49. Keraguan Adam

164 25 1
                                    

"Ekhem!"

Suara deheman keras khas seorang laki-laki dewasa membuat Nara dan Bintang sama-sama menoleh ke sumber suara. Ternyata itu adalah suara Gamaliel, Sang pemilik cafe atau rumah yang mau dijadikan cafe ini. Gamaliel atau yang sering disebut Bang Gama, menghampiri kedua sejoli tersebut.

"Eh bang? Lo kesini?" sapa Bintang terlebih dahulu dengan menjabat tangan Gama. Gama mengangguk seraya tersenyum.

"Iya, hari ini ada furniture yang dateng, sekalian gue cek kerjaan lo. Baru dua hari yang lalu gue cek, ternyata sekarang malah udah selesai?" ungkap Gama. Ia melangkah lebih dekat pada tembok hasil desain Bintang tersebut.

 Ia melangkah lebih dekat pada tembok hasil desain Bintang tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gama merasa sangat puas dengan hasil pekerjaan Bintang. Tidak salah, temannya merekomendasikan Bintang untuk mendesain tembok cafe barunya itu. Pekerjaan Bintang juga terkenal rapih, mendetail dan sangat cepat. Tipe pekerja yang sangat disukai Gama.

"Ini siapa? Cewek lo?" tanya Gama kala menyadari keberadaan Nara disana.

Bintang tersenyum dengan bangga. "Iya bang, ini cewek gue. Kenalin namanya Nara. Nar, kenalin ini Bang Gama. Pemilik cafe ini. Yang kasih job ke aku buat desain tembok ini," jelas Bintang.

Gama mengangguk-angguk paham. "Gak heran sih kalau lo selalu semangat kerja dan hasil kerjaan lo gak pernah jelek. Ternyata ada cewek lo yang supportif tentang kerjaan lo. Sampai bantuin kesini segala," ucap Gama. Nara dan Bintang menatap satu sama lain. Mereka merasa bangga karena ucapan Gama.

"Lo harus bersyukur dapet cowok kayak Bintang, Nar. Udah pekerja keras, dia juga gak milih-milih tentang kerjaannya. Di permukaan manapun dan kayak gimanapun, Bintang tetep gambar ide-ide freshnya itu. Gak heran dia direkomendasiin sama banyak temen-temen gue," jelas Gama.

"Ditambah lagi, kalau gue liat, dia selalu tulus dan ngerjain kerjaannya pakai hati. Kayak beginian aja tulus, apalagi mencintai lo kan?" sambung Gama, mengundang gelak tawa bagi ketiganya.

Bintang senang, kalau Gama merasa puas dengan hasil kerja. Semoga Gama bisa menyebarkan hasil kerja Bintang ini kepada relasi-relasinya, sehingga Bintang akan mendapatkan lebih banyak pekerjaan dimasa depan nantinya. Gama kemudian merogoh saku celananya. Ia mengeluarkan sebuah amplop berwarna putih dan menyodorkannya pada Bintang.

"Ini apaan, Bang?" tanya Bintang dengan raut wajah kebingungannya.

"Ini bayaran buat lo karena udah rampungin tembok utamanya," jelas Gama.

Bintang mendelik. "Bang? Ini gak sesuai sama kontraknya. Lo kan setuju bayar kerjaan gue pas udah selesai semua. Sedangkan tembok yang di dapur utama belom gue garap, Bang!" ungkap Bintang. Pasalnya masih ada satu pekerjaan lagi yang belum ia selesaikan di lantai satu.

Gama tersenyum. "Kontrak? Kontrak sama gue mah fleksibel, Tang! Tinggal diubah. Gue seneng sama hasil kerja lo dan gue suka sama etos kerja lo, jadi gue bayar dulu nih hasil kerja lo yang ini. Gue juga kasih bonus karena kerjaan yang ini lebih cepet selesai dari waktu yang lo janjiin," jelas Gama.

WHATEVER, I'M STILL WITH UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang