Duduk di salah satu bangku yang disediakan di ruang ICU, Bintang menunduk. Menantap kosong ke arah lantai rumah sakit. Ia baru saja bergantian dengan Ranti untuk melihat keadaan Hana. Tubuh Hana dipenuhi berbagai alat medis yang sepertinya sangat membantunya untuk bertahan. Saking sedihnya melihat itu semua, kini Bintang sudah tidak mampu lagi mengeluarkan air matanya.
Suara pintu terbuka mengalihkan pandangan Bintang. Ranti baru saja keluar dari ruang ICU. "Mbak, aku pulang dulu," ucapnya datar.
Ranti sedikit bingung dengan tatapan itu. Tatapan yang belum pernah Bintang perlihatkan sebelumnya. "Ah iya, Tang. Kamu pulang dulu aja. Istirahat dulu, Tang."
Mendengar jawaban Ranti, Bintang lalu beranjak dan melenggang meninggalkan Ranti disana. Kini tujuannya adalah apartemennya. Ia merasa membutuhkan waktu untuk sendiri. Terlepas dari banyaknya yang terjadi hari ini, rasanya terlalu mendadak bagi Bintang. Ia juga seorang manusia butuh tempat dan waktu untuk sekedar meredakan pikirannya yang rumit.
Begitu membuka pintu apartemennya dan masuk, Bintang tidak menyangka hal ini terjadi lagi. Mengunjungi apartemennya pada saat hari masih terang. Semenjak bersama Nara, Bintang pulang ke apartemen hanya untuk istirahat di malam hari saja. Lalu akan pergi pada pagi hari. Entah itu ke markas Black Lion atau ke rumah Hana. Dan kini, ia kembali untuk menyendiri.
Bintang melangkah menuju dapur begitu saja. Di salah satu lemari disana, Bintang masih menyimpan dengan baik dua botol alkohol. Bintang tersenyum kecut kala dirinya meraih botol alkohol tersebut. Sial, sudah lama sekalinya ia tidak meminumnya. Ia bahkan berharap kalau ia tidak akan pernah memimumnya lagi. Namun, ternyata semesta memberikan takdirnya lain.
Hari-harinya yang awalnya terasa bahagia ditemani Nara, Hana, anggota Black Lion dan keluarga panti terasa direnggut begitu saja oleh semesta. Bintang mengerti kalau ini adalah hal yang tidak baik untuk dilakukkan. Tapi, ia terlalu kalut untuk merasakan kesedihan yang begitu mendalam. Bintang meneguk alkohol itu.
Dalam keadaan sudah mabuk, karena sudah meminum hampir satu botol, Bintang berjalan gontai ke arah kamarnya. Terduduk dilantai sambil bersadarkan ranjangnya. Sambil tangan kirinya yang memegang botol dan terus meminum, tangan kanannya mengambil sesuatu yang tersimpan pada laci nakas. Bintang meraih sebuah foto tanpa figura yang nampak lusuh.
Dengan kondisi setengah sadar, Bintang tersenyum miring menatap foto itu. "Apa ini karma yang gue dapet karena ninggalin lo?" monolognya.
"Bukannya hidup sama Papah jauh menyenangkan? Papah bakal ngejamin semua kebutuhan dan kebahagian lo kan?" sambungnya.
Tiba-tiba Bintang meremat kepalanya frustasi dan kembali terisak. "Gue kemarin terlalu sombong, sampai lupa kalau gue sebenernya gak berhak bahagia. Gue merasa semuanya berjalan dengan baik, padahal gue gak berhak ngerasain itu semua. Gue cuma seseorang yang harusnya selalu sedih sepanjang hidupnya."
***
Sejak kejadian tempo hari, Nara sama sekali tidak menghubungi Bintang. Ia juga sama sekali tidak melihat batang hidung Bintang di sekolah. Hal ini tentu sangat membuatnya khawatir. Pada hari ketiga ini, Nara akhirnya mengunjungi markas Black Lion sepulang sekolah. Berharap menemui titik terang tentang dimana keberadaan Bintang. Meskipun sedih, Nara tidak marah tentang keputusan Bintang saat itu, ia malah khawatir dengan keadaan Bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHATEVER, I'M STILL WITH U
Fanfiction[Visual : Jihoon Treasure & Haewon Nmixx] Bintang Anendra, adalah murid tampan, tidak pernah tersenyum yang dikenal sebagai raja es karena sifat cueknya. Sebagai Ketua Black Lion, salah satu dari dua geng penguasa sekolah, hampir semua orang takut d...