bingung. "Sebenernya gue emang belum makan sih... Tapi kan katanya ini buat Bintang?"

"Nah, kebetulan kan? Buat lo aja. Sebagai tanda terimakasih juga, karena lo gak marah ke gue atas kejadian malam perayaan anniversary Black Lion!" Nara kemudian memaksa Nathan untuk menerima paperbag itu, lalu ia melengos pergi dari hadapan Nathan.

Nathan menatap kepergian Nara dengan perasaan kebingungan. Marah? Kenapa Nathan harus marah pada Nara atas kejadian malam perayaan anniversary Black Lion? Memangnya Nara melakukan kesalahan apa? Lalu Bintang juga pergi kemana? Kenapa Nara malah memberikan makanan yang seharusnya untuk Bintang pada dirinya? Semuanya terlalu sulit dicerna oleh otak lemot Nathan. Namun, ia tetap bersyukur karena mendapatkan makanan gratis ehehe.

Nara tidak mau terlalu memikirkan perubahan sikap Bintang, tapi tetap saja ia sangat gelisah. Bahkan, sekarang saja ia memilih untuk tidak masuk kelas dan berdiam di taman samping sekolah yang jarang dilalui oleh orang lain. Rasanya ia tidak bisa menerima pelajaran dengan perasaan segelisah ini.

Duduk disalah satu bangku taman, Nara menatap kosong lurus ke depan. Pikirannya kembali sibuk mencari jawaban. Apa mungkin, Bintang marah karena malam itu Nara tidak menunggu sampai Bintang sadar? Atau karena dirinya, hubungan Bintang dengan Regan yang diyakini sebagai mantan ketua Black Lion itu menjadi buruk? Tapi Adam bercerita hubungan mereka memang sudah buruk sejak awal. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi?

Apa Nara harus menanyakannya pada Bintang langsung? Tapi, bagaimana kalau Bintang malah semakin marah padanya? Tadi saja, auranya begitu dingin. Sorot matanya tajam seperti ingin membunuh. Di mata Bintang, Nara seperti musuh baginya. Padahal, malam itu, Nara merasa menjadi orang yang paling dilindungi oleh Bintang. Asik melamun, Nara dikagetkan oleh sesuatu yang terasa dingin menyentuh pipinya. 

"Galang?"

Galang menyodorkan sebuah es krim cone berwarna merah muda, yang sudah pasti rasa strawberry. Meski bingung, Nara tetap menerima pemberian Galang dengan senang hati. Sudah lama juga ia tidak memakan es krim. Ketegangan dalam pikirannya, terasa meleleh kala Nara melahap es krim yang Galang berikan.

"Mikirin apaan sih? Sampai ngelamun gitu?" Galang mengusap lembut kepala Nara. Bukannya menjawab pertanyaan Galang, Nara menoleh dengan tatapan menyidik juga memajukan sedikit bibirnya.

 Bukannya menjawab pertanyaan Galang, Nara menoleh dengan tatapan menyidik juga memajukan sedikit bibirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
WHATEVER, I'M STILL WITH UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang