50. Keputusan Berat

132 20 5
                                    

Bintang berhasil melepaskan cengkraman kuat Galang dari kerah Adam. Namun, tatapan tajam Galang masih mengarah pada Adam. Bintang bisa paham dengan perasaan Galang. Bagaimana ia semudah itu melepaskan orang yang mencelakai sepupunya sendiri. Kalau ada di posisi Galang, Bintang juga akan marah kepada Adam karena sudah berbicara seperti itu.

"Regan bukan 'pernah' jadi bagian dari kita, tapi dia masih jadi bagian dari kita, Dam. Walaupun kayak gitu, kita tetep harus tegas tentang hal ini. Biar Regan gak ngelakuin hal serupa lagi di masa depan. Kita, Black Lion dan juga Gold Tiger, selama ini udah berusaha keras buat ngumpulin bukti bukti ini kan, Dam? Lo sendiri tiap pulang sekolah, langsung ke kostnya Regan, buat ngintai pergerakannya Regan sampai malem kan?" jelas Bintang.

Adam menghela nafas pelan. Semua yang Bintang ucapkan memang fakta yang terasa menyakitkan. Apalagi mengingat Bintang adalah orang yang paling dekat dengan Regan dulu. Mungkin ini keputusan yang berat juga untuk Bintang. Hasil kerja keras mereka selama harus dituntaskan dengan benar.

"Dan ini semua juga demi Fabio dan juga Alvero, Dam. Bisa jadi korban selanjutnya Gavin, Nathan, atau bahkan lo, kalau kita tetep ngebiarin Regan berkeliaran. Dan gue gak mau itu terjadi, Dam. Cukup Fabio aja yg bikin gue ngerasa ga becus ngelindungin kalian," sambung Bintang yang kini menunduk.

Adam menepuk pipi Bintang pelan untuk mengembalikan percaya diri orang nomor satu di Black Lion itu. "Tang? Itu bukan tanggungjawab lo buat ngelindungi semua orang! Kita yang seharusnya ngejaga dan ngelindungin satu sama lain. Kita selalu bangga punya pemimpin kayak lo! Jadi jangan pernah ngerasa gak becus, Tang!" ucap Adam dengan tegas.

"Lo kira, cuma lo aja yang ngerasa ngeganjel dengan keputusan ini? Sejujurnya hati kecil gue juga gak tega, Dam. Regan pernah gue anggap sebagai abang gue. Tapi balik lagi, ini demi kebaikan bersama, Dam." Bintang akui, ini memang keputusan yang berat untuknya. 

Galang yang melihat percakapan dua orang sahabat itu mengangguk pelan. Hari ini, detik ini, ia cukup kagum dengan kewibawaan dan kebijaksanaan yang Bintang miliki. Tak heran ia memimpin Black Lion dan berhasil membawa Black Lion menjadi lebih baik. Pertengkaran-pertengkaran mereka selama ini, tidak pernah menyadarkan Galang, betapa Bintang memiliki hati yang besar.

"Emang gak salah Black Lion punya ketua kayak dia," batin Galang.

Sudut bibir Galang sedikit terangkat. Ia puas dengan keputusan yang diambil oleh Bintang hari ini. Meskipun berat, Bintang tidak mementingkan egonya. "Gue harap, gue juga gak salah relain Nara ke tangan lo," batinnya lagi.

***

Saat Galang, Gold Tiger dan beberapa anggota Black Lion berangsur pergi untuk mengantar berkas dan bukti ke polisi, Bintang memilih untuk tidak pergi. Sepertinya, hatinya terlalu berat jika harus menyerahkan semuanya langsung dengan tangannya. Lebih baik ia tidak ikut ke kantor polisi daripada pikiran atau keputusannya berubah seketika.

Bintang termenung di teras markas kebesaran Black Lion itu. Dengan sebatang rokok di sela jari tangannya yang sesekali ia hisap. Bintang menatap kosong ke arah langit malam yang hanya dihiasi sedikit bintang dengan bersandarkan tembok. Hal ini tentu membuat Nara yang juga tidak ikut ke kantor polisi merasa khawatir. Bahkan, saat Nara duduk di sampingnya, Bintang pun tidak menyadari.

 Bahkan, saat Nara duduk di sampingnya, Bintang pun tidak menyadari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
WHATEVER, I'M STILL WITH UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang