Bintang mengerjapkan matanya beberapa kali. Terasa ada yang mengusap lembut kepalanya. Mengisyaratkan supaya Bintang segera bangun dari tidurnya. Kala Bintang membuka matanya sempurna, ia mendapati seorang perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik meski terpaut usia.
"Bunda?"
"Sayang, Bunda pergi dulu ya sebentar? Bintang dirumah sama Papah ya, sayang?" Pinta Raya, Bunda Bintang.
"Bunda mau kemana? Bintang mau ikut Bunda aja." Bintang langsung mendudukkan dirinya. Menggenggam erat tangan Raya.
Raya menggeleng pelan. "Enggak, sayang. Bunda cuma pergi sebentar kok. Bintang dirumah aja yah? Jagain papah sama adek." Jelas Raya sekali lagi.
Tiba-tiba ada yang menggebrak pintu kamar Bintang. Dimas, Papah Bintang berjalan ke arah mereka dengan nafas yang memburu. Dimas menarik kasar lengan Raya supaya genggaman tangannya terlepas dari Bintang.
Plakkkkk
Tanpa aba-aba Dimas melontarkan tamparan kuat pada Raya hingga Raya tersungkur tak berdaya. Bintang yang melihat itu, melebarkan matanya tak percaya. Papahnya sendiri menampar Bundanya tanpa segan.
"KAMU GAK PERLU PAMIT SAMA BINTANG! BINTANG GAK PERLU LAGI PAMIT DARI BUNDANYA YANG PUNYA LAKI-LAKI SIMPENAN KAYAK KAMU!" Teriak Dimas membuat Bintang saat itu cukup ketakutan.
Raya terlihat pasrah dimaki-maki oleh Dimas. Tidak ada sepatah katapun pembelaan dari mulutnya. Raya hanya sedikit meringis kesakitan karena tamparan Dimas. Namun, setelah itu dia bangkit. Tersenyum sekilas pada Bintang, lalu pergi dari kamar Bintang. Dimas mengekor di belakang Raya. Ia turut pergi dari kamar Bintang. Bahkan, menutup kuat pintu kamar Bintang.
Bintang yang saat itu masih kecil, belum paham atas apa yang sudah terjadi. Melihat kedua orangtuanya pergi, Bintang langsung turun dari ranjangnya dan ingin menyusul kedua orangtuanya. Namun, sayangnya pintu kamar Bintang sudah dikunci oleh Dimas. Tak kehabisan akal, Bintang langsung berlari ke arah jendela kamarnya. Terdengar seperti ada suara mobil yang datang.
Dugaan Bintang sangat tepat. Ada sebuah mobil yang terparkir di depan rumahnya. Namun, ia tidak mengenali mobil itu. Itu bukan mobil Dimas, maupun mobil Raya. Dengan tatapan menyelidik, Bintang melihat seorang laki-laki turun dari mobil itu. Mengitari cap mobil depannya. Tak lama berselang Raya muncul dari dalam rumah.
Raya mencium bibir laki-laki itu, tanpa malu dilihat oleh siapapun disana. Bintang mengerjap kaget. Bundanya mencium dan memeluk seseorang selain Papahnya. Terlebih lagi, laki-laki terlihat sangat muda. Walaupun Raya awet muda, bagi siapapun yang melihat hal itu, pasti sudah tahu kalau laki-laki itu lebih muda usianya dari Raya.
Puas memeluk laki-laki itu, tiba-tiba Dimas juga keluar dari rumah dan langsung menghajar laki-laki itu. Bintang sebenarnya sangat kebingungan melihat adegan itu, tapi satu hal yang pasti, tindakan Papahnya, ia yakini sebagai satu hal yang tidak baik.
Bintang langsung berjongkok dan menyembunyikan tubuhnya dibalik tembok. Ia menutup kedua telinganya, seraya tidak ingin mendengar teriakan demi teriakan yang diucapkan Dimas. Kata-katanya belum pernah Bintang dengar, tapi terdengar seperti perkataan kasar.
"Omaa... Hiksss..."
"Bintang mau ke oma... Bintang gak mau liat Papah sama Bunda berantem... Omaaa... Hiksss..."
"Omaaa!!" Teriak Bintang, terbangun dari tidurnya.
Lagi-lagi kenangan buruk masa kecilnya menghampiri tidur Bintang. Walaupun tidak terhitung sering, tapi ini sudah yang kesekian kalinya ia bermimpi tentang Raya, Bundanya. Pada saat kejadian waktu itu, memang Bintang belum memahami apa yang terjadi. Namun, seiring dengan bertambah umurnya, Bintang lama-kelamaan mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHATEVER, I'M STILL WITH U
Fanfiction[Visual : Jihoon Treasure & Haewon Nmixx] Bintang Anendra, adalah murid tampan, tidak pernah tersenyum yang dikenal sebagai raja es karena sifat cueknya. Sebagai Ketua Black Lion, salah satu dari dua geng penguasa sekolah, hampir semua orang takut d...