28. Nara x Nara

215 34 4
                                    

Nara memarkirkan Gizmo di pekarangan rumah yang besar. Ralat, sangat besar. Nara tidak menyangka Hana memiliki rumah yang sangat besar. Sampai saat Nara membaca sebuah plang besar yang bertuliskan 'Panti Asuhan Harapan'. Lalu ada banyak sekali anak kecil dan dua perempuan dewasa yang keluar dari dalam rumah. Menyambut kedatangan Hana dan Bintang.

Bintang memarkirkan motor milik Adam dengan hati-hati. Tak lupa ia juga membantu Hana untuk turun dari motor besar itu. Kedatangan Hana, membuat semua anak gaduh memeluk Hana. Dengan mata yang sembab, Ranti dan Bunga juga turut memeluk Hana. Mereka sangat bersyukur karena Hana berhasil di temukan.

"Omaaa, syukurlah oma gak kenapa-napa," peluk Ranti.

Hana tersenyum sumringah, seakan-akan lupa sudah membuat seluruh orang khawatir. "Untung ada Bintang dan Nara yang nemuin oma," ucap Hana menarik Bintang pada tangan kanannya dan Nara pada tangan kirinya.

Ranti dan Bunga sontak memeluk Nara erat. "Terimakasih yaa udah nemuin oma. Mbak harus berterimakasih dengan cara apa?" ucap Ranti tulus. Nara bagaikan penyelamat bagi Ranti. Entah bagaimana hidup Ranti, kalau sampai Hana tidak ditemukan.

"Cara terimakasihnya, mbak masak yang enak-enak! Soalnya perutku udah laper! Oma juga perlu minum obat!" ucap Bintang dengan polosnya. Mengelus-elus perutnya seraya cacing-cacing di dalamnya sudah berteriak minta makan.

Ranti mengangguk antusias. Perkataan Bintang ada benarnya juga. Ia dan Bunga buru-buru ke dapur untuk menyiapkan makanan sesuai permintaan Bintang. Hal itu juga untuk berterimakasih kepada Nara atas jasanya sudah menemukan Hana.

"Nara sama Bintang di luar dulu aja, main sama anak-anak. Oma masuk dulu ya? Udah gak kuat berdiri lama-lama. Nanti kalau Mbak Ranti sudah selesai, oma panggil," jelas Hana. Nara hanya mengangguk-angguk saja. Menuruti perkataan Hana.

Sepeninggalan Hana, Bintang langsung membaur dengan anak-anak. Tanpa sadar, tidak memperdulikan keberadaan Nara di sana. Nara hanya merapati interaksi Bintang dengan anak-anak tersebut dari kejauhan. Bintang dan anak-anak itu terlihat sengat dekat. Mungkin karena bertemu hampir setiap hari.

Namun, ada satu hal yang menggangu pikiran Nara. Ah! Senyuman Bintang. Senyuman yang belum pernah Nara liat sebelumnya. Senyuman yang sangat merekah dan terlihat tulus. Bahkan sampai bola mata Bintang tidak terlihat lagi, saking lebarnya.

"Indah. Senyuman lo indah, Tang. Kenapa lo jarang banget senyum di sekolah? Apa cuma mereka yang bisa bikin lo tersenyum, Tang?" batin Nara terpukau melihat wajah tampan Bintang yang sangat sempurna karena senyumannya.

"Narrrrr! Narrrrr! Kamu dimanaa?!" 

Suara itu memecah lamunan Nara. Membuat Nara sontak menoleh ke sumber suara. Di sana ada seorang anak laki-laki yang sedang berjalan ke arah Nara. Namun, pandangan anak tersebut beredar kemana-mana seakan sedang mencari sesuatu.

"Kamu panggil aku?" tanya Nara pada anak tersebut. Kalau tidak salah dengar, anak itu seperti memanggil dirinya tadi.

Anak laki-laki itu mendongakkan kepalanya. Menyipitkan matanya. Mungkin bingung karena baru pertama kali melihat wajah itu di sini. Wajah selain Hana, Bintang, Ranti, Bunga dan teman-temannya. Ia kemudian memiringkan kepalanya. Menatap Nara dengan tatapan menyidik.

"E-eh? Kakak siapaa? Cio gak pernah liat kakak! Cio juga gak manggil kakak! Cio tuh nyari ayam cio, Kak!" ungkap anak laki-laki tersebut. Nara mengangguk. Mungkin ia tadi hanya salah dengar. 

"Ada ciri-ciri yang spesifik gak? Biar kakak bantu cari!" tawar Nara. Cio sejujurnya bingung dengan perkataan Nara. Ciri-ciri spesifik itu maksudnya apa? Ia hanya berkata kalau ayamnya yang hilang itu berwarna biru. Nara tertawa sekilas. Ia pikir anak kecil berada di depannya itu berkhayal. Mana ada ayam yang berwarna biru. Mungkin coraknya saja yang ada warna birunya.

WHATEVER, I'M STILL WITH UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang