"Bintang, kamu nangis?"
Nara melepaskan pelukannya, lalu mendongakkan kepalanya. Benar saja, Bintang memejamkan matanya yang sudah basah oleh air mata itu. Sesaat setelahnya, Bintang meremat kasarnya mata dan dahinya. Ia merasakan frustasi yang luar biasa.
"Rasanya sesakit ini, Nar. Denger ada orang yang ngata-ngatain kamu kayak gitu," bubuhnya.
"Maaf, sayang. Karena aku lemah, aku jadi gak bisa lindungin kamu."
Kalau Bintang sakit mendengar Nara dihina oleh Regan. Nara sakit melihat Bintang yang menangis seperti ini. Namun, entah kenapa mulutnya bisu. Tidak bisa mengucap beberapa kata penenang seperti yang biasa ia lakukan saat Bintang menangis.
Nara hanya bisa mengusap pipi Bintang yang basah. Ia lalu kembali memeluk Bintang. Kini gilirannya yang mengelus kepala dan punggung Bintang. Seakan mengisyaratkan kalau Bintang boleh menjadikannya sebagai sandaran.
Sejujurnya, Nara juga kaget dengan perkataan Regan tadi. Dari ia lahir, Nara belum pernah dihina oleh orang lain seperti ini. Memangnya apa salahnya pada Regan sampai Regan menghinanya seperti ini? Menurutnya, Regan pantas mendapatkan tamparan karena tindakannya yang semena-mena pada Bintang.
"Tang, Bintang pacar aku, Bintang ketua Black Lion dan Bintang cucu oma tuh orangnya kuat. Jadi jangan nangis lagi ya? Stop ngerasa kamu orang yang lemah. Padahal kamu bertahan sampai dititik ini aja, suatu hal yang berat banget dan harus diapresiasi," ucap Nara pada akhirnya.
Nara kini menangkup wajah Bintang dengan kedua tangan putihnya. "Jangan terlalu mikirin omongan Regan tadi ya? Kamu lupa? Hari ini adik kamu, Fabio keluar dari rumah sakit loh? Ada Ray, Shane dan Azriel juga yang baru balik dari luar negeri. Mereka semua pasti lagi nungguin kamu di rumah Fabio sekarang. Jadi, ayo jadi Bintang yang aku kenal dan tunjukin senyuman indah kamu ke mereka," sambung Nara.
Netra Bintang lantas menatap lekat mata coklat teduh Nara. Ya, perkataan Nara benar. Perkataan Nara mampu mengembalikkan kesadaran Bintang yang sempat hilang. Terlepas dari apapun ucapan Regan, seharusnya ia tidak seperti ini, pikir Bintang. Seharusnya ia memikirkan cara, supaya kedepannya, tidak ada yang menghina Nara lagi seperti tadi.
***
Kala Bintang memasuki sebuah rumah besar yang dominan berwarna putih, tidak terdengar suara-suara obrolan. Rumah yang sering ia kunjungi itu terdengar sunyi. Padahal di halaman rumah, berjejer motor milik anggota Black Lion lengkap. Saat Bintang dan Nara sampai diruangan utama rumah Fabio, mereka tercengang.
Semua orang ada dan duduk di ruangan utama. Ada yang duduk di sofa, atau sekedar duduk dilantai beralaskan karpet. Meja ruangan itu penuh dengan makanan dan minuman yang mungkin sudah Vera siapkan. Namun, yang membuat Bintang dan Nara tercengang, mereka semua hanya melamun disana. Seakan sibuk oleh pikirannya masing-masing.
"Bintang?!" sahut Gavin yang tidak sengaja menoleh ke arah Bintang dan Nara. Membuat seisi ruangan beranjak dari duduknya.
Vera yang juga hadir disana, langsung menghampiri Bintang. Ia menyadari luka pada ujung bibir Bintang. "Bintang, ini kenapa nak?" tanyanya khawatir. Sudah menganggap Bintang sebagai anaknya sendiri. Mengingat kedekatan Bintang dengan Fiona dan juga Fabio.
Bintang menggeleng dan menarik senyum tipis. "Bintang gak apa-apa kok, Tan. Ini tadi udah diobatin sama Nara."
"Gak apa-apa, gak apa-apa, tapi jadi bonyok kayak gitu!" sindir Adam tiba-tiba. Sepertinya masih terbawa dengan suasana di kantor polisi tadi.
"Tang, lo berhak kok ngerasa apa-apa. Lo berhak ngerasa cape karena udah berusaha yang terbaik buat kita semua." Berbeda dengan Adam, Nathan menyampaikan dukungannya pada Bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHATEVER, I'M STILL WITH U
Fanfiction[Visual : Jihoon Treasure & Haewon Nmixx] Bintang Anendra, adalah murid tampan, tidak pernah tersenyum yang dikenal sebagai raja es karena sifat cueknya. Sebagai Ketua Black Lion, salah satu dari dua geng penguasa sekolah, hampir semua orang takut d...