25. Lampu Hijau

263 36 0
                                    

Ting tong Ting tong

Suara bel apartemen Nara kembali berbunyi. Entah siapa yang datang sekarang. Nara menduga, kalau itu merupakan kurir dari barang yang ia pesan tempo hari. Nara pergi membukakan pintu, meninggalkan para sahabatnya di ruang tengah.

"Galang?" Betapa terkejutnya Nara mendapati Galang yang datang. Saking kagetnya, ia tidak menyadari suaranya agak sedikit berteriak.

Galang hanya tersenyum dengan beberapa kantong keresek ditangannya. "Kemarin papah gue, abis liburan dari desa. Beliau baru sampai tadi, dan bawa banyak banget sayuran seger. Lo mau kan masakin sayur tomat lagi buat gue?" Tanya Galang seraya menyodorkan kantong kereseknya ke depan wajah Nara dengan ekspresi memelas.

"E-eng... Gal... T-tapi..."

"Mau banget dongg! Iya kan, Nar?!" Celetuk Sky jahil tiba-tiba muncul dari belakang Nara. Begitupun dengan Raina dan Acher. Sky iseng menuntun kepala Nara untuk mengangguk. Raina bahkan langsung menarik lengan Galang untuk masuk. Sky dan Raina membimbing Nara dan Galang untuk ke dapur.

Raina menatap wajah Galang tanpa berkedip. Tampan nan rupawan juga pikirnya. Mahir juga Nara menarik perhatian lawan jenisnya. Raina akui sahabatnya itu memang memiliki kecantikan yang unik dari mereka berempat. Nara juga memiliki sifat yang polos dan sangat tulus memberi kebaikan untuk orang lain. Tak heran banyak laki-laki yang terpikat dengan Nara.

 "Kita tunggu di kamar lo ya, Nar. Have fun kalian berdua masaknya. Kita tunggu makanan enak dari chef Nara." Ucap Raina, lalu menarik Sky dan Acher untuk ke kamar. Seakan memberi ruang untuk Nara dan Galang untuk berdua.

Galang masih terdiam. Apa yang barusan terjadi terasa mengalir begitu saja. Ia bahkan baru menyadari sudah berada di dapur bersama Nara sekarang. Saking bingungnya, ia tidak sadar sudah ditarik masuk oleh Raina. Nara menyadari ekspresi kebingungan Galang. Ia pun menjelaskan apa yang terjadi dan memperkenalkan ke empat sahabatnya itu.

"Sorry ya, Gal. Lo pasti kaget. Mereka emang nyeleneh banget." Ucap Nara tersenyum canggung.

"Gue yang harusnya minta maaf, Nar. Udah ganggu quality time kalian. Abis masak, gue pamit aja ya?"

"Eh? Lo join aja, Gal. Gapapa kan kalau cewek semua? Kita makan bareng aja." Jawaban Nara membuat Galang senang. Ini bisa menjadi kesempatannya untuk mengenal Nara lebih dekat.

Nara dan Galang kemudian memulai aktivitas mereka, sebelumnya Sky dan yang lainnya datang untuk menagih. Nara dan Galang membagi tugas agar lebih cepat selesai. Galang kedapatan memotong sayuran yang harus dipotong seperti tomat. Karena kurang terbiasa, Galang memotongnya dengan ukuran yang beragam. Nara tertawa gemas karena hal itu.

Bukan seperti remaja yang seumuran dengannya, Nara merasa seperti sedang memasak dengan keponakannya. Beberapa kali juga Galang melakukan hal yang ceroboh tapi lucu, seperti menjatuhkan saus, bingung membedakan antara garam dan gula, bahkan memakai bando milik Nara untuk membendung rambut gondrongnya itu. Nara tidak kesal, karena ia paham kalau Galang tidak pandai pada urusan di dapur.

"Awwww." Rintih Nara tiba-tiba karena terkena panci yang panas. Mungkin karena terlalu banyak bercanda, Nara sampai tidak menyadari hal itu.

Galang tiba-tiba menggendong Nara dan mendudukkan Nara di meja makan. Sedangkan Nara menutup mulut dengan tangannya kaget. Galang yang panik buru-buru mencari kotak P3K. Setelah menemukannya, dengan cepat ia mengobati jari Nara yang terkena panci panas tadi. Sesekali Galang meniup jari Nara pelan.

Jantungnya terasa berhenti sejenak karena Galang menggendongnya tiba-tiba tadi, sekarang Nara malah disugukan oleh wajah Galang yang berjarak sangat dekat. Belum pernah ia melihat wajah Galang sedekat ini. Tanpa sadar, ia menatap Galang terlalu dalam sampai tidak memperdulikan lagi sekitarnya. Galang yang sadar Nara menatapnya, akhirnya menatap balik Nara dengan tatapan yang cukup intens.

WHATEVER, I'M STILL WITH UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang