38. Awal Mula

216 29 2
                                    

Keesokkan harinya, Adam dan para anggota Black Lion lainnya sudah berkumpul di markas  sejak pulang sekolah tadi. Hanya satu orang yang belum datang. Sejak bel tanda pulang berbunyi tadi, Bintang langsung melenggang pergi tanpa memberitahukan akan kemana pada Adam atau anggota Black Lion lainnya.

Seakan semesta membantu rencana Adam, ia malah bersyukur karena Bintang terlambat datang ke markas. Adam yang sudah memberitahukan rencananya pada anggota lainnya, bisa merealisasikannya dengan mudah kalau Bintang datang terlambat. Jadi, saat Bintang datang nanti, ia akan terkejut karena ada Nara disini.

Sambil menunggu kedatangan Nara, Adam bersantai di depan markas bersama Gavin sembari menghisap rokoknya. Adam juga menikmati minuman soda yang Nathan beli saat perjalanan ke sini tadi. Adam sudah merencanakan beberapa plan untuk mendekatkan Nara dengan Bintang. Ia akan menempatkan Nara bersebelahan dengan Bintang.

"Amplop coklat yang dikirim ke markas kemarin, isinya apa, Vin?" tanya Adam membuka obrolan seraya menoleh kepada lawan bicaranya.

Sedangkan Gavin masih menatap lurus ke depan seraya menghisap rokoknya. "Surat peringatan utang, Dam!" jawab Gavin ketus.

"Eh?! Lo punya utang?! Perasaan, gue sama lo, lebih tajir lo deh! Jangan-jangan papah lo bangkrut, Vin? Kok lo gak cerita sama anak-anak? Sekarang gimana keadaannya Om Brata sama Tante Nina, Vin?" 

"Yeh! Sembarangan aja mulut lo! Gak ada yang bangkrut! Gak ada sangkut pautnya sama keluarga gue! Ini urusan gue pribadi dan bukan utang materil," jelas Gavin.

"Fyuhhh, gue kirain. Terus utang apa dong?" tanya Adam lagi.

"Ceritanya panjang. Bakal gue ceritain kapan-kapan kalau inget," jawab Gavin.

Saat meneguk minumannya, tiba-tiba Adam tersedak karena kaget dengan apa yang ia lihat. Bintang datang dengan membonceng Nara di belakangnya. Kenapa mereka bisa datang bersama? Kala deruman suara Oliver mati, Adam buru-buru menghampiri Bintang dan Nara.

"Kalian...," ucap Adam tidak bisa melanjutkan perkataannya.

Bintang bersin beberapa kali, sebelum akhirnya merespon ucapan Adam. "Gue liat dia lagi jalan di deket warung es cincau sana! Katanya diundang sama lo ke markas. Bukannya dijemput, lo malah biarin dia jalan kaki?!" ketus Bintang. Menepis kuat dugaan Adam.

Adam mengernyitkan dahinya. Padahal tadi ia sudah menawari tumpangan pada Nara, tapi Nara menolak dengan alasan ia ada urusan lain terlebih dahulu. Adam tidak menyangka kalau Nara jalan kaki ke sini. Untuk menghapus rasa bersalahnya, Adam langsung mempersilahkan Nara masuk dan memberikan Nara minuman soda yang Nathan beli.

Namun, saat Adam menyodorkan, Bintang langsung menyambarnya dan meneguknya hingga habis tidak tersisa. "Kampret si Adam! Gue panas liat dia ngasih minuman buat Nara!" batin Bintang. Menatap tajam Adam.

Yang ditatap kebingungan awalnya. Tapi memutuskan untuk tidak peduli akhirnya. Bintang kemudian merogoh tasnya dan memberikan botol minumnya pada Nara. "Nih, kalau lo haus! Jangan minum yang Adam kasih, ada racunnya!" ungkap Bintang.

Mendengar itu, Adam melirik Bintang sinis. "Sinting lo? Kalau ada racunnya, ngapain lo minum sampe habis? Lagian itu Nathan yang beli! Natttt! Minuman lo dikatain beracun sama Bintang! Duel by one aja, Nat!" kompor Adam.

Melihat pertengkaran Adam dan Bintang ini membuat Nara tersenyum kecil. Kenapa Bintang sebegitu cemburunya saat Adam memberinya minum. Nara sangat gemas dengan reaksi Bintang yang sedang cemburu itu. Ternyata laki-laki yang selalu bersikap dingin padanya dulu, bisa seperti ini juga.

"Eh, Dam? Hari ini kita mau belajar matematika sama Gavin? Lo dapet kisi-kisinya?" tanya Nara berusaha menghentikan perdebatan Adam dan Bintang.

Berbeda saat berdebat dengan Bintang, kini Adam menatap wajah Nara dengan ceria. "Lo tenang aja, Nar! Gavin punya semua kisi-kisinya! Mau dari zaman lo belum lahir juga, Gavin udah punya kisi-kisinya, Nar!" celetuk Adam.

Nara tertawa karena candaan Adam. Mungkin Adam mau memamerkan saking pintarnya Gavin. Melihat itu, Bintang mendengus kasar. Sial, ia tidak bisa menahan perasaan cemburunya. Apalagi kalau tawa manis Nara itu, ditujukkan untuk laki-laki lain. Entahlah sejak kapan Bintang menjadi sangat pencemburu seperti ini.

Meskipun, Adam memiliki gelar buaya darat, tapi Bintang tahu, Adam tidak mungkin merebut Nara darinya. Semua yang Adam lakukan itu hanya sebatas ia ingin berteman dengan Nara. Tapi entah kenapa, bola mata Bintang panas melihatnya.

"Materinya banyak nih! Ayo kita mulai aja!" teriak Gavin. Sudah dikelilingi anggota Black Lion yang duduk melingkar.

"Heh! Gue bilang kan cuma pura-pura! Kok, lo malah ngajak belajar beneran?" bisik Adam pada Gavin. Gavin tersenyum jahil.

drrrrrtttt drrrrttttt

Bunyi dering ponsel Bintang, membuat seisi ruangan menatap ke arahnya. Bintang kemudian menerima telepon tersebut. Detik berikutnya, tubuh Bintang membeku dengan tatapan kosong. Ponsel yang tadi ia genggam, lolos begitu saja dari tangannya dan terjatuh ke lantai. Semua orang mendelik kaget.

"Kenapaa, Tang?!" teriak Adam, melihat raut wajah yang tidak beres pada Bintang.

Bola mata Bintang tiba-tiba memanas dan berkaca-kaca. Seperti menahan tangis. Nara langsung buru-buru menghampiri Bintang. "Tang, ada apaa?" tanyanya khawatir. Ia menggoyang-goyangkan tubuh Bintang yang mematung.

"F-fabio... Fabio masuk rumah sakit, di keroyok orang..."

***

Bintang dan semua anggota Black Lion berlari di lorong rumah sakit. Mencari-cari ruangan milik Fabio. Tadi ada seorang perempuan yang menelpon Bintang menggunakan ponsel Fabio. Perempuan itu terisak sambil memberitahukan kalau Fabio masuk rumah sakit karena dikeroyok sekelompok orang.

Saat mereka sudah menemukan ruangan tersebut, Bintang sempat mematung di depan ruangannya. Rasanya ia tidak sanggup menerima kenyataan-kenyataan yang tidak sesuai dengan harapannya tentang Fabio. Namun, di sisi lain, Bintang percaya kalau Fabio adalah anak yang kuat.

Bintang kemudian memberanikan diri membuka ruangan tersebut. Disana sudah ada seseorang yang terbujur kaku dengan alat bantu pernafasan di wajahnya. Kepala Fabio sudah dibalut dengan perban. Mata kanannya memar keunguan. Ujung bibirnya sobek. Pelipis kiri terluka karena sayatan benda tajam.

Tepat di samping ranjang Fabio, Bintang berlutut. Ia meratapi seorang laki-laki yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu. Air matanya luruh. Isakannya terdengar sangat memilukan. Memang, dari semua anggota Black Lion, Bintanglah yang paling dekat dengan Fabio. Semua anggota menatap sendu Bintang yang terisak itu.

"Lo! Elara kelas 12 MIPA 1 kan?" tanya salah seorang anggota Black Lion. Mendapati teman satu angkatannya berada disana sedang menangis. Sepertinya perempuan ini yang memberi kabar pada Bintang tadi.

"Lo kenapa ada disini? Sebenernya siapa yang ngeroyok Fabio?" tanya Adam to the point.

Elara pun menceritakan semua kejadiannya. Berawal saat Fabio mengikutinya untuk pergi ke minimarket karena Elara bekerja paruh waktu disana. Jalan pintas dari sekolah menuju tempatnya bekerja itu memang sepi dan sekelilingi hanya dipenuhi perkebunan, bukan pemukiman warga.

Saat mereka di jalan yang sepi itulah semuanya terjadi. Segerombolan orang yang memakai motor sport dengan polet merah datang mengelilingi mereka. Elara tidak bisa melihat jelas wajah orang-orang itu satu persatu, karena ia langsung didorong menjauh oleh Fabio. Saat Fabio sudah pingsan, Elara melihat kepergian segerombolan orang tersebut.

"G-gue beberapa kali liat jaket mereka di sekolah kita. Mereka pake jaket dengan logo harimau di belakangnya," ucap Elara mengakhiri penjelasannya.

Bintang langsung menoleh dan bangkit. "BAJINGANN! CIRI-CIRINYA SEMUA NGARAH KE GALANG, ANJING! GUE BAKAL BALES DENDAM! GUE BAKAL BIKIN HANCUR GOLD TIGER KEPARAT!" teriak Bintang kemudian.

Ia kemudian melangkah pergi tanpa menghiraukan semua orang. Nara berhasil menarik tangan Bintang tepat di pintu ruangan. "Tang, lo mau kemana? Gue ikut. Gue gak mau lo bertindak gegabah," ucap Nara sendu. 

Bintang menghela nafas pelan. "Nar, maafin gue. Lo jangan ikut. Lo disini aja. Dam, jagain Nara!" Bintang mengusap pipi Nara lembut lalu melenggang pergi.

***

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENTNYA ❤️

BIAR AKU SEMANGATT ❤️

TERIMAKASIH SUDAH BACA ❤️

SEMOGA SEHAT DAN BAHAGIA SELALU ❤️

WHATEVER, I'M STILL WITH UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang