23. Berhasil?

229 33 1
                                    

Mendapati Bintang yang sengaja melukai diri sendiri dengan mata yang sembab, membuat Nara menatapnya iba. Meski diberi tatapan tajam dan dimaki, Nara merasa kalau ia bisa mengerti posisi Bintang sekarang. Ia tidak ambil pusing dengan bentakan Bintang. Ia merasa sedih melihat keadaan Bintang sekarang.

"Tunggu disini! Gue titip tas gue." Ucap Nara lalu pergi meninggalkan tas nya bersama Bintang.

Nara pergi ke UKS, mengambil kotak P3K untuk mengobati luka Bintang. Jarak UKS yang lumayan jauh, cukup memakan waktu yang lama. Saat ia kembali, sekarang terdengar suara isakan yang terasa sangat memilukan.

"Omaa... Hiksss..."

"Omaaa, maafinnn Bintang.... Bintang salahh, Omaa... Tolong maafin Bintang..."

Nara memutuskan untuk bersandar dibalik tembok. Ia memberikan ruang pada Bintang untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu. Nara sama sekali tidak berniat untuk menguping tapi curahan hati Bintang terdengar jelas olehnya dan diiringi dengan suara isakan tangis.

"Bintang tau, pasti Oma sakit gara-gara Bintang kan? Bintang nakal. Bintang suka berantem. Bintang suka bikin Oma khawatir. Bintang udah salah karna datang ke kehidupan Oma. Harusnya dulu Bintang gak kabur dari rumah. Harusnya Bintang tetap dirumah sama Papah dan istri barunya. Harusnya Bintang gak nyusahin Oma." Keluh kesah Bintang.

Dibalik tembok, Nara melebarkan matanya kaget. Kisah masa lalu Bintang yang dikubur dalam-dalam, hingga tidak ada yang mengetahuinya termasuk anggota Black Lion, kini Nara mengetahuinya. Nara turut sedih, jika keadaan masa lalu Bintang benar seperti itu. Meski begitu, Bintang tidak pernah melampiaskan kekurangannya ke orang lain.

Ia telah menjadi ketua Black Lion yang menjadi panutan semua orang terlepas dari masa lalunya yang sulit. Ini sungguh membuktikan kalau Bintang memang orang yang benar-benar baik pikir Nara. Sesaat kemudian, Nara kembali teringat oleh luka Bintang yang mau ia obati. Nara pun beranjak, lalu menghampiri Bintang.

 Nara pun beranjak, lalu menghampiri Bintang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bintang tengah terduduk bersandarkan tembok. Memeluk kedua kakinya sambil terisak. Kejadian di rumah sakit tempo hari, membuat mental Bintang benar-benar hancur. Ia merutuki diri sendiri. Menyalahkan dirinya atas apa yang telah terjadi. Banyak hal-hal yang entah kenapa Bintang sesali sekarang.

"Ekhem..."

Suara Nara membuat Bintang tersentak. Bintang buru-buru menyeka air matanya. Ia kira Nara tidak akan kembali, sehingga ia bisa bebas menangis di tempat ini. Entah sudah berapa lama Nara sampai, tapi Bintang harap, Nara tidak mendengar semua keluh kesahnya.

Nara datang membawa kotak P3K yang ia ambil dari UKS. Nara langsung menarik tangan Bintang dengan sedikit paksaan. Lagi-lagi Naralah yang mengobati luka di tangan Bintang. Nara mengobatinya dengan sangat hati-hati. Sepertinya Bintang sudah meninju tembok beberapa kali. Terlihat dari lukanya yang sudah dalam.

"Apa luka yang waktu itu gue obatin karena masalah yang sama kayak sekarang?" Batin Nara mengingat serpihan kaca diluka Bintang waktu itu.

"Kenapa dia suka banget ngelukain diri sendiri sih? Dia apa gak sayang sama badannya? Terutama tangannya? Tangannya sering banget luka. Gue gak tau masalah apa yang dihadapi, tapi kalau ngeluapinnya pake ngelukain diri sendiri tetep aja caranya salah." Monolog Nara dalam hatinya.

WHATEVER, I'M STILL WITH UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang