60. Good Night

64 9 2
                                    

Malam itu, Bintang pergi dari rumah sakit bersama Nara mengendarai Gizmo. Bintang melajukan motor Nara ke markas Black Lion. Sesampainya disana, pintu markas tertutup rapat dan tidak ada siapapun di teras markas. Bukan karena tidak ada orang, tapi mereka semua ada di dalam. Entah apa yang mereka bahas. Ini pemandangan yang cukup langka bagi Bintang.

Atas permintaan Nara, Bintang mematikan suara deru mesin motornya. Ingin memberi kejutan pada anggota Black Lion ungkapnya. Semesta juga mendukung, karena kebetulan malam ini, mereka semua ada di dalam.

Setelah memarkirkan motor, Nara dan Bintang berjalan perlahan. Dengan pintu yang sedikit terbuka, Samar-samar mereka mendengar anggota Black Lion tengah membicarakan sesuatu hal yg serius.

"Vin, coba lo inget-inget lagi. Lo kan temenan sama Bintang dari SMP. Gak ada gitu tempat kesukaan dia, misalnya warnet atau apalah?" tanya Adam.

Gavin memutar bola matanya malas. "Yeh itu mah tempat kesukaan lo!"

"Zriel, belum ada lokasi terbaru dari pelacakan hp Bintang?" kini wajah Adam berdalih menatap Azriel.

"Belum, Dam!" jawab Azriel.

"Duh, kejadian Nara kemarin, pasti bikin Bintang terpukul bgt. Gue prihatin sama Bintang. Padahal kita semua siap jadu telinga buat cerita keluh kesahnya," ungkap Shane

"Iya bener, kalau emang dia gak bisa sama Nara lagi. Masih ada kita keluarganya yang siap nemenin dia sampe jadi kakek-kakek!" sambung Nathan.

Di sela-sela pintu yang sedikit terbuka, mata Bintang terbelalak tidak percaya. Ia menatap wajah keluarganya itu satu persatu. Tampak jelas semua orang tengah mengkhawatirkannya. "Tuh denger kan? Ada kamu di hati mereka," bisik Nara.

"Gue punya ide, Dam! Gimana kalau kita lapor polisi aja! Bikin laporan orang ilang!" usul Gavin tiba-tiba.

Sekita Bintang dan Nara sama-sama panik. Mereka kemudian menerobos masuk ke dalam. "Stop! Stop! Gue disini!" teriak Bintang membuka pintu. Semua mata tertuju padanya dengan tatapan tidak percaya.

Adam mendekati Bintang perlahan. Ia menyentuh wajah Bintang. Memeriksa sebelah kanan, kiri, dan segala arah. Guna memastikan yang berada di depannya ini adalah benar Bintang. "Apaan sih?! Dikira gue hantu apa?" protes Bintang.

"Anjing! Ini beneran lo, Tang?!" teriak Adam.

"Terus lo kira siapa anjir kalau bukan gue?!" ucap Bintang tak mau kalah.

"Seriusan nih?!" tanya Adam lagi.

Bugh

Tiba-tiba saja, Adam melayangkan tinjuan kuat pada wajah Bintang. Dengan air mata yang tanpa sadar sudah jatuh, ia memaki Bintang. "Lo ngerti gak sih? Kita semua khawatir sama lo! Kita takut lo kenapa-napa anjir! Nanti siapa yang mimpin kita?!" teriak Adam.

Nara yang kaget dengan perlakuan Adam tiba-tiba, ingin mendekati mereka dan melerai mereka. Namun, lengannya ditahan oleh Nathan. Nathan bahkan menarik lengan Nara untuk menjauh lagi. "Mungkin bikin lo kaget, Nar. Tapi ini cara kita nyelesaiin perasaan kita yang ngeganjel, Nar. Tenang aja, ini bukan perasaan marah kok!" jelas Nathan.

"Kita juga bogemnya gak terlalu kuat kok! Gue juga izin bogem sekali ya, Nar!" sambung Nathan sebelum akhirnya meninggalkan Nara.

Akhirnya Nara hanya bisa pasrah melihat Bintang dikerumungi oleh teman-temannya. Yang menarik perhatian Nara, mereka saling memukul sambil tertawa dan juga menangis. Rasanya semua perasaan mereka yang tertahan, mereka keluarkan detik itu juga.

"Stttt, ngeri juga," ringis Nara akhirnya.

***

"Gue udah dapet beberapa informasi dari Rea. Pusat pengedarannya ada di bangunan bekas hotel di batas kota," jelas Bintang. Ia membagikan alamat yang sudah dikirimkan Rea ke obrolan grup Black Lion.

WHATEVER, I'M STILL WITH UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang