55. Siapa?

141 24 3
                                    

Ting tong ting tong

Tepat pukul sepuluh pagi, bel apartemen milik Nara berbunyi nyaring. Nara lantas bergegas membukakan pintu. Ia tak sabar bertemu dengan tamunya itu. Tamu yang sejak ia bangun pagi tadi, sudah ia nanti-nantikan.

"H-hai, Nar!" sapa Gavin.

Nara melihat-lihat ke samping kanan dan kiri Gavin. Mencari keberadaan seseorang. "Vin, Ceisya-nya mana? Kok lo sendiri?"

Gavin menarik senyuman tipis. "Ce, ayo sapa Nara! Gak usah malu-malu," ucap Gavin dengan wajah yang terlihat gemas.

Tak lama, dari balik tubuh Gavin, muncul seorang perempuan dengan gaun selutut berwarna putih dilengkapi dengan outer berwarna pink cerah. Rambut panjang perempuan itu diikat sedikit menggunakan pita yang berwarna senada. Manis, adalah first impression Nara pada Ceisya.

"H-halo, Kak Nara. K-kenalin aku Ceisya. Maaf ganggu kakak di hari libur gini, aku mau minta tolong Kak Nara b-buat ajarin bikin cupcake. Ada tugas di sekolahku buat bikin cupcake, Kak." Ceisya berucap tanpa menatap Nara sedikit pun. Ia menunduk malu. Mungkin ini pertama kalinya mengenal teman Gavin.

"I-iya boleh kok! Jangan kayak gini! Kalau sama aku santai aja, Ce. Ayo masuk!" ajak Nara meraih tangan Ceisya untuk mengajaknya masuk. Diikuti oleh Gavin di belakang. Mata Ceisya sontak berbinar karena Nara yang menerimanya dengan hangat. Benar kata Gavin semalam, kalau Nara adalah orang yang baik.

Ini kali pertama Gavin masuk ke apartemen Nara. Tempat tinggal yang cukup rapih dan nyaman kalau untuk tinggal sendiri tanpa bantuan jasa pembersihan apartemen. Gavin bersyukur, Nara bisa menerima Ceisya dengan suka cita. Gavin ingin, Ceisya lebih mengenal banyak orang yang membawa pengaruh positif padanya.

"Kalau gitu, gue tinggal ke markas ya? Kalau ada apa-apa telepon ya, Ce. Titip Ceisya ya, Nar? Takutnya kalau ada gue disini kalian jadi canggung bikin cupcakenya," ucap Gavin setelah menyeruput minuman yang sudah disiapkan oleh Nara tadi.

Nara tersenyum lebar seraya mengangguk senang. Sedangkan Ceisya, masih ada sedikit raut gelisah di wajahnya. Mungkin karena Gavin tidak akan menemaninya dan meninggalkannya sementara.

"Lo tenang aja, Vin. Ceisya aman kok disini!"

Sepeninggalan Gavin, Nara kembali meraih tangan Ceisya dan membawanya ke dapur. Diatas nakas dapur sudah tersaji satu celemek berwarna ungu yang terlipat dengan rapih. Nara sengaja menyiapkannya untuk Ceisya.

"Emangnya mau bikin cupcake yang kayak gimana?" tanya Nara seraya membantu Ceisya memakaikan celemeknya.

"E-eung anu kak, yang simpel aja. Yang penting Cece tau basic bikin cupcakenya kak," jawab Ceisya masih dengan suara yang lemah dan wajah yang menunduk.

Memiliki wajah yang cantik, ditambah penampilan yang manis, membuat Nara bertanya-tanya, karena Ceisya yang terlihat sangat pemalu. Entah pemalu atau mungkin bahkan ia ketakutan mengenal orang baru, tapi sejak tadi Ceisya tidak pernah menatap wajahnya.

"Sorry, Ce. Kamu emang pemalu gini ya orangnya? Tapi tenang aja, Ce. Aku bakal berusaha bikin kamu nyaman temenan sama aku. So, kamu mau kan temenan sama aku?" ucap Nara tulus mengulurkan tangannya. Mengajak Ceisya berjabat tangan.

Ceisya mendongakkan kepalanya sedikit. Menatap wajah Nara yang menurutnya sangat cantik. Sudut bibir Ceisya sedikit terangkat, membentuk senyuman yang indah. Nara terlihat sangat tulus, sehingga ia sedikit berani menerima jabatan tangan Nara.

"Mohon bantuannya ya, Kak."

***

"Shane, mana oleh-oleh bata tembok besar China gue? Kok gak lo bawain?!" celetuk Adam. Terlihat jelas, perasaannya sedang senang karena melihat inti Black Lion berkumpul dengan lengkap saat ini.

WHATEVER, I'M STILL WITH UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang